NR- 28 peganggu

7 1 0
                                    

"Emm... Aku sebenarnya..." Radhit menggantungkan katanya.

Membuat Nada gemas.

"Sebenernya apa?" Tanya Nada penasaran.

"Sebenernya... Aku mau ke toilet dulu yah?"

"Haha! Yaudah sana!" Senyum Nada.

/(/(/(/

Tak lama kemudian Radhit datang bersamaan dengan pesanan mereka.

Mereka akhirnya asyik memakan makanannya. Dan sedikit bercanda ria mengobrolkan hal apa lah itu.

Mereka benar benar menikmati kencan dadakan ini. Dengan di temani spaghetti dan Avocado. Dan tentunya dengan pangeran dan putri yang cantik dan ganteng. Hihi.

"Ya.. Ampun Radhit! Kamu ada di sini?" Heboh seseorang gadis cantik berambut pirang menghampiri keduanya.

Nada terkejut melihat itu.

"Aku boleh duduk di sini?" ucapnya sambil mengarah duduk di samping Radhit. Tanpa menoleh ke arah Nada.

Tanpa meminta persetujuan Radhit, wanita itu duduk dengan pedenya.

"Kok kamu ngak ngajak aku, mau kesini?" Wanita itu terus bertanya pada Radhit. Membuat Radhit sedikit risih.

"Iyaa aku—" belom saja Radhit berbicara wanita itu terus mengoceh.

"Yaudah iya gpp Dhit. Yang penting aku udah di sini sekarang" senyumnya dan tentu saja menghadap Radhit tanpa melihat nada sekalipun.

Nada? Sakit, melihat semua ini.

Tapi rasanya ia ingin mual melihat wanita murahan di depannya ini.

Nada sudah tak tahan lagi dengan semua ini.

"Ekhem!" Dehem Nada keras.

"Ohoo.. ada orang di sini? Siapa Dhit?"

"Itu tem—"

"Ouh.. pembantu yang waktu itu kamu ceritain. Yang dari kampung itu? Iya iya aku inget. Pantesan baju nya juga kaya kampungan gitu yah?" senyum Wanita itu dengan sedikit ilfil dengan Nada.

"Bukan—"

"Iya dhit. Kok kamu mau sih ngajak dia ke sini?"

"Engak dia tuh—"

"Iya pembantu kam—"

"Cukup Keyra!" tegas Radhit. "Dia tuh bukan pembantu aku, dia temen aku" jelas Radhit.

"Sejak kapan kamu punya temen kaya gini? Modelan kampungan gini?" Ucapnya sambil menegaskan satu persatu katanya.

"I'am sorry. Gw bukan kampungan, oke!" Tegas Nada kesal sedari tadi.

Di ejek kampungan lah. Baju jelek lah. Rasanya ia ingin menendang jauh sampai langit. ke planet luar angkasa sekalian.

"Ouh bukan kampungan yah? Truss apa—"

"Udah udah keyra. Kamu mendingan pergi aja dari sini,"

"Lho, kok kamu malah ngusir aku sih?"

"Eh, mbak nya kan udah di usir, sana deh!" Ketus Nada.

"Oke lagian gw juga bakalan pergi dari sini. Enek gw liat muka Lo" tegas pada Nada. "Yaudah Dhit. Aku pulang dulu yah, besok kita ketemu di kampus lagi! Bye!" Hentaknya sambil menyiniskan bibirnya pada Nada.

NadaRadhitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang