Chapter 10

114 17 0
                                    

Untuk para readers ku tersayang, jangan pada siders ya ayangiek!! 1 vote dari kalian tu membangkitkan semangat author buat update.

Banyak yang baca tpi yang vote mentok 10 huhu....

Ini penting!

JIKA KETIKAN TYPO MOHON KOMEN AGAR AUTHOR PERBAIKI!! kamsamida....

.
.
.
.

Hall graduation!

   Hari ini adalah acara kelulusan bagi Grazetta dan Raffiello, yang paling senang hatinya adalah Raffiello karena hampir 6x tidak lulus sekolah karena ulahnya sendiri. Grazetta yang sedari pagi tadi murung dan tak semangat untuk acara kelulusannya, dia merindukan kedua orang tuanya yang tidak tau dimana sekarang mereka berada.

   "Congratulations nilaimu sangat memuaskan, mungkin akan mudah untukmu masuk universitas yang bagus." Ucap Graffiello menghampiri Grazetta yang tidak bersemangat itu.

   Graffiello tau apa yang saat ini dirasakan oleh Grazetta, hari kelulusan tanpa orang tua. Graffiello tidak bisa berbuat apa-apa karena ini sudah masuk takdir yang harus dijalani. Berbeda dengan Raffiello dia sangat bahagia meski lulus dengan nilai rendah, intinya dia lulus dan bisa bebas dari bangku sekolah dan buku-buku tebal itu. Raffiello bisa lulus itu juga karena bantuan Grazetta, selama masa ujian Grazetta membantunya belajar jika tidak dia akan menetap selamanya di sekolah yang membosankan.

   "Kakak aku buktikan perkataanku jika aku lulus tahun ini." Raffiello datang dengan senyumnya yang mengembang dan lompat-lompat seperti anak kecil.

   "Itu juga berkat bantuan Grazetta jangan bangga dulu." Sahut Pavita yang datang membawa puding.

   "Tidak, aku hanya membantunya untuk belajar agar lebih mudah." Jawab Grazetta dengan senyum tipis tetapi masih bisa dilihat.

   "Iya aku tau, terimakasih telah membantuku ini momen yang bahagia aku akan pergi mentraktir temanku." Ucap Raffiello kegirangan lalu pergi meninggalkan Grazetta, Graffiello, dan Pavita.

   Ketiganya hanya menatap kepergian Raffiello dengan senyum, Grazetta merasakan ada yang berbeda dengan keluarga mereka. Seharian ini yang dia lihat hanyalah senyuman diwajah mereka, tidak seperti biasanya. Apa yang sebenarnya terjadi mengapa mereka berubah secepat ini, aneh rasanya melihat mereka dengan penuh canda tawa seperti tadi.

.
.
.

   Kini Grazetta sudah memasuki universitas yang dia inginkan. Saat pagi sampai siang dia habiskan di kampus, sore sampai malam dia lanjutkan dengan bekerja disalah satu butik milik keluarga Graffiello. Graffiello tidak membiarkan gadis itu pergi jauh dari jangkauannya, mengingat butik mamanya Graffiello ingin mengurusnya kembali dan mempercayakan kepada Grazetta.

   Raffiello yang sudah bekerja diperusahaan teman papanya, dia sudah bangga. Raffiello bekerja sebagai pengawas dipabrik bahan pangan ternak dan pupuk tanaman. Pekerjaan ini menurutnya sangat menyenangkan, berjalan-jalan keliling pabrik produksi bahkan jalan-jalan langsung ke tanah lapang untuk melihat produk olahan pupuk. Raffiello berfikir jika pekerjaan ini melelahkan tapi nyatanya tidak, Raffielo menikmati setiap apa yang diperbuat.

   Pavita yang ikut serta membantu Grazetta bekerja saat pagi sampai siang, karena sorenya dia harus ke cafe dan resto miliknya pribadi. Pavita membukanya karena ingin menyibukkan diri dia sangat bosan jika hanya diam dan berbelanja ada baiknya dia ikut membenai ekonimi adiknya yang sedang kritis. Nama cafe dan restonya dinamai dengan namanya sendiri, dia tidak mau jika sesuatu hal terjadi dan harus merelakan cafe maka dari itu dia nemutuskan memakai namanya sendiri tidak ikut kedalam aset milik Graffiello.

   Malam ini keadaan Graffiello sangat kacau, dia sudah frustasi melihat angka pengeluatan setiap bulan bertambah dan pemasukan yang makin hari makin sedikit. Beberapa proyek Graffiello gagal karena ada seseorang yang mencuri laporan yang sudah disusun rapih sejak awal. Minggu lalu dia juga kecolongan gudang senjata miliknya terbakar habis, orang-orangnya belum menemukan siapa pelaku yang berbuat. 1 bulan terakhir ini Graffiello jarang pulang, dia tidak mau ditanya macam-macam oleh kakaknya.

Kring.... kring...

   "Halo?" Graffiello mengangkat telfon sambil menyangga kepalanya.

   "Apa kau masih mengingatku Graffiello?" Jawab orang disebrang telfon.

   "Siapa kau, dan mau apa menelfonku?" Graffiello mulai geram dan mengambil pistol dari saku celanannya untuk berjaga-jaga.

   "Santai kawan, aku datang untuk mengambil hartaku kembali. Bukannya kau telah mengambilnya 5 tahun yang lalu?" Jawab orang itu dengan sedikit candaan dan mengejek pada Graffiello.

   "Hentikan omong kosongmu jangan berani ditelfon muncul dan temui aku jika kau benar laki-laki." Graffiello sangat marah dan khawatir mendengar apa yang dibicarakan orang itu.

   "Hahaha, belum waktunya kawan jika semua sudah selesai aku akan muncul dan menghabisimu. Mari kita bermain yang sesungguhnya." Pria itu menutup sambungan telfon dan membuat Graffiello semakin cemas mengingat dirinya semakin hari semakin hancur.

   Hari sudah pagi dan ini hari sabtu tidak ada jadwal kuliah untuk Grazetta. Grazetta memutuskan untuk ke butik seharian ini agar Pavita lebih mengurus cafenya. Pagi ini mereka makan hanya bertiga Graffiello tidak pulang lagi kerumah. Mereka bertiga sudah biasa dengan kebiasaan baru Graffuello yang selalu tertutup dan jarang berada dirumah.

   "Grazetta bukannya hari ini kamu libur benarkan?" Tanya Pavita membuyarkan lamuannya.

   "Iya aku libur hari ini dan akan bekerja seharian di butik." Jawab Grazetta mengaduk-aduk makanannya.

   "Istirahatlah jika lelah jangan memaksakan untuk bekerja aku masih bisa mengurusnya." Tawaran Pavita yang berhasil membuat Grazetta dan Raffiello diam dan menatapnya tajam. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Sahut Pavita yang kebingungan.

   "Tidak biasanya kau seperti ini kak." Tanya Raffiello heran terhadap kakaknya.

   "Aku hanya ingin menjadi yang terbaik, hidup dipenuh dendam menjadikanku buta. Semua hal yang berdosa telah kulakukan, bahkan membunuh anak kecil yang tak berdosa." Jawab Pavita menunduk dan menghapus air matanya.

   "Penyesalan pasti datang diakhir, tidak ada terlambat sebelum kita mencoba. Masih banyak waktu untuk merubah segalanya, masih banyak peluang untuk kita berubah." Sahut Grazetta membuat Pavita dan Raffiello menatapnya.

   Keduanya mengembangkan senyuman yang manis, tanpa mereka ketahui seseorang masuk rumah mereka dan marah-marah. Tanpa mereka sadari pihak bank telah menyita rumah megah yang dibeli Graffiello dengan keringatnya sendiru. Kini mereka berempat bingung ingin tinggal dimana, rumah yang menjadi tempat singgah mereka telah diambil dan hanya tersisa 1 mobil yang jauh dari kata mewah. Mau tak mau mereka harus menerima kenyataan, entah mau tinggal dimana dikantorpun tidak menjamin karena tidak ada kamar untuk mereka tidur.

   "Aku tau harus kemana sekarang." Ucap Grazetta mengagetkan ketiga orang lainnya.

.
.
.

Hehe segini dulu yah... author update karena gak bisa tidur nunggu subuh.

Jangan lupa vote kamsamida!!!

He is Psycho [REFISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang