Pertarungan Hidup dan Mati

134 15 0
                                    

Angga tidak bisa memotong maupun mencabik cabik jenglot milik Rayi. Rayi melangkah maju perlahan selangkah demi selangkah mendekati mereka yang berkumpul dekat Angel. "Kenapa dengan jenglot ini, kenapa pedang ini tidak bisa memotong motongnya" kata Angga geram berusaha menotong jenglot. "Sini biar gua coba" pinta Ari. Ari juga tidak bisa memotongnya. "Bagaimana ini, bocah itu semakin mendekat" kata Ari sambil berusaha memotong jenglot, Ari milirik bocah itu melangkah semakin mendekati mereka. Tangan Ari gemetaran, ia tak lagi konsentrasi.

Cahty mengambil alih menutup luka bekas tusukan diperutnya. Iqbal mencoba membaca bebera ayat suci Al-qur'an. Begitu juga Hamas yang membaca ayat kursi. "Biar gua coba" pinta Iqbal pada Ari yang gugup gemetaran. "Lo yakin" ucap Ari. "Bismillah" jawab Iqbal.

Iqbal membaca beberapa ayat suci Al qur'an sambil memegang sebilah pedang ditangannya. Ia meletakkan jenglot dilantai dan, "BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ALLAHU AKBAR" ucap Iqbal langsung menebas jenglot yang diletakkan dilantai. Rayi sampai tepat dihadapan mereka dengan tertebasnya jenglot menjadi dua bagian.

"Arghk...." teriak Rayi kesakitan melangkah mundur satu langkah dari mereka.

"Berhasil" ucap Ari dan Angga.

"Dia kesakitan" Chaty menunjuk Rayi yang berjalan mundur perlahan menjauhi mereka.

"Benar, hancurkan lagi, cincang sampai tak berbentuk Bal" kata Ari senang.

Iqbal mengangguk dan mencincang cincang jenglot menjadi bagian bagian kecil tak berbentuk. "Hentikan ..." teriak Rayi yang kesakitan sambil meremas kuat rambutnya.

Tiba tiba Sifa yang pingsan tersadar, ia menatap wajah Irsyad didekatnya berlumuran darah. "Irsyad..." teriaknya langsung memegang memeluk mayat irsyad dipangkuannya. "Bangun syad, bangun..." sifa menangis dan berteriak. "Tidakkk...". Tak jauh dari pandangannya, ia melihat Rayi yang kesakitan. Ia berlari dengan mengambil tombak besi milik Irsyad. Ditengah ruangan Rayi berputar putar sempoyongan memegang memegag kepalanya serta meremas rambutnya, ia merakan sakit yang teramat. Tubuhnya terasa tak berdaya seperti tercabik cabik.

Sifa semakin mendekati Rayi, "ini kesempatan ku, MATI KAU BOCAH SIALAN" ucap Sifa seraya menusuk Rayi dari belakang dengan kuat. "Arghk..." tombak besi kini melintas di perut Rayi. Rayi melihat ujung tombak yang menembus perutnya. Sifa berhasil menusuk Rayi dari belakang hingga tembus kebagian depan. Rayi tertusuk tombak besi. Darah mulai menetes membahasi lantai rumah miliknya. Rayi terduduk lemah tak berdaya. Kini tidak ada lagi kekuatan magic miliknya. Pandangan mata mulai buyar. Sifa murka dan kembali mencabut tombak yang menancap dipunggung Rayi. Tapi sayang, tombak terlalu sulit untuk dicabut kembali. Ia melirik pedang yang terletak dilantai dekat tim 3 berada. Dengan cepat ia berlari mengambil pedang dan kembali menusuk nusuk Rayi secara babi buta yang terkulai lemah dilantai.

Hamas, Angga, Ari, Chayu dan Iqbal melihat Sifa yang kalap. "CUKUP, HENTIKAN" teriak Angga.

"Lo gila, dia sudah mati, kenapa lo masih menusuknya" ucap Angga

Sifa menghentikan pekerjaannya menusuk nusuk Rayi. Sifa mencaput pedangnya dari tubuh Rayi. Kini Sifa seperti orang yang kerasukan. Rambut yang basah karna darah dan wajah yang terkena percikan darah. Ia menjilat pedangnya yang terkena darah. Tim tiga merasa ngeri dan jijik melihat kelakuan aneh Sifa. Sifa perlahan berdiri berjalan selangkah demi langkah mendekati kumpulan tim 3 dengan menjeret pedang ditangannya. Ari berdiri berjalan mendekati Sifa. Dan ketika Ari Hampir mendekatinya,

Settt....

Sifa langsung nenebas Ari layaknya rumput ilalang yang menghalangi jalannya. "ARIII...." teriak Chaty tak percaya. Kini bukan hanya Angel yang termakan amukan pedang Sifa. Ari juga merasakan sayatan pedang Sifa. Ari langsung terjatuh terkelungkup dilantai. Darahnya mulai mengalir.

"Hahahaha akhirnya aku bisa membalaskan dendam ku" tawa sifa mengelegar disetiap sudut ruangan.

"Beraninya kau melukai teman ku" teriak Angga tak lagi menahan emosinya, ia mulai bertarung melawan Sifa kembali. Kali ini Angga tak segan segan melayangkan pukulannya pada cewek yang melukai teman temannya.

Iqbal merobek baju Ari dan mengikatkan kelukanya untuk menahan darah yang semakin banyak mengalir keluar. Hamas berusaha membantu Angga. Ia berusaha merebut pedang milik Sifa. Tapi sungguh sulit. Sifa emang jago berkelahi. Angga dan Hamas saling mengkode. Hamas mengerti maksud Angga. Angga dan Hamas mulai melancarkan aksinya hingga mereka merebut pedang sifa. "Sialan lo bedua" ucap Sifa.

"Nyerah lah" ucap Hamas

"Gua akan balas dendam adik gua dan juga pacar gua, lo semua harus mati ditangan gua" ujarnya

"Hidup dan mati ada ditangan Allah, bukan ditangan mu" jawab Hamas.

Sifa melirik Chaty yang tak jauh darinya. Dengan cepat ia menarik tangan chaty lalu melingkarkan tangannya dileher wanita mungil itu. Angga dan Hamas tak berkutik. "Lepaskan dia" kata Hamas

"Heh... tidak semudah itu, nyawa dibayar nyawa" ujarnya

"Dia tidak tahu apa apa" jawab Hamas

"Benarkah, bukankah dia juga salah satu yang pergi kehutan larangan bersama 9 yang lainnya"

"Benar, kami memang pergi kesana, jangan sakiti dia" ucap Hamas

"Adik lo bersalah, dia sudah banyak menghilangkan nyawa orang, kenapa lo harus mengulangi hal yang sama" tambah Hamas

"Jaga mulut lo, karna kalian semua, adik gua mati" teriak Sifa

"..."

"Gua berjanji, sebelum gua mati, lo semua harus mati lebih dulu" teriaknya

Iqbal yang menjaga Ari melihat ada celah untuk menyelamatkan Chaty. Iqbal berjalan pelan dari belakang mendekati keduanya. Chaty tak mau kelihatan lemah, ia mengigit lengan Sifa. Karna gigitan kuat Chaty, sifa reflek melepaskan cengkraman tangannya dari chaty. Chaty lari mendekat ke Angga dan Hamas. Lalu dengan secepat kilat Iqbal menblokir satu tangan Sifa kebelakang dengan menekuk lipatan kakinya hingga ia terduduk.

"Sial, beraninya kau, lepasin" Sifa meronta

"Ikat dia" ujar Hamas

Angga langsung mengikat kuat Sifa. Hamas yang mencari pertolongan kekampung membawa beberapa warga untuk membantu mereka. Akhirnya dengan bantuan warga mereka bisa dengan cepat menolong Angel dan Ari dan mengobati luka Chaty. Sedangkan sifa sama seperti adiknya. Ia langsung dibawa ke kota diserahkan kepada pihak berwajib.

Sebelum meninggalkan desa, Hamas dan Iqbal berpesan pada warga agar tidak meninggalkan solat lima waktu di mesjid. Dan tidak melupakan kewajiban pada keluarganya. Hamas juga berpesan jangan pernah lebih mementingkan urusan duniawi melebihi urusan kepada Ilahi.

Angel lagi lagi masuk rumah sakit. Berita masuknya Angel kerumah sakit sampai ketelinga Betran. Betran langsung mengunjungi rumah sakit dimana Angel dan Ari masih dirawat. Angel dan Ari sama sama banyak kehilangan darah. Keadaan mereka sangat kritis.
Betran tiba dirumah sakit dan hanya angga yang ia kenali diantara tim 3. Angga heran kenapa Betran ada dirumah sakit.

"Betran" kata Angga tak percaya dengan saingannya cintanya.

"Angga, gimana keadaan Angel" tanyanya

"Dia kritis" jawab Angga

Betran kalut dan langsung meninju muka Angga. "Ini pasti semua gara gara lo gak bisa jagain Angel, iya kan" ucap Betran sambil menunjuk nunjuk Angga dengan nada lebih tinggi. Angga memegang pipinya yang terkena pukulan tiba tiba dari Betran. "Apa maksud lo" Angga gak terima dengan pukulan Betran.

"Angel slalu mengikuti lo dari pada gua, dan karna lo, dia juga ninggalin gua, gua terima angel lebih milih sahabatnya, yaitu lo dari pada gua, tapi setidaknya lo harus bisa jagain dia, bukan membawa dia jadi seperti sekarang ini" ucap Betran

"Sudah cukup, ingat kita lagi dirumah sakit" Iqbal datang melerai keduanya.

Sekarang mereka hanya duduk dan mondar mandir didepan ruang operasi menunggu dokter keluar. Sejam sudah berlalu, dokter belum juga keluar. Yang lain tanpak gusar. Tak berapa lama doker keluar dari ruang operasi. Tim 3 dan Betran langsung mendekati dokter yang baru saja keluar.

"Bagaimana dengan keadaan kedua teman saya dok" tanya Hamas

"Teman anda--" dokter tanpak berpikir ingin menyampaikan sesuatu.

Masih penasaran.....

TeAM 3 ed. 2 : Kampung Penari & CarolinETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang