Chapter 7
Maou terkejut karena tiba-tiba Yuusha berteriak, dia hanya bisa diam di tempat dan memandang Yuusha yang sedang terengah-engah karena berteriak tadi.
Yuusha menutup matanya dan mencoba untuk menenangkan dirinya. Dia mengambil nafas dalam dan menghembuskannnya sambil mengeluarkan suara fuuuh.
"Papan ini.... kenapa dibuat untuk menunjukkan jalan kami ke istana Maou?! dan kenapa di buat untuk menunjukkan jalan ke singasana Maou?! lalu.... kenapa dibuat untuk menunjukkan kelemahan Maou?! Apa kau meremehkan kami?! Maou!!", teriak Yuusha sambil berjalan mendekat ke singasana Maou.
Sebelumnya Armein sudah menarik tangan Yuusha agar tak jauh dari dirinya, tapi Yuusha menepisnya dan terus berjalan mendekati Maou.
Ekspresi Maou berubah dari sebelumnya memasang ekspresi senang sekarang berubah jadi ekspresi tidak enak hati. Maou menggaruk pipinya dengan telunjukknya dan mulai kembali bicara.
"Maaf... kupikir akan merepotkan kalau kalian tersesat. Di hutan Ropu ada tempat penghasil gas Ilusi, aku tidak ingin kalian terjebak di sana, jadi aku meminta bawahanku untuk membuat papan petunjuk itu", kata Maou dengan suaranya yang lembut dan masih tersenyum tidak enak hati.
"Dan lagi kalau aku tidak menunjukkan jalan ke singasanaku, kalian akan tersesat di istana dan mungkin akan bertemu dengan anak-anakku yang lain", lanjutnya.
Yuusha diam dengan alis bertaut dan menunjuk ke arah papan yang menunjukkan kelemahan Maou.
"Ah... ini... aku membuatnya sendiri, karena Tear tidak setuju aku jadi membuatnya sembunyi-sembunyi, bagus kan?, jadi... Silakan!", kata Maou melebarkan ke dua tangannya.
Yuusha masih terdiam dengan wajah yang makin murka, teman-temannya yang ada di belakangnya hanya bisa diam memperhatikan Maou dan Yuusha.
Maou kembali menunjuk permata di dadanya itu dengan ekspresi 'disini, ayo disini'.
"Maou...... kau seharusnya berusaha untuk melawan kami, aku dan teman-temanku akan bertarung mati-matian untuk menyelamatkan dunia...", geram Yuusha.
"Kenapa kau malah menunjukkan titik kelemahanmu?!", teriaknya kembali.
"Itu karena aku tidak ingin melukai kalian", jawab Maou dengan wajah melankolis, yang membuat semua orang di situ tersentak.
Maou berjalan perlahan dan mendekati Yuusha. Yuusha mundur selangkah dan diam mendongak untuk melihat wajah Maou yang sekarang ada didepannya. Suara Maou sangat lembut, begitu juga senyumnya yang sekarang merekah di wajahnya. Dia memandang Yuusha dengan mata yang seperti sedang bernostalgia, sambil menjulurkan tangan ke arah Yuusha.
Armein, Lucas, Miina dan Lucia segera berlari dan berdiri di depan Yuusha seraya melindunginya dari Maou.
"Kau punya teman-teman yang baik, Yuusha", kata Maou sambil memandang teman-teman Yuusha.
Mereka semua tidak percaya dengan yang mereka lihat. Maou yang seharusnya adalah seseorang yang jahat dan berdarah dingin. Kenapa punya pandangan yang lembut seperti ini.
Saat sedang kebingungan bayangan hitam muncul dari tembok di balik singasana Maou dan seseorang keluar dari bayangan hitam itu. Yang keluar dari dalam bayangan memiliki sosok yang unik. Terlihat jelas dia memiliki 4 lengan dengan tubuh yang tinggi. Kemeja putih dan rompi hitamnya jelas membuat tubuhnya yang berotot terlihat kekar. Rambut kelabunya di sisir kebelakang melewati telinga runcingnya, matanya berwarna emas dan didahinya terdapat 2 mata tambahan juga tanda hitam.
Mereka terkejut dengan sosok yang mereka lihat. Sosok yang tidak bisa di pastikan ras nya.
Sosok itu tersenyum dan membungkuk untuk memberikan hormat, dengan 2 tangan kanan di depan dadanya, dan dua tangan lagi di belakang pinggangnya. Dia kembali berdiri tegap setelah beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai For my brother I'll become a demon lord
AdventureMalaikat maut yang sedang training salah mencabut nyawa?! Pilihan Kanato hanya dua, dikirim ke surga atau dilahikan kembali Tapi harapan Kanato hanya satu, bertemu kembali dengan adiknya, yang ternyata....... Cerita pertamaku, jika berkenan tolong b...