Ni

1.1K 135 30
                                    

"Kurasa kau salah orang! Yaaa!! Lepaskan aku brengsek!!" Seru Irene yang kemudian menyentakkan tangan yang sejak tadi menariknya. Keduanya sudah ada di salah satu sudut club dengan cahaya lampu yang temaram. Irene menunduk memeriksa tangannya yang lumayan perih kemudian mendongak kearah pria jangkung dengan suit formal nya yang terlihat acak-acakan.

"Siapa kau? Berani sekali kau menarik tanganku seperti itu" Tanya nya dengan nada membentak. Pria itu menyenderkan tubuhnya disalah satu dinding dan menyeringai menampilkan seringai nakal dari ujung bibirnya, senyuman nakalnya itu bahkan terus terpasang begitu ia melangkah mendekati Irene yang terdiam.

"Kau tahu, aku ini seorang boooossttt" Jawabnya dengan nada yang kacau. Irene yang ada dihadapannya menaikkan satu alisnya begitu suara dentuman musik yang terdengar ditelinga, sayup-sayup suara Bobby yang khas bahkan menggema ditelinga Irene.

"Hah?! Host?! Kau .... Seorang host?" Tanya Irene terkejut, ia bahkan tidak paham kenapa bisa seorang host pakaiannya harus seformal ini? Apa ini memang seragam mereka atau ---Irene bahkan tidak perduli akan hal itu. Pria yang sepertinya sudah setengah mabuk itu menganggukan kepalanya dengan smirk yang setia terulas, sementara kedua matanya menyipit dan senyuman yang terhela. Irene yang melihatnya mendongakkan kepalanya sekali lagi, memastikan tampilan pria yang mengaku sebagai host itu lebih teliti.

Bagian hidung nya yang mencolok langsung menjadi perhatian Irene, bangir dan runcing seperti pensil yang baru saja diraut, alis matanya yang tebal menyatu dengan tatapan mata tajamnya yang sudah setengah sadar. Kulitnya memang tidak seputih pria Korea biasanya tapi justru terlihat begitu maskulin dimata Irene. Oh jangan lupakan aroma maskulin yang begitu saja tercium oleh hidung Irene mau tidak mau bahkan membuatnya tergoda.

Parfumnya mahal dan Irene rasa host ini lumayan tinggi selera nya.

"Tunggu, kau benar-benar seorang host? Sepertinya aku tidak yakin, kau .... Host?" Tanya Irene seolah memastikan kalau asumsi nya itu salah. Pria yang kesadarannya tinggal separuh itu kemudian mendekati Irene dan menghembuskan nafasnya tepat ditelinga Irene dengan begitu seduktif.

"Tentu .... Tentu sajaaaa...." Jawabnya dengan nafas tidak beraturan. Aroma wine berkadar tinggi dengan cepat bisa Irene hirup. Wine yang benar-benar tajam. Perlahan Irene mendekatkan wajahnya mencoba menatap lebih dekat paras wajahnya tapi pria itu buru-buru mencengkeram ujung lengannya begitu saja. Irene hampir saja terjerembab kalau saja ia tidak buru-buru mencekal ujung kemeja nya.

"Waittt!!... Kau mau membawaku kemana? Yaa!!" Seru Irene sepanjang mereka berjalan melintasi area club yang semakin hingar bingar oleh suara dentuman musik dan suara-suara manusia yang larut dalam kebahagiaan duniawi. Pria itu bahkan terus menarik tangannya melewati arena dance club yang sudah dipenuhi manusia. Irene sekilas melihat kearah Jisoo yang mulai teler, menari tidak tentu arah disamping Bobby dan oh .. Irene bisa melihatnya disudut table, pria muda sok polos itu. Jung Jaehyun sudah memagut  bibir perempuan berpakaian mini.

Sialan sekali mereka.

Sesaat Bae Irene menepuk ujung dahinya begitu tangan itu kembali menyentaknya. Langkah pria itu sudah sedikit terhuyung tidak beraturan. Irene berusaha mengimbanginya bahkan ia menarik tangannya sekeras ia bisa  tapi tenaganya begitu kuat walaupun kondisinya sedang mabuk. Setelah melewati ruangan utama club yang bising pria itu berbelok dan menarik Irene masuk kedalam sebuah kamar.

Perlahan gadis itu menyentuh lengannya yang sedikit panas. Cengkeramannya yang begitu kuat meninggalkan bekas kemerahan ditangannya. Sesaat ia mendengus kemudian berbalik sampai akhirnya ia tersentak begitu wajah pria itu ada dihadapannya. Irene hampir saja berteriak kalau saja pria itu tidak buru-buru menempelkan telapak tangannya di bibir Irene.   Tubuhnya benar-benar dekat dengannya, wajahnya kemudian menunduk beberapa centi. Irene menahan nafasnya beberapa kali. Kini ia bisa melihat dengan jelas raut wajah pria asing ini.

Bibirnya memerah, sementara kedua matanya menatapnya dengan sayu. Luar biasa. Irene bahkan meremang begitu tatapan itu mengarah tajam kearahnya.  Tapi sisi logika dalam kepala melecutnya. Apa benar kalau laki-laki ini seorang host? Satu pertanyaan yang bahkan ia sendiri merasa ragu dengan jawabannya.

Dan Irene sendiri merasa ragu yang apa yang akan ia lakukan dengan pria mabuk ini. Mengenalnya saja tidak, dan ia sangsi sendiri apa ia yakin akan menyerahkan malam pertamanya para pria seperti ini.

Keren sih, tapi tetap saja ini sedikit aneh.

"Kau host?" Tanya Irene untuk kesekian kalinya. Pria itu mungkin sudah hampir hilang kesadarannya karena sekarang ia sudah tersenyum dengan teramat manis.

"Tentu" Jawabnya dengan lembut. Wajahnya begitu dekat, hembusan nafasnya bahkan berbau cairan wine berkadar tinggi  yang Irene tahu itu bukan alkohol murahan.

"Kau ... Sudah lama bekerja seperti ini?"

"Tentu saja, dari kecil aku sudah disiapkan untuk pekerjaan ini" Balasnya dengan seringai yang tidak berhenti.

"Sejak kecil???!!! Benarkah??" Seru Irene kaget. Pria itu menyeringai mendengarnya, ia sekali lagi mendekatkan wajahnya bersiap menyerbu gadis itu tapi Irene buru-buru menahan dahinya dengan telunjuknya. Pria itu memunculkan smirk nakalnya dan berusaha melepaskan tangan Irene dari dahinya.

"Lalu .. Berapa bayaranmu" Tanya Irene lagi, mencoba memperlambat waktu. Pria itu bahkan sudah berkali-kali mendekatkan wajahnya tapi Irene menahannya dengan telunjuknya.

"Bayaran?" Ulang pria itu, alisnya terangkat naik menandakan kebingungan atas pertanyaan yang Irene ajukan. Perempuan cantik itu mendengus dan menarik nafasnya.

"Kau tidak mungkin melakukannya secara gratis kan? Penghasilanmu?... Berapa?" Tanya nya mulai tidak sabar.

"Hmm ... Banyak"

"Berapa?"

"15 juta ... Itu, pengasilanku... Banyaak kan?" Jawabnya dengab smirk nakalnya. Tapi cukup membuat Irene membeliak mendengarnya.

"15 juta? Owh shit!! Memangnya apa yang kau lakukan sampai kau bisa dibayar sebanyak itu hah? Kau benar-benar host kelas atas rupanya. Apa kau sangat hebat? Semahir apa kau sampai tarifmu semahal itu?" Cerocos Irene yang terkejut dengan kenyataan ini.  Pria itu menghentikan gerakannya dan terdiam, ia kemudian berdiri dan sedikit terhuyung jatuh, tapi Irene buru-buru menahan tubuhnya dan mendudukan pria itu di sisi ranjang. Kedua mata sayu itu mulai terpejam saat efek alkohol berkadar itu yang mulai menguasai tubuh sementara Irene terdiam menatapnya.

Pria ini ... Terlihat begitu mempesona dimatanya. Seksi sekaligus jantan dalam waktu yang bersamaan, 15 juta Won bukan nilai uang yang sedikit Irene sendiri tidak tahu kalau tarif seorang host bisa sebesar itu. Sebagus apa permainannya diatas ranjang? Irene bahkan tidak mengerti.

Tapi ... Uang bukan masalah besar baginya. Ia cukup kaya dengan penghasilan nya saat ini. Lagipula, ini malam pertamanya. Tidak berlebihan rasanya kalau ia menghabiskannya dengan seorang host bertarif 15 juta Won ini.

Saat Irene yang tengah menimang keputusan terbesar dalam hidupnya mulai yakin dengan apa yang akan ia lakukan, pria itu tiba-tiba saja menarik pinggangnya, wajahnya bahkan sudah menempel dengan perutnya.  Sesaat Irene merasa kaget tapi pria itu tidak membiarkan ia melamun, ciuman panas dengan cepat mendarat di bibirnya. Irene mematung dengan tubuh dipeluk oleh orang asing, ciuman pelan itu berubah tempo menjadi panas dan dalam. Bibir pria itu bahkan menekannya, meminta Irene membuka mulutnya secara lembut membiarkan pria itu memainkan tempo ciuman mereka dengan panas, membiarkan lidah mereka kemudian saling terpilin. Nafasnya yang panas bahkan menyeruak memenuhi udara.

Dengan bibir berpagutan Irene akhirnya membuka kedua matanya dan tersadar kalau posisinya kini berubah, merebah diatas kasur dengan pria asing itu diatas wajah dan tubuhnya. Pria itu masih mencumbunya, menciumi bagian pangkal lehernya dan menghisapnya secara panas. Ciumannya brutal tapi Irene menikmatinya. Beberapa tanda merah mungkin sudah tercipta diarea leher Irene, sesuatu yang  tidak pernah ia dapatkan seumur hidupnya. Sesaat pria itu mendongak dengan kedua mata yang perlahan terbuka, tersenyum teramat manis pada Irene yang juga menatapnya.

"Kau wangi sekali" Gumamnya dengan seringai nakal favoritnya. Irene mengulas senyumannya. Merasa bangga mendengar pujian itu.

"Tentu saja ... Err---"

"Mino ....."




To be continued

Yuhu Taken is up...
Ada yang nunggu kah?

Happy reading guys. Jangan lupa vote dan comment nya...
Love ya...

TAKEN [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang