Chapter 10
Diatas bukit tembok tinggi menjulang di hadapan Yuusha dan teman-temannya. Yuusha menengadahkan kepalanya dan melihat tembok kira-kira setinggi 6 kali orang dewasa. Di bagian tengah tembok di hias dengan batu permata besar berwarna merah yang berbaris sepanjang tembok. Yuusha mengulukan tangannya dan menyentuh tembok itu.
"Ini... hanya tembok biasa"
Pilgrim yang dibelakangnya mengikuti Yuusha dan mengulurkan tangannya. Tangan Pilgrim di sambut oleh kejutan listrik dan mengaktifkan barrier yang ada di sana. Barrier yang tak kasat mata itu jadi terlihat jelas dan menjulang memenuhi hingga ke langit kerajaan.
"Ini....", Armein terpana melihat ke arah langit yang membuatnya hampir terjungkal ke belakang.
Sebelum Armein terjungkal Pilgrim dengan sigap menangkapnya dari belakang.
"Ini adalah barrier yang diciptakan Maou-sama, Kami tidak bisa keluar dari kerajaan, dan orang luar dari kerajaan juga tidak bisa masuk ke dalam. Hanya Yuusha dan teman-temannya saja yang bisa melewati barrier ini"
"Yang kau bilang, kalau gate mu tidak bisa di pakai keluar kerajaan juga karena barrier ini", tanya Armein sambil membenarkan posisinya berdiri.
Pilgrim membuat Gate di tembok kerajaan lalu melemparkan batu kedalamnya, batu itu hanya memantul sama seperti memantul di tembok. Yang lain hanya bisa melihat antara mengerti dan kebingungan.
Pilgrim menoleh dan melihat matahari sudah hampir terbenam di barat. Lalu ia kembali membuka gatenya di pohon besar yang ada di dekat tembok.
"Matahari sudah mulai terbenam, sudah waktunya kembali ke istana", kata Pilgrim sambil mengulurkan tangannya ke arah gate yang dia buat.
Dengan langkah gontai karena kebingungan mereka, Yuusha dan kawan-kawannya menurut dan memasuki gate satu per satu, dan Armein yang terakhir memasuki gatenya. Tepat sejengkal sebelum Armein memasuki gate, tiba-tiba gate itu tertutup dan menghilang, menyisakan Armein dan Pilgrim berdua saja.
Armein tersentak lalu terdiam dengan perlahan membalikkan badannya menghadap Pilgrim.
"Apa yang kau inginkan?", tanya Armein dengan wajah curiga.
Armein mengeluarkan buku sihirnya dan memasang kuda-kuda siap menyerang. Pilgrim yang sedari tadi terdiam dan tersenyum hanya mengakat kedua tangannya ke atas, dan dengan kedua tangannya lagi dia masukkan ke sakunya, tanda menyerah.
"Aku tidak punya niat buruk", kata Pilgrim santai.
"Aku hanya merasa sedikit penasaran, tidak... lebih tepatnya tertarik", lanjutnya.
"Dengan apa maksudmu?", tanya Armein masih dengan sikapnya yang waspada.
Pilgrim menurunkan tangannya, lalu menunjuk ke arah Armein.
"Aku tertarik dengan alasan, kenapa kau menyembunyikannya?"
***
Yuusha dan teman-temannya tiba di ruang makan di istana Maou, Maou dan Tear dengan santainya duduk di meja makan. Yuusha baru menyadari kalau Pilgrim dan Armein tidak ada saat berjalan gontai menghampiri meja makan.
"Armein!", katanya sambil menoleh ke kiri dan ke kanan.
Dengan nafas memburu dia menghampiri Maou dan menarik kerahnya.
"Kau bawa kemana Armein?!", teriaknya pada Maou.
"Hm?", Maou bertanya-tanya apa maksudnya.
"Dia tidak kembali bersama kami!! Kemana kau membawanya?!"
"Aku tidak membawanya kemana-mana, tadi kalian bersama pilgrim kan?"
Masih dengan wajah marah, Yuusha belum melepaskan cengkraman kerah baju Maou yang tetap terduduk di kursinya.
"Pilgrim sedari dulu punya keingintahuan yang tinggi, jika tertarik dengan sesuatu dia akan mencari tahu lebih dalam"
"Maksudmu?"
"Apa teman kalian Armein menyembunyikan sesuatu?", tanya Maou dengan wajah serius.
"Hah?"
"Tidak, lupakan yang kukatakan", kata Maou sambil menggeleng.
"Tunggu saja sebentar lagi mereka pasti akan segera kembali"
Yuusha menunggu dengan wajah masam, tidak berapa lama Armein dan Pilgrim kembali.
"Armein!", kata Yuusha segera menghampiri Armein.
"Apa kau tidak apa-apa?", tanya Yuusha sambil meremas kedua bahu Armein.
"Aku... tidak apa-apa", kata Armein dengan ekspresi yang sulit dimengerti.
Yuusha yang melihat ekspresi cemas dan gusar Armein, mengalihkan pandangannya ke Pilgrim. Yuusha menghampirinya dan menarik kerah Pilgrim.
"Apa yang kau lakukan padanya?!", katanya dengan wajah marah.
Yang di tanya hanya diam dan tersenyum simpul, melihat Pilgrim yang diam saja membuat emosi Yuusha makin memuncak.
PLOK!!
Maou menepuk tangannya dengan kencang, yang membuat semua yang ada di situ terkejut dan memandang kearahnya.
"Cukup sampai di situ saja, aku tidak ingin ada perkelahian yang percuma", katany tegas.
Walau masih tersenyum tapi tetap terlihat ada ketegasan di matanya. Mendengar hal itu Yuusha melepaskan cengkramannya walah masih dengan wajah yang marah.
"Yuusha, Armein sudah kembali dengan selamat, apalagi yang perlu di pertanyakan. Lalu Pilgrim, saat ditanyai sesuatu kau harus menjawabnya dengan jujur, kenapa kau diam saja?"
Pilgrim kembali memandang Armein, Armein hanya membalasnya dengan ekspresi kesulitan.
"Aku tidak bisa mengatakannya, karena aku sudah berjanji akan merahasiakannya", jawabnya tenang.
"Apa yang kau rahasiakan Armein?", tanya Yuusha.
Armein hanya diam saja mengatupkan bibirnya dan memilih untuk keluar dari ruangan itu. Pilgrim yang melihat itu menyusulnya meninggalkan semua yang ada di ruangan itu kebingungan.
"Karena pilgrim juga sudah berjanji pada Armein, kita juga tak bisa melakukan apa-apa, untuk saat ini kita biarkan saja dulu masalah ini, sampai masing-masing dari mereka ada yang mau cerita sendiri", kata Maou menghampiri Yuusha dan menepuk punggungnya.
Yuusha terdiam dengan berat hati, dia berpikir padahal akan lebih mudah jika saat pertama bertemu dengan Maou dia segera mengalahkannya. Tapi entah kenapa setelah mendengar suara Maou yang membuatnya rindu akan sesuatu, dia tidak bisa melakukannya. Padahal akan lebih mudah jika dia segera menghancurkan kota yang dia kunjungi tadi, tapi dia tidak sanggup melakukannya setelah melihat warga kota yang hidup dengan damai.
"Lalu apa yang harus aku lakukan?", gumamnya.
Tapi walau bergumam Maou bisa mendengarnya dengan jelas. Dia mengusap-usap kepala Yuusha dengan lembut.
"Maaf ya aku sudah membuatmu kebingungan, tapi aku yakin semua akan baik-baik saja", kata Maou dengan lirih.
***
Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H
m(*-ω-)m
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai For my brother I'll become a demon lord
PertualanganMalaikat maut yang sedang training salah mencabut nyawa?! Pilihan Kanato hanya dua, dikirim ke surga atau dilahikan kembali Tapi harapan Kanato hanya satu, bertemu kembali dengan adiknya, yang ternyata....... Cerita pertamaku, jika berkenan tolong b...