Jika saja waktu terulang, dia tidak akan membiarkan kejadian itu terjadi. Jika saja ia dapat mengerti perasaan yang ditujukan padanya, ia akan memcoba memberikan penjelasan dan bukan ketakutan yang pernah ia tujukan pada waktu itu. Rasa takut membuatnya hilang kendali. Andai saja ia bisa mengerti dirinya sedikit saja. Yah, sedikit saja untuk menenangkan hatinya. Sudah pasti kejadian itu mungkin saja takkan terjadi.
'Hah, Apa yang harus ku lalukan' guman Angel menghela nafas dan beranjak dari kamar dilantai dua menuju ruang makan. Terdengar obrolan yang berlangsung dimeja makan saat dirinya menuruni anak tangga.
"Jadi loe terlambat hanya karna menunggunya ?"
"Kenapa loe bawa dia kemari Do, apa Angel tahu ?"
"Siapa dia dan apa hubungan dengan Angel"
"Kenalin gwa pacarnya Angel, Bet-"
"BETRAN!," satu kata terucap memotong pembicaraan semua yang ada di ruang makan.
Betran beranjak dari kursi makan yang ia duduki melangkah kearah Angel yang berdiri terpaku.
"Hai Ngel, kenapa kamu ninggalin aku, bukannya sudah ku katakan kalau aku akan berusaha untuk kembali padamu"
Angel hanya menatap Betran yang berada tepat selangkah didepannya. Kini masalah bertambah. Yah, satu masalah yang hadir bisa menimbulkan beberapa masalah. Angel acuh tak menghiraukan Betran. Sorot matanya tertangkap pada salah satu pria yang sedang duduk dimeja makan. Dengan cepat Bion mengganti tangkapaan penglihatannya. Tapi jangan tanya, apakah Angel melihatnya ?. Jawabannya sudah pasti 'iya'.
Acara makan semakin terasa hening dengan munculnya satu mahluk asing yang tiba tiba datang. Setelah acara sarapan selesai. Angel keluar bersama dengan yang lainnya menikmati pagi dipegunungan. Udara yang sejuk, keramah tamahan penghuninya, membuatnya merasa tenang. Sejenak masalahnya dapat berkurang.
"Ngel, kesana yuk, kayaknya disana asyik tuh." Tara menunjuk para petani yang sedang menanam padi disawah.
"Ih... itu kan jorok Tar, lihat banyak lumpur" elak Jesi dengan mimik wajah yang dibuat-buat.
"Kalau gak mau ikut, kau bisa kembali ke Villa Jes, aku dan yang lainnya ingin kesana, bergabung bersama mereka" tambah Tara yang jengkel dengan sikap manja Jesi.
"Umm... ya udah aku ikut, tapi...aku nunggu disini aja" katanya cuek.
"Terserah" Tara makin sebel. Rara dan yang lain geleng-geleng kepala.
Rara, Angel, Chaty dan Tara membantu para petani menanam padi disawah. Terlihat mereka sangat menikmatinya, hingga salah satu penduduk melintasi mereka dan para petani.
"Hai Cara, mau kemana ?" Tanya salah satu petani wanita yang ada disitu.
"Hmmm... mau membeli sayur Buk de" jawabnya dengan senyum manis yang biasa ia torehkan untuk semua penduduk yang menyapanya.
Sekilas Cara melirik para pendatang baru tentunya. "Siapa mereka Buk De," tanyanya.
"Oh... kenalin mereka orang dari kota yang sedang liburan"
Angel dan yang lainnya memberi senyum dan sedikit anggukan kepala tanda perkenalan. Mereka tidak berjabat tangan dikerenakan tangan mereka yang kotor membatu para petani menanam padi di sawah. Cara membalas dengan senyuman.
"Baiklah Buk De, aku pamit dulu" katanya berlalu.
Lain halnya di Villa. Kehadiran Betran tentu saja membuat salah satu anggota Team 3 terutama Angga yang merasa jengkel bukan kepalang. Sorot mata tajam silih berganti dari keduanya. Sedangkan yang lainnya hanya asyik pada kesibukan masing masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
TeAM 3 ed. 2 : Kampung Penari & CarolinE
Phiêu lưuDisarankan ⚠ sebelum membaca Team 3 ed. 2 harus sudah membaca Team 3 edisi pertama yaitu Hutan Larangan dan Anggota Srigala. Selamat Membaca... Dukung Ceritanya dengan Meng Vote dan ramaikan kolom komen mengenai alur cerita Team 3. Dilarang keras ko...