Chapter 06

154 18 4
                                    

   Pagi ini Graffiello pergi meninggalkan mansionnya, sedangkan Grazetta masih terlelap dalam tidurnya. Pavita tengah sibuk didapur menyiapkan sarapan untuk orang rumah termasuk Grazetta.

   "Raf kamu tolong bangunkan gadis itu." Pintah Pavita yang masih menyiapkan makanan dimeja.

   "Kak Fiello kemana?" Tanya Raffi yang masih duduk meminum coffenya.

   "Kakakmu lagi ada urusan sudah cepat sana panggil gadis itu atau Fiello akan marah." Perintah Pavita dengan mendorong tubuh adiknya.

---

Meja Makan

   Mereka bertiga tengah duduk dalam satu meja makan, tidak ada pembicaraan yang terjadi suasana menjadi hening. Mereka hampir menyelesaikan makanannya Zetta meminum coffe yang disediakan oleh Pavita sebelumnya. "Kyaaaa~." Tiba-tiba Zetta berteriak saat merasa ada yang aneh di mulutnya.

   Tidak lama kemudian darah mengalir dari dalam mulutnya, meski tidak banyak tapi itu membuat dia terkejut begitu juga dengan Raffi.

   "Kau kenapa?" Tanya Raffi panik dan segera mengelapnya dengan tissue.

   "Stop! Jika masih kau teruskan Fiello akan marah." Ucap Pavita menyingkirkan Raffi dari hadapan Zetta. Pavita mengeluarkan hp dan membuka kamera, dia memfoto Zetta yang kesakitan dan mengeluarkan darah kemudian Pavita memvidio dan dikirimnya ke Fiello.

   Raffi tidak tau apa yang sedang direncanakan kedua kakaknya, lahan perlahan Raffi berfikir dan dia paham maksud rencana itu. Raffi pergi terlebih dahulu meninggalkan Pavita dan Zetta di meja makan.

   "Bagaimana enak? Hmmm beruntung sekali yah kamu dilukai melewati perantara, asal kamu tau jangan sekali-kali kamu menaruh hati pada Graffielo." Ucap Pavita intens tanpa sadar Pavita menyayatkan kaca ke paha mulus Grazetta.

   Setelah itu Pavita ikut pergi meninggalkan Grazetta yang tengah menangis kesakitan di meja makan tanpa seorangpun yang menolongnya.

   "Hiks... Hiks... mommy, daddy. Kalian kemana Zetta kangen mommy sama daddy hiks... kenapa ini harus terjadi sama Zetta." Grazetta terus menangis merasakan luka yang ia terima dari Pavita.

   Dengan langkah yang acuh tanpa sadar dia berdiri didepan pintu yang bukan kamarnya. Karena penasaran Grazetta masuk untungnya pintu itu tidak dikunci, betapa terkejutnya Grazetta melihat isi ruangan itu.

   Diruangan itu terdapat sekitar 12 orang pelayan yang lemah dengan tubuh dilumuri darah bahkan ada yang sudah membusuk. Grazetta menitihkan air matanya kembali bagaimana tidak dia sebagai perempuan bisa merasakan apa yang dirasakan para pelayan yang terkapar tak beradaya itu.

   Ada pelayan yang tanpa busana dengan posisi yang tak pantas dilihat, ada pula pelayan yang menggantung dengan darah mengalir kesebuah bak besar. Tidak hanya itu ada beberapa potongan tangan yang dijadikan hiasan didalam pigora kaca.

   "Beraninya kau masuk ruangan ini." Ucap seseorang dari belakang tubuh Grazetta sontak membuat gadis itu lemas ketakutan.

   "JAWAB! KENAPA KAMU BISA MASUK KESINI!" Siapa lagi jika bukan Graffiello. Tanpa jawaban dari Grazetta, Graffiello menyeret gadis itu kekamarnya tak lupa dia mengunci pintu yang terlarang itu.

   "Hiks... sakit lepaskan aku hiks... aku mohon aku tidak sengaja." Rintihan tangis Grazetta semakin menjadi-jadi ketika Graffiello membawanya naik tangga dan masih menyeret gadis itu.

   Setibanya dikamar Graffiello membanting tubuh Grazetta di ranjang yang cukup besar. Graffiello menindihi tubuh Grazetta.

   "Hiks... mau apa kau menyingkir dari hadapanku Hiks." Grazetta berusaha menghindar dari Graffiello.

   "Percuma kau harus dihukum karena perbuatanmu yang lancang." Graffiello melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukan pasangan yang belum sah menikah.

   Apakah separah itu kesalahan yang dilakukan Grazetta sampai Graffiello menghukumnya seperti itu.

---

Moning

   Pagi ini menjadi pagi yang menyedihkan bagi Grazetta, dimana pagi ini dia bangun dengan segala kehancuran pada dirinya.

   Graffiello bangun dengan santainya menatap datar perempuan disebelahnya. "Lain kali jangan lancang untuk mengetahui semua dirumah ini, wilayahmu hanya kamar ini ruang makan. Jika kau ingin pergi ketempat lain izin terlebih dahulu." Setelah berkata itu Graffiello pergi meninggalkan Grazetta yang masih menangis dalam tidurnya.

   'Ya tuhan kenapa hidup Zetta kayak gini, apa salah Zetta sehingga kau pertemukan Zetta dengan orang yang jahat nan kejam seperti Graffiello. Mommy daddy Zetta kangen kalian bawa Zetta pergi.' Keluh kesah Grazetta ia luapkan pada tangisannya kini Grazetta merasa hancur dan dia merasa dirinya tidak berguna ingin rasanya Grazetta mengakhiri hidupnya buat apa dia hidup jika diperbudak seperti ini.

   Setelah berpakaian lengkap Grazetta membuka jendela kamarnya yang ada di lantai 4, Grazetta pikir jika dia lompat dari lantai 4 itu akan membuatnya meninggal dan tiada beban yang harus dijalani.

_____________

He is Psycho [REFISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang