Sumber Kekuatan Rayi

121 12 0
                                    

Setelah pertunjukan yang mengerikan itu selesai, Rayi berjalan mendekat ke arah Cathy. Chaty melipat kedua kakinya tepat didepan dadanya. Ia merangkul kuat kedua lipatan kaki dengan gemetar tubuh yang semakin menjadi. Ia tak berani mendongakkan wajah melihat wajah Rayi yang semakin dekat dengannya. Rayi jongkok mensejajarkan dirinya dengan Cathy. Ia melihat Cathy yang tertunduk ketakukan merangkul kedua lipatan kakinya. Rayi tersenyum simpul, ia mengangkat kelapa Chaty dengan satu tangan memegang dagunya. "Kenapa kau begitu takut, apa aku menakutimu" tanya Rayi horor.

Angga tak bisa menahan diri melihat Cathy yang semakin ketakutan. Angga berlari mendekat dan memeluk Cathy. "Menjauh darinya, siapa kau, kenapa kau menahan kami" tanya Angga dengan nada sedikit meninggi.

Rayi berdiri "AKU, AKU ADALAH PENGUASA"

"Kau bukan penguasa" teriak Angga yang masih memeluk Cathy karna ketakutan.

Rayi berjalan berputar putar ditengah ruangan, dimana masih ada mayat Irsyad, Sifa yang pingsan serta percikan dan tetesan darah segar yang masih mengalir dari tubuh Irsyad. "HAHAHAHA... apa kau masih ingin melihat satu pertunjukan lagi" kata Rayi yang masih melangkah santai ditengah tengah ruangan.

"BAWA DIA KELUAR" perintah Rayi pada pemain musiknya.

Tak berapa lama para pemain musik masuk kembali kedalam ruangan dengan membawa Ari. Ari seperti orang bodoh. Ia bahkan tidak melihat ada temannya didalam satu ruangan bersamanya. Iqbal dan Hamas tak percaya kalau Ari juga berada disini bersama mereka.

"Apa yang akan dilakukan anak itu pada Ari" bisik Hamas pada Iqbal yang ada disampingnya.

"ARI, SADAR RI" teriak Iqbal berusaha memanggil manggil namanya supaya ia sadar kembali. Tapi kelihatannya percuma, tatapan mata Ari masih sama.

"Apa yang kau lakukan pada teman ku," teriak Angga mengarah pada Rayi

"Lihat saja, ini pasti lebih menarik" jawab Rayi dengan senyuman sinis diwajahnya.

"ARI SADARLAH, ARI SADARLAH" teriakan Iqbal menggelegar didalam ruangan hingga ruangan penyekapan Angel. Angel tersadar, kepalanya pusing. Ia merasa bingung kenapa berada diruang gelap sendirian. "Tempat apa ini" ia melihat sekitarnya mencari pintu keluar. "Apa jangan jangan ini tempat para penari sinden" ujarnya. Angel bangkit dan mulai berjalan keluar ruangan. Tidak ada penjagaan disekitarnya. Ia dengan leluasa mencari cari sumber suara yang terdengar samar samar olehnya ketika di ruangan penyekapan. Angel berjalan semponyongan melewati koridor rumah tinggi. Angel mendapati satu ruangan aneh yang berisikan boneka, sesajian, bakaran kemenyan, dupa dan lain sebagainya. "Tempat apa lagi ini" Angel melihat ada satu benda keramat seperti jenglot yang diletakkan diatas talam berlapiskan kain merah dan putih. Disekitarnya ada boneka jahitan berisi pasir yang diletakkan sejajar dengan menusuk satu jarum tepat dijantung boneka masing masing. "Ini pasti sumber kekuatan para sinden itu, sebaiknya aku hancurkan saja". Angel mulai mengobrak abrik isi ruangan. Ia mengambil semua boneka yang tertusuk jarum dan juga jenglot yang berada diatas sebuah talam kecil. Ia kemudian membungkusnya pada satu bungkusan kain merah lapis jenglot sebelumnya.

Rayi yang berada diruangan tengah sedang bersiap siap melakukan atraksi selanjutnya. Kali ini layaknya pertunjukan sirkus. Rayi menyuruh anak buahnya menabur serpihan kaca dilantai. Musikpun dimainkan, kali ini bukan musik jaipongan melainkan musik khas pertunjukan jarkep alias jarang kepang. Ari mulai menari nari diatas serpihan kaca. Entah dari mana ia bisa belajar tari pertunjukan jarkep, tapi yang jelas Ari begitu luwes memainkan tariannya diatas serpihan kaca. Kakinya berlumuran darah, tapi ia terus saja menari. Cathy tak tahan melihat Ari yang menari diatas serpihan kaca, ia memberanikan diri melepas pelukan Angga dan berlari menghentikan Ari. "Ari sadarlah, ini gua Chaty, sadarlah" teriak Cathy berdiri dekat dengan Ari menginjak serpihan kaca.

TeAM 3 ed. 2 : Kampung Penari & CarolinETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang