Chapter 6 – Pertemuan pertama
Gerbang istana Maou, bagian paling depan kerajaan, disaat negara lain memiliki istana di bagian tengah negara mereka, sangat berbanding terbalik dengan istana Maou.
Gerbang Istana Maou tidak memiliki pintu, hanya lorong sempit yang dibangun dibagian bawah tembok besar istana. Lorong itu hanya bisa dilewati dua orang sekaligus, tidak terlalu panjang tapi sangat gelap karena tidak ada jendela di lorong itu.
"Semuanya, siapkan senjata kalian, Yuusha dan aku akan berjalan paling depan, Armein bantu aku dari belakang jika ada serangan", kata Lucas sambil menyiapkan senapannya.
Yuusha mengangguk dan mengeluarkan pedang hitamnya, diikuti oleh Miina yang menggenggam erat tongkat putihnya di depan dadanya dan Lucia yang menggenggam erat busur dan panahnya, juga Armein yang membuat lingkaran pelindung di sekeliling mereka.
Mereka berlima menyusuri gerbang itu dan sampai disebuah taman bunga dengan jalan setapak dari batu putih besar, batu putih itu terlihat kontras dengan istana yang berwarna hitam. Suara burung-burung kecil berkicauan terdengar, beberapa kupu-kupu bahkan menari dengan indahnya di taman itu. Saat mereka tertegun melihat taman bunga di depan istana hitam, mereka tidak menyadari hingga mendengar suara nafas dari samping mereka. Mereka semua menoleh dengan cepat ke arah suara nafas itu dan terkejut.
"Pure Beast!!", seru Armein.
Seekor rubah yang sangat besar, bahkan 10 kali lebih besar dari manusia. Dengan bulu berwarna gading dan berekor api, rubah itu sedang tertidur dengan santainya. Yuusha dan teman-temannya dengan sigap bersiap untuk menyerang. Rubah itu terbangun dan melihat mereka berlima dengan wajah mengantuk dan mata emasnya, lalu menguap dan kembali tidur diatas kedua kaki depannya. Yuusha dan teman-temannya terdiam dan bingung karena, saat-saat ini yang seharusnya mereka bertarung tapi didiamkan oleh lawan mereka.
"Yuusha dan teman-temannya?"
Kata seseorang dari belakang mereka, yang membuat mereka semua beralih sasaran dari rubah besar yang ada di depan mereka.
Dibelakang mereka berdiri sesosok yang anggun dengan jubah panjang berwarna hijau muda dengan aksen emas. Seseorang dengan rambut pirang panjang, mata berwarna emas, telinga runcing dan tanda di kedua pipinya. Wajah cantiknya terlihat dingin tanpa ekspresi.
"Mazoku!?", geram Yuusha bersiap dengan kuda-kuda berpedanganya.
Sosok anggun itu membuang muka dan berjalan menuju pintu besar istana dengan mengibaskan lengan bajunya yang panjang, saat ia mendekat pintu istana, pintu itu terbuka lebar dengan sendirinya. Ia menjulurkan tangannya seraya mempersilakan Yuusha dan kawan-kawannya untuk masuk kedalam.
"Saya Tear, perdana menteri di kerajaan Mazoku. Silakan masuk, Maou-sama sudah menunggu anda semua", kata Tear sambil berjalan masuk kedalam istana.
"Apa-apaan semua ini?", geram Lucas dengan semua keanehan yang terjadi sejak mereka tiba di wilayah Mazoku.
"Yuusha, Lucas, tetaplah waspada, mungkin saja ini hanya pengalih perhatian, aku akan terus memasang mantra pelindung, karena itu jangan terpisah terlalu jauh", kata Armein.
"Miina pastikan kau terus ada diantara aku dan Armein", kata Lucia yang segera di balas Miina dengan mengangguk.
Dengan menguatkan hati, mereka berjalan masuk istana dengan kewaspadaan tingkat tinggi. Didalam lorong istana disisi kiri kanannya terdapat papan yang mirip dengan yang mereka lihat di dalam hutan bedanya hanya isi yang tertulis di papan tersebut dan sesuatu yang seperti batu sihir menyala menghiasi pinggirannya. Dengan bangga di papan itu tertulis 'Maou sebelah sini'.
Tear terus berjalan masuk ke bagian istana paling dalam sesuai dengan petunjuk papan itu, Yuusha dan teman-temannya yang mengikuti dibelakang hanya bisa berekspresi bingung dan tak tahu harus berbuat apa.
"Untuk apa sebenarnya papan-papan petunjuk jalan itu dibuat??!!!!", teriak Lucas tiba-tiba sambil menggaruk-garuk kepalanya dan membuat rambutnya berantakan.
Yang lain pun merasa ingin berteriak hal yang sama, mereka datang untuk memburu Maou. Tapi malah di berikan petunjuk lokasi dimana Maou berada.
"Manusia mudah tersesat terutama saat mereka berjalan di dalam hutan, karena itu Maou sama membuat papan itu agar mereka tidak tersesat saat menuju ke sini", jawab Tear tenang tanpa berhenti berjalan ataupun menoleh.
"Itulah masalahnya!!!", Lucas merasa putus ada dengan keanehan ini.
"Kak, tenangkan dirimu, seperti yang Armein bilang mungkin saja ini hanya pengalih perhatian untuk membuat kita lengah", kata Lucia yang tepat berada dibelakangnya.
Yuusha sejak tadi hanya diam dan memperhatikan Tear yang ada di depannya. Tear berjalan dengan santai tanpa senjata, dan tidak terlihat rasa khawatir di serang oleh Yuusha dari belakang.
Saat berjalan lumayan jauh, mereka sampai ditempat yang sepertinya ada di tengah istana. Pohon besar berdiri di tengah taman di kelilingi tanaman bunga yang berkembang.
"Kenapa di istana Maou yang harusnya dikelilingi kegelapan, malah dipenuhi bunga", gumam Yuusha, yang berhenti berjalan melihat taman di tengah istana.
Tear juga menoleh dan melihat apa yang dilihat Yuusha.
"Itu karena Maou-sama menyukainya", katanya sambil lalu dan mulai berjalan kembali.
"Menyukainya? Maou? menyukai bunga?", tanya Yuusha dengan alis bertaut bingung sambil lanjut berjalan mengikuti Tear.
"Iya, Maou-sama sangat menyukai bunga", balas Tear tenang.
Tear berhenti di depan pintu besar yang didepannya terdapat papan gantung yang bertuliskan 'Singasana Maou'. Yang sekarang hanya Yuusha dan taman-temannya diamkan tanpa komentar apa-apa. Karena mereka merasa kalau harus berkomentar lagi mereka akan kalah.
Tear mengetuk pintu besar itu.
"Maou-sama, Yuusha dan teman-temannya sudah sampai"
"Persilakan mereka masuk", kata suara dari balik pintu.
Suara itu tidak terdengar lembut tidak seperti suara yang mereka bayangkan, yang seharusnya di miliki seorang yang sekelas Maou. Anehnya saat mendengar suara itu Yuusha mendelik dan merasa seperti pernah mendengarnya di suatu tempat yang dia tidak bisa mengingatnya.
"Yuusha, bersiaplah", kata Armein membuyarkan lamunan Yuusha.
Yuusha melihat teman-temannya yang sudah bersiap, menggenggam senjata mereka dengan erat. Mereka semua kembali bersiap untuk apa yang akan datang. Namun yang didalam pikiran mereka adalah, bersiap dalam hal apa? Serangan Maou kah? atau keanehan yang akan terjadi?
Pintu besar itu kembali terbuka dengan sendirinya. Tear mengesampingkan dirinya, lalu pergi dari tempat itu meninggalkan Yuusha dan teman-temannya. Saat mereka memasuki ruangan, mata mereka semua terbelalak lebar dan terkejut tidak percaya saat melihatnya.
"Selamat datang, Yuusha dan Kawan-kawannya sekalian!! Aku adalah Maou raja dari kerajaan mazoku!", kata seseorang yang duduk diatas singasana dengan santainya.
Seseorang dengan tubuhnya yang besar, dilengkapi dengan kakinya yang seperti kaki naga. Sayap putih tersemat dibelakang pinggangnya. Rambut putih panjang lurus terjuntai, dengan tanduk yang menjulang dari dahi ke belakang kepalanya. Mata emas menyala di antara hitam matanya, lalu senyum merekah menghiasi wajahnya.
Yang membuat Yuusha dan teman-temannya terkejut bukan itu, melainkan di samping kiri dan kanan singasana yang Maou duduki, berdiri papan petunjuk yang menunjuk ke tengah dada Maou yang terdapat batu sihir berwarna merah menyala. Dan dipapan itu kembali dengan bangga tertulis 'Kelemahan Maou di sini' di sebelah kanan, dan 'Tusuk di sini' disebelah kirinya.
"Kalau kalian bisa, coba saja kalahkan aku!!", lanjut Maou dengan semangat sambil ikut menunjuk batu permata di dadanya dengan jempolnya.
Yuusha menggeram dan urat nadi terlihat mencuat dari pelipisnya. Dengan tangan terkepal dia berteriak.
"Jadi apa maksud papan itu sebenarnya!!!!!!!", teriak Yuusha yang selama ini menahan emosinya sejak tadi.
***
Yahooo, chapter 6 here
Selamat membaca dan mohon bantuannya untuk kritik dan saran
Thanks >.o/

KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai For my brother I'll become a demon lord
PertualanganMalaikat maut yang sedang training salah mencabut nyawa?! Pilihan Kanato hanya dua, dikirim ke surga atau dilahikan kembali Tapi harapan Kanato hanya satu, bertemu kembali dengan adiknya, yang ternyata....... Cerita pertamaku, jika berkenan tolong b...