NR-8

17 3 2
                                    


Jam menunjukan pukul 9 pagi, tetapi Nada masih berguling ria di tempat tidurnya. Hari ini memang hari minggu. Hari dimana Nada akan bermalas malasan dengan kasur empuknya.

Bahkan, ia tidak memperdulikan jam weker di sebelahnya atau pun pintu yang sedari tadi terdengar di telinganya. Ketukan itu berasal dari mamahnya yang sudah membangunkannya dari jam 7 pagi.

"Nada, bangun dong nak. Buruan, nanti kamu terlambat" kata kata mamahnya yang sedari tadi membangunkan Nada. Yang membuat rasa kantuknya menghilang.

Nada bangun dari tempat tidurnya, ia membuka pintu dan menatap mamahnya bingung. "Terlambat apa mah?"

"Hmm..... Itu Nak Radhit" Mamahnya semakin membuat kening Nada berkerut. "Dia udah nunggu kamu tuh dari tadi pagi, temuin gih kesian" lanjut mamahnya.

Nada menepuk jidatnya kaget. "Ouhh Iyya mah tunggu bentar yahh" ucap Nada langsung mengunci kembali pintu kamarnya.

"Ya ampun kak Radhit pasti mau membicarakan soal perjodohan itu!!" Batin Nada was was. Nada langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai Nada langsung mengenakan celana jeans-nya dan baju yang tidak terllau pendek. Dengan rambut di urai kebelakang.

Nada menuruni satu persatu anak tangga dengan gugup. Sampainya di ruang tamu, Radhit kini tengah duduk dengan secangkir air kosong yang mungkin sudah di sediakan mamahnya.

"Nada udah selesai!!" Suara milik Mita itu membangunkan lamunannya. Hingga ia harus menoleh ke belakang. Radhit pun sedikit menoleh ke arah Mita dengan memberikan senyuman manisnya.

Kini jarak mereka hanya beberapa meter jika di ukur. Radhit langsung membuka suara dengan meminta izin kepada mamahnya Nada untuk mengajaknya keluar. Setelah mamahnya mengizinkan. mereka berpamitan dengan mencium punggung telapak tangan Mita. Tanda hormat.

***

Kini motor matic milik Radhit itu tengah membawa Nada entah kemana. Di situ Nada hanya membungkam tak bersuara. Takut ia mengucapkan kata kata salah.

Saat sadar Radhit menghentikan motornya. Nada langsung turun dan kembali membungkam. Nada tidak tahan dengan sikap ini. Akhirnya Nada membuka suara. "Kak, kenapa Kaka ngajak aku ke sini??" Tanya Nada seketika.

Radhit hanya acuh dan seakan menyuruh Nada mengikutinya. Nada pun mengikuti langkah Radhit hingga sampai di suatu tempat yang ramai dan banyak pengunjung. Kini mereka duduk di bawah pohon sejuk dengan matahari pagi yang hangat.

"Lo tau tempat ini??" Tanya Radhit tiba tiba. Membuat kening Nada mengkerut.

"Gakk" Nada menggeleng karna baru pertama kalinya Nada di bawa oleh seseorang ke tempat yang begitu asing baginya.

"Tempat ini banyak kenangan!!" Ucap Radhit sedikit menoleh ke arah Nada. Dan kembali menatap lurus ke depan.

Kening Nada semakin mengkerut. Entah apa yang sedang laki laki itu bicarakan. Nada tidak mengerti. Kenangan?? Bukankah mereka sebelumnya tidak pernah ke tempat ini?? Lalu siapa yang Radhit maksud??. Akhirnya nada memutuskan untuk bertanya. "Maksud Kaka??!" Tanya nya tidak paham.

"Saat gw masih kelas 10. Sebelum gw berangkat sekolah. Gw selalu bawa eyang gw ke tempat ini!!". Radhit mulai menceritakan nya dengan serius. "Saat itu gw tidak sengaja ninggalin eyang gw. Karena eyang gw minta gw untuk beliin jamu di sebrang sana" lanjutnya sembari menunjuk ke arah tukang jamu yang ia maksud.

Nada pun semakin serius mendengarkan apa yang laki laki itu ceritakan.

"Gw ngak nyangka kalau kejadian itu bakalan terjadi" Ucap Radhit sedikit meneteskan air mata. "Saat gw datang. Ternyata eyang gw gak ada di sini. Di bangku ini. Hanya ada surat. Kalau gw harus nelpon ke nomer yang udah ada di surat itu. Akhirnya gw telpon nomer itu".

"Lalu eyang Kaka kemana??" Nada semakin penasaran. Karena Radhit menceritakan dengan pelan.

"Eyang gw di culik. Katanya gw harus Nebus 100 juta kalau eyang gw mau kembali" Ucapnya sedikit menoleh ke arah Nada. "Di situ gw panik. Dan di situ gw ngak sempet izin sama guru kalau gw ngak masuk waktu itu. Gw langsung balik ke rumah. Dan kebetulan Ayah gw belom berangkat kerja. dan gw bergegas lari kasih tau kejadian itu ke ayah dan bunda gw" Ucapnya semakin serius.

"Ayah dan bunda gw syok. Bunda gw pingsan dan segera di larikan ke rumah sakit. Ayah gw panik. Ia tidak tau harus mencari uang kemana untuk menebusnya" kini suasananya semakin terharu. "Ayah gw bawa gw ke perusahaan tempatnya bekerja. Menemui pak Heru pemilik perusahaan itu. Ayah gw memohon dengan air mata yang semakin berderas supaya ia memberikannya pinjaman" Ucapnya dan kembali menoleh ke arah Nada yang semakin serius mendengarkannya.

"Ayah Lo baik. Ia meminjamkan uangnya buat ayah gw. Dan ayah gw langsung bergegas ke tempat eyang gw di sekap"

"Eyang gw selamat. Cuma dia terkena struk yang mengakibat ia tidak bisa berjalan sampai saat ini!! Dengan keadaan yang kaya gitu eyang gw minta sama gw dan ayah gw untuk segera menikahi gw. Walaupun gw masih kelas XII." Ucapnya sedikit menoleh.

"Lo mau kan. Nemuin eyang gw??" Tanya Radhit.

***





















TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak🍃

Vote and coment👍

Next Part.

NadaRadhitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang