Semuanya Harus Diungkapkan

105 12 8
                                    

Musim dingin belum benar-benar berakhir, salju masih membasahi jalanan. Namun matahari sudah mulai menampakkan sinarnya, memberikan kehangatan untuk makhluk hidup di kota itu. Tiara terpesona melihat jalanan diramaikan oleh masyarakat yang sedang berkumpul mengelilingi kota layaknya karnaval dengan mengenakan pakaian-pakaian tradisional, menari, menyanyi, bermain kereta luncur dan bola salju, menghidangkan banyak makanan terutama pancake. Ya hari itu adalah perayaan Maslenitsa (Hari Pancake). Saat itu adalah acara puncak pembakaran orang-orangan yang mewakili musim dingin.

"Ra, ini ada acara apa yakkk? Kok rame-rame kayak karnaval?" tanya Tiara penasaran.

"Itu Festival Malenitsa Ti, Perayaan hari pengampunan, atau masyarakat Moskow suka menyebutnya dengan hari Pancake, kenapa disebut begitu karena selama satu minggu ke mereka hanya akan makan pancake saja. Perayaan Maslenitsa ini adalah perayaaan masa seminggu sebelum Prapaskah Agung bagi umat Kristiani," papar Azra.

"Ohhh..... Mirip dengan Festival Shrove Tuesday di Inggris ya!" ujarnya mengerti.

"Iya Ti, sebenarnya di Indonesia ada juga perayaan sejenis. Tapi biasanya ada saat musim panen, seperti Perayaan Seren Taun punya masyarakat Sunda. Biasanya setiap musim panen petani akan menyerahkan beberapa bagian hasil panen kepada ketua adat untuk disimpan di dalam lumbung (leuit). Biasanya acara ini diawali dengan pengambilan air di sumber yang dikeramatkan, kemudian air itu akan dicipratkan ke semua orang ketika melakukan penjemputan padi," jelas Azra.

"Hmmm..... I see... I see...."

Azra melihat pemandangan di sekitarnya, orang-orang berpostur tinggi, berkulit putih dan bermata biru khas Rusia menari dan bersenda gurau. Seketika matanya terbelalak kala retinanya menangkap wajah yang tidak asing, wajah yang sering menghantui pikirannya, wajah yang sering mengganggu fokusnya, wajah yang pernah mengisi hatinya. Siapa lagi kalau bukan Muhammad Azmi As-Sazili. "Azmi," ujarnya pelan. Langsung iya tepiskan seolah-olah tidak terjadi apa-apa "Udah Azra! Lupakan Azmi. Dia bukanlah siapa-siapa bagimu. Okay!" Tekannya membatin. "Ti, pulang yuk! Aku lagi nggak enak badan nih, keknya mau flu," ujar Azra bebohong seraya menggosok hidungnya.

"Ya Allah Ra...." Tiara langsung mengajak Azra menjauh dari festival untuk menunggu taxi.

Disaat yang bersamaan Azmi ternyata juga melihat Azra, namun ia pura-pura tidak tahu dan melanjutkan aktivitasnya namun tetap mengawasi Azra. "Kali ini aku harus tahu kamu tinggal dimana Ra?" batin Azmi. Melihat Azra menjauh Azmi mengatur strategi untuk mengikutinya. "San, aku duluan ya! Nanti, kamu langsung pulang aja karena aku juga habis nyelesaiin urusanku aku juga langsung pulang," pamit Azmi.

"Okay!" jawabnya pura-pura tidak tahu gelagat sahabat karibnya itu. "Semoga berhasil Az! Aku tahu kau pasti melihat Azra juga. Ahhh.... Anak itu bener-bener udah dibutakan oleh cinta," batin Sandy.

***

Lingo Taxi itu berhenti tepat di depan kompleks apartemen distrik Dmitrovskoe Shosse, kompleks hunian 16 blok tersebut memiliki tampilan yang sangat sangat cerah. Desain warna-warni dengan menggunakan beberapa bahan, seperti panel, ubin khas Soviet yang disebut Kabanchik, dan semen fiber. Azmi benar-benar kaget melihatnya "Pak berhenti," pinta Azmi pada supir taxi. "Aku nggak salah ngikutin taxi kan!" batinnya. Dan benar sekali orang yang keluar dari taxi itu adalah Azra dan temannya Tiara. Azmi benar-benar kaget bukan main saat tahu Azra juga tinggal di Apartemen yang sama dengannya. Iya, Azmi dan Sandy pindah ke apartemen itu setelah seminggu menginap di apartemen super mewah apalagi kalau bukan Superior Apart Seleznyov Sky. "Ya Allah.... Engkaulah pembuat skenario terbaik. Ku mohon permudahkan lah semuanya nanti," do'a Azmi. "Terima kasih Pak," ujar Azmi keluar taxi setelah memastikan Azra dan Tiara sudah masuk ke apartemen.

Azmi berjalan memasuki apartemennya dengan perasaan bahagia bentuk bulan sabit terukir di bibirnya, membuat ketampanannya semakin memukau. Dari kejauhan gadis berjilbab pashmina dengan style modis menatapnya dengan raut wajah kecewa. "Apakah benar-benar tidak ada sedikitpun tentangku yang ada di dalam hatimu?" batin gadis itu kemudian pergi meninggalkan tempat persembunyiannya.

Air matanya tak bisa dibendung lagi gadis itu menangis sejadi-jadinya tanpa peduli dengan orang-orang berlalu lalang disekitarnya. "Apakah kamu tidak pernah peka dengan apa yang aku rasakan Az? Apakah masih kurang kode-kode yang telah kuberikan selama ini padamu? Apakah hanya dia yang selalu ada di hatimu? Hingga sampai di Moskow pun kamu masih memikirkan dia? Apa spesialnya dia bagimu Az?" Gadis itu terisak sampai sulit bernapas.

Seseorang memberikan sapu tangan kepadanya seraya berkata "Hapus air matamu, itu sangat berharga untuk kamu keluarkan," pinta seorang pria yang suaranya tidak asing lagi baginya. Gadis itu menoleh ke arah orang tersebut dan benar itu adalah Sandy. Gadis itu mengambil sapu tangan yang diberikan Sandy. "Thanks," ujarnya masih dalam keadaan terisak.

"Ngapain kamu disini? Bukannya kamu dapat beasiswa di London?" tanya Sandy pelan. Gadis itu membisu, "jangan bilang kamu disini hanya untuk Azmi!" Gadis itu masih diam. "Jawab aku! Apa kamu disini hanya demi Azmi?" ulangnya. Tetap saja gadis itu hanya membisu tak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya, ia hanya terisak tak kuasa menjawab. "Jawab aku Sylla!" Kali ini Sandy membentak gadis itu yang ternyata adalah Sylla. Sylla tak sanggup lagi menahan tangisnya balik membentak "Iya aku disini demi Azmi! Aku ngikutin Azmi. Aku tak bisa membohongi perasaanku San. Aku menyukai dia sejak kita SMP bayangkan San, bagaimana rasanya mencintai seseorang yang mencintai orang lain! Kamu tidak tahu bagaimana rasanya! Sakit San! Sakit!" Segala emosinya akhirnya ia keluarkan kepada sahabatnya itu.

"Kamu perlu tahu Syl, rasa sakitku lebih dari itu. Lima tahun Syl aku mengalami hal yang sama seperti yang kamu alami, kamu mending orang yang Azmi cintai bukan sahabatmu sedangkan aku orang yang aku cintai mencintai sahabatku Syl. Itu lebih menyakitkan dari yang kamu bayangkan. Setiap hari aku mendengar curhatannya. Setiap hari aku mendengarkan semua keluh kesahnya. Setiap hari aku menyaksikan bagaimana dia mencintai sahabatku. Menurutmu yang mana lebih menyakitkan? Jawab aku!" Sandy akhirnya mengupkapkan apa yang selama ini ia rasakan karena ia sudah tak sanggup lagi untuk bermain drama seolah-olah tak terjadi apa-apa dengan dirinya.

"San.... Apakah perempuan yang kamu maksud itu aku?" tanya Sylla ragu.

"Siapa lagi Syl? Siapa? Kamulah orangnya, kamu yang udah buat aku jadi orang yang tak pernah bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan, setiap curhatanmu membuatku mengurungkan niat untuk mengungkapkan segalanya, perasaanmu ke Azmi membuatku ingin menguburkan dalam-dalam rasa ini. Setiap hari kuyakinkan Azmi untuk belajar melupakan Azra, demi siapa? Demi kamu Syl! Aku ingin Azmi melihat ke arahmu. Tapi nyatanya itu menyakitkan diriku sendiri Syl. Pelan-pelan hatiku sekarat. Kamu pilang Azmi nggak peka tapi hari ini aku bilang kamulah manusia yang paling tidak peka! Ahhh.... Untuk apa aku jelasin semuanya, nggak ada manfaatnya. Hatimu sudah tertutup rapat, sampai jumpa." Sandy berjalan meninggalkan Sylla sendirian dalam kebimbangannya.

Tanpa sadar cairan bening keluar dari matanya. "Sandy benar akulah manusia yang paling tidak peka di dunia ini! Aku tak pernah tahu apa yang dirasakan oleh sahabatku. Aku tidak pernah tahu seberapa banyak pengorbanan yang telah dilakukan oleh sahabatku demi aku. Aku manusia yang tidak punya hati," isaknya.

Senja menghilang di ufuk mengguratkan cahaya biru gelap, seakan tahu suasana hati Sylla saat itu. Iya hatinya benar-benar tidak menemukan titik terang perasaannya.

***

Lantunan Ayat Cinta AzraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang