“Sudah belum? Lama sekali!!”
“Berisik!”
Song Mino yang sudah selesai dengan tampilannya berdiri kaku dengan kepala yang kemudian menunduk mengecek arloji berwarna silver dengan kesal dan mendongak kearah ruangan ganti.
Beberapa menit berlalu pria tampan itu akhirnya menarik nafasnya tidak sabar dan mendorong pintu ganti kamarnya dengan paksa, ia menerobos masuk dan mencari Irene yang masih mematut diri, dengan bibir mendecak Mino akhirnya meraih paksa tangan gadis itu dan menariknya. Perempuan itu mengerjap kaget dan buru-buru menarik sepasang sepatu yang masih berdiri kaku diatas meja marmer.
“Lepaskan! Aku bisa jalan sendiri" umpatnya sebal, langkahnya yang tertatih membuat telapak kakinya merah, Bae Irene kemudian menyentakkan tangan pria itu dan memakai sepatunya dengan susah payah. Sementara Mino mengibaskan jasnya dan mendecih tidak sabar. “Ini sudah terlambat!”
“Lalu kenapa? Memangnya tidak boleh terlambat beberapa detik!” elak Irene tidak mau kalah.
“Beberapa detik katamu hah! Ini bisa menghancurkan reputasiku!!” seru Mino tidak suka. Nada suaranya memburu begitu ucapan Irene terkesan sekali meremehkan sesuatu yang penting baginya.
“Tsk orang gila” gerutu Irene dengan marah, Song Mino kemudian mendelik dan mendekati perempuan itu dengan nafas memburu. Gadis Bae itu belum menggelung rambutnya dan kini dengan rambut acak-acakan, Irene kemudian berjalan tertatih mengimbangi langkah Mino yang terlihat panik. Perempuan itu bahkan hanya bisa menghela nafasnya saat Mino menyentakkan tangannya dipelataran parkir, sementara ia kemudian masuk kedalam audi hitam yang terparkir sempurna didepan lobby.
"Cepat?!"
"Tsk ... Bawel!" Balas Irene tidak mau kalah.
Mino yang mendengar umpatan itu mendengus marah dan menyalakan mobilnya dengan suara kasar membuat perempuan yang kini duduk disampingnya mendelik kaget dan buru-buru menutup telinganya saat Mino kemudian menstarter rem dengan suara bising, setelah suara itu berhenti meraung pria tampan itu menyeringai dan mulai menjalankan mobilnya dengan santai.
“Dasar brengsek! Dandananku belum selesai, bagaimana bisa kepesta kalau aku seperti ini! Ini semua salahmu” sembur Irene dengan marah, Mino yang kemudian menoleh menyeringai dan menyentuh ujung dagu dengan satu tangannya, ia mencebil dan membentuk seringai diujung bibirnya, satu tangannya yang tengah mencengkeram kemudi benar-benar terlihat jantan dimata Irene. Ah sial! Kenapa ia harus selalu terpesona seperti ini sih.
“Memangnya siapa yang akan kau temui disana hah! Jangan ge-er dulu, disana tidak ada pria tampan selain diriku, jadi percuma kau berdandan secantik apapun tidak akan ada yang melihatmu!” cibirnya dengan nada penuh ejekan, Irene Bae menarik nafasnya dan mengikat rambutnya secara asal, ia menarik satu batang tusuk konde yang ada diujung gaunnya. Perempuan itu membolak balikan rambutnya yang panjang dan menusukkan bambu kecil itu tepat ditengah gulungan rambutnya.
“Begini selesai, Tsk, hentikan pikiran gila mu itu. Aku tidak tertarik mencari pria ditengah pesta, pria-pria seperti itu brengsek, tidak bisa dipercaya!” keluhnya dengan nada frustasi yang jelas-jelaa terlihat dari setiap tekanan nada suaranya.
“Apa kau bilang?”
“Tsk!”
Song Mino mendecih dan kemudian membulatkan kedua matanya tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya, tapi kemudian semburat merah tiba-tiba saja muncul dipipinya namun pria itu buru-buru memalingkan wajahnya saat berhadapan wajah dengan Irene. Mino buru-buru membelokan kendaraannya saat melewati sebuah hotel mewah didepan jalan utama kota Seoul. Pria itu memutar dan kemudian mundur ke secure area. Irene hanya bisa menarik nafasnya saat melihat beberapa petinggi perusahaan hilir mudik diluar mobil. Ia hanya bisa mengenal beberapa, dan itu berarti tidak banyak orang yang mengenalnya. Dengan senyum senang perempuan itu mendorong handle pintu dan mengulas senyum terbaiknya. Song Mino sudah terlebih dahulu turun, pria itu melambaikan tangannya dan tersenyum pada seorang pria paruh baya yang memakai suit putih. Perempuan Bae itu hanya memutar kedua matanya dan melengos, ia melangkahkan kakinya perlahan tapi Mino kemudianmenahan pundaknya.
“Donghae-hyung, kau tidak mengenalnya?”
Irene mengerutu dalam hati, ia bersumpah akan membalas semua perlakukan pria jahat ini. Ia buru-buru tersenyum dan berdiri dengan kaku disamping Mino, sementara Lee Donghae sontak mengernyitkan satu alisnya bingung dan kemudian mendongak, “Irene?!, sedang apa kau disini! Kenapa kau tidak masuk tadi heh!”
“An.... Anu, Lee-sajang”
“Dia datang bersamaku, maaf tadi kami membicarakan beberapa point penting dalam kerja sama jadi kuharap kau sedikit maklum dengan izinnya” sahut Mino dengan suara tenang, pria itu meraih lengan Irene dan menyimpannya diantara pinggang dan lengannya, Bae Irene menahan nafasnya tapi ia mencoba mengimbangi permainannya dengan tersenyum dan sesekali mengangguk.
Lee Donghae kemudian mengernyitkan satu alisnya dan tertawa. “Ah tentu saja, kuharap ini membawa kabar baik bagi perusahaan, iya kan Bae?” tanyanya dengan suara penuh curiga.
Irene hanya mengangguk kaku dengan tangan diapit oleh pria itu. Donghae sesekali melirik kearah Irene dengan penasaran, ia bahkan terus saja melihat kearah perempuan itu dengan bingung.
“Dia kenapa, ah sial! Aku pasti dipecat, ini semua gara-gara kau!” desis Irene saat mereka sudah tiba di ruangan tengah, Mino mengabaiknya dan memilih mengulas senyum manisnya pada para tamu sedangnya ujung bibirnya mendesis kesal membalas keluhan Irene.
“Diam dan laksanakan tugasmu, atau Lee Donghae tidak mendapatkan tendernya” dengus Mino dengan suara sedikit mengancam, Irene membulatkan matanya kaget dan hanya bisa tersenyum dengan sangat manis dengan tangan diapit oleh pria itu.
"Awas saja, aku pasti akan membalas semua yang kau lakukan malam ini" Gumam Irene pelan, sudut bibirnya menggerutu tapi senyuman palsu kemudian terulas dari wajahnya, sementara tangannya diapit dengan kuat oleh Mino yang sesekali bahkan melambaikan tangannya membalas sapaan para tamu yang bahkan tidak Irene kenal. Ia bahkan seperti barang bawaan disini. Tidak ada yang Irene kenal sama sekali, terkecuali bos besarnya mungkin yang entah kenapa membuat Irene sedikit tenang saat Mino memilih tidak berlama-lama ketika mengobrol dengannya.
Irene tahu pesta para chaebol seperti ini hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu dan atasannya itu mungkin tengah shock dan terkejut bisa melihat bawahannya bisa berada dalam pesta yang sama.
Haruskah Irene merasa bahagia dengan kenaikan level yang begitu mengejutkan ini?.
"Cukup tersenyum dengan cantik, jangan membuatku malu" Gumam Mino dengan suara beratnya, Irene hampir saja tidak menyangka kalau itu suara Mino kalau saja ia tidak sedang menoleh kearahnya. Seringai perlahan muncuk dari ujung bibir pria menyebalkan itu begitu pria tua yang sejak tadi menyapa nya berlalu. Song Mino melirik kearahnya dengan pandangan tajam nya.
Pria ini pasti akan membuatnya hidupnya sengsara, Irene yakin itu.
Bersambung
Engap ga sih kalian, liat pasangan Taken yang emosionaal sekali wkwkkwk tahan yaa...
Happy reading semuanya.
Keep support Minrene ya guys
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKEN [FIN]
FanfictionPercayalah, Song Mino itu sebetulnya baik. Dia hanya tidak mampu mengekspresikan bagaimana perasaannya saja. Mungkin itu memang kenyataan, tapi tetap saja bagi Irene ini sulit. TAKEN a Minrene Story ©ziewaldorf