Perasaan

45 11 5
                                    

Tuk tuk tuk,

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Angel yang baru selesai membersihkan diri, berjalan menuju pinti kamarnya. Ia raih knop pintu dan, "Tara !," katanya.

"Boleh aku masuk Ngel" pinta Tara yang masih setia berdiri didepan pintu kamar Angel, Cathy dan Rara.

"Tentu saja, kenapa loe tanya gwa, masuk aja Tara" jawab Angel santai sambil membuka lebar pintu kamar mempersilahkan Tara masuk.

Tara merilik kamar seakan akan memastikan sesuatu tidak mengganggu dirinya dan Angel. Angel duduk dipinggiran tempat tidurnya. "Ada apa Tara, ehm... soal tadi, ... gwa ... gwa..."

"Udah lupakan aja, aku juga gak ingin liat kamu dan Bion seperti itu terus, bukankah kita bersahabat"

"Thanks Tara"

"Apa Bion menyalahkanmu" tara mengambil posisi duduk disamping Angel.

Angel yang memdengar pertanyaan Tara hanya mengelengkan kepalanya. "Dia hanya belum bisa kehilangan Snifer,.... jika saja waktu itu ak-"

"Jangan salahkan dirimu Ngel" potong Tara. "Bion juga syok dengan kenyataan Snifer yang menyukaimu, dia bahkan tidak bisa melindungimu yang telah menyelamatkan adiknya dari ketergantungan"

"Tapi... jika waktu itu aku tidak egois, jika aku tidak memikirkan diriku sendiri, mungkin Snifer tidak akan nekat seperti itu, itu memang salah gwa Tara"

"Sudahlah, Bion tidak menyalahkanmu," Tara memeluk Angel seakan memberi energi dan kekuatan untuk sahabatnya.

Angel mulai menangis dalam pelukan hangat Tara. Tara yang mengerti, mengelus-elus puncak kepala Angel. "Yang Bion sesalkan selama ini bukan karna kau penyebab kematian atau kehilangan adiknya, tapi ia kesal sampai sekarang jasad Snifer tak pernah ditemukan"

"..."

"Dia tidak ingin bertemu denganmu bukan berarti ia menyalahkanmu, tapi pada saat itu, dia sedang kacau, bahkan untuk mengucap terimakasih dan maaf saja sulit dia lakukan untukmu"

"Untukku" tanya Angel tak percaya. Ia menatap Tara.

"Hemm.. benar untuk mu, Angel" jawab Tara pasti tanpa keraguan.

Angel sungguh tak percaya, terlihat jelas kerutan yang mengambarkan kebingungan tersirat dibenaknya, "kenapa !" Gumannya pelan dan masih dapat didengar oleh Tara yang duduk disampingnya.

"Karna dia tidak ingin kau menyalahkan dirimu sendiri" jawab Tara enteng sambil menatap langit-langit kamar.

"..."

"Ku harap kau dan dia, kita, bisa seperti dulu lagi" Tara kembali menepuk pelan pundak Angel dan beranjak pergi meninggalkannya dikamar seorang diri.

Angel hanya tersenyum, sedikit beban hilang dari pundaknya. "Terimakasih Tara" katanya pelan melepas kepergian Tara yang berlalu disebalik pintu kamarnya.

Ditempat yang tidak jauh dari Villa, terdapat sebuah rumah minimalis yang terletak diketinggian. Sesosok gadis menatap cahaya gemerlap dilangit yang bertabur dengan sebutan bintang kecil. Ia menikmati panorama kelap malam itu.

Pandangan jauh dan sedikit senyum mereka dibibirnya. "Hmm siapa dia, dia sangat manis" katanya pada diri sendiri melempar pandangan jauh dari sebalik jendela.

Ia berbalik masuk kedalam ruangan. Terlihat beberapa binatang peliharaannya. "Apa kalian sudah tidur" katanya dan tidak ada jawaban.

"Kalian tahu, aku telah bertemu dengan seorang pangeran, hemmm... dia sangat tampan, dia tinggi dan dia... ahk... sudahlah, untuk apa aku menceritakan pada kalian semua, kalian bahkan tidak menjawabku"

TeAM 3 ed. 2 : Kampung Penari & CarolinETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang