“Hentikan..Kumohon hentikan sekarang”
Mino yang tengah sibuk menciumi tubuh perempuan yang kini sudah merebah disofa dengan tubuhnya yang menindih diatasnya hanya terdiam dan melepaskan bibirnya perlahan, ia hanya terdiam dengan kepala menunduk hingga ia bisa melihat wajah Irene yang sudah basah oleh saliva, gadis itu menghela nafasnya yang sedikit sesak dan memejamkan sebentar matanya.
"Kenapa?” tanya Mino dengan suara dinginnya, ia hanya mematung dan menahan tubuhnya tidak bergerak dari posisi awalnya, Bae Irene menggerakan kepalanya dan menaikkan tangannya, tubuh Mino yang menindihnya mulai terasa berat.
“Apa kita akan melakukannya, sekarang?” tanya nya dengan polos. Song Mino yang mendengarnya memutar kedua matanya tidak percaya. Ia mendengus sejadinya.
“Tentu saja, memangnya kau pikir apa yang sedang kulakukan?” sentaknya tidak tahan dengan reaksi bodoh yang gadis ini perlihatkan.
Irene menghela nafasnya dan menyatukan kedua bibirnya pertanda kalau ia paham dengan semua ini, ia mendongakan kepalanya dan mengangkatnya sedikit agar ia bisa melihat lebih dekat wajah pria ini, bibirnya yang sudah basah dan kemerahan, hidung bangirnya yang bisa dengan jelas ia lihat nyata-nyata menambah nilai keseksiannya sungguh mengusik Irene, ia tidak tahu kalau berada sedekat ini wajahnya sangat tampan.
Nafasnya pun bisa dengan mudah ia dengar, “Baiklah..apa akan terasa sakit?” sahutnya dengan tampang bodoh, Mino memutar kedua matanya dan memejamkannya sebentar sementara Irene bisa dengan mudah menebak kalau laki-laki itu mulai kesal, dan kemudian ia hanya menghela nafasnya saat Mino beranjak bangun dan berubah posisi menjadi duduk.
“Wae?” tanya nya masih dengan kebingungan yang melanda.
Song Mino memijit dahinya pelan dan memejamkan matanya, “Kenapa kau bisa sebodoh ini!” dengusnya tajam, Bae Irene dengan cepat beranjak duduk dan memperbaiki kemejanya yang sudah setengah terbuka, “Memangnya salah, aku kan hanya bertanya” elaknya tidak terima dengan sebutan bodoh yang berulang kali ia dengar.
“Tapi kau bertanya pada saat yang salah” kilah Mino yang mulai emosi.
“Mana aku tahu!” elak Irene tajam, Mino menoleh dan melotot kearah perempuan itu “Apa kau sama sekali tidak pernah melakukan hal ini dengan orang lain, melihat di video barangkali”
“Tsk..pertama kali itu kan malam itu, walaupun aku lihat di video, memangnya aku tahu apakah itu terasa sakit atau tidak” balas Irene tidak terima. Mino terdiam dan kemudian melengos, rambutnya sudah basah oleh keringat sementara Irene hanya menatapnya serba salah, beberapa menit berlalu akhirnya perempuan itu tidak tahan dengan kebisuan yang melanda, “Apa tidak jadi?” tanyanya pelan.
“Menurutmu bagaimana?” sentak Mino kesal. Bae Irene yang mendengarnya sontak membulatkan matanya semakin sebal, “YA SUDAH LAKUKAN SAJA!!” jawabnya dengan suara keras, membuat Mino yang ada di hadapannya kemudian meliriknya dan menyeringai sinis kearah perempuan itu.
“Kalau kau bertanya lagi, aku akan membuat ini terasa sangat menyakitkan untukmu” ancamnya marah, membuat Irene mengerjap tidak percaya kearahnya.
🌼
Sengatan matahari pagi yang menyeruak melalui jendela yang tidak terkunci perlahan membuat ujung pori-pori memanas, perempuan yang hanya memakai selimut itu perlahan mengerjap dan membuka matanya dengan sempurna. Pertama ia menarik nafasnya dan kemudian menatap ujung langit-langit yang berhiaskan kayu vinyl yang diukir sempurna oleh tangan, Bae Irene menggerakan kepalanya bingung dan kemudian memutar matanya, yang pertama ia ketahui tempat ini bukanlah kamarnya, tidak ada apapun disini selain lampu hias yang berdiri dengan sangat sempurna. Kamar yang hanya dibatasi oleh jendela besar yang menghadap keluar apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKEN [FIN]
FanfictionPercayalah, Song Mino itu sebetulnya baik. Dia hanya tidak mampu mengekspresikan bagaimana perasaannya saja. Mungkin itu memang kenyataan, tapi tetap saja bagi Irene ini sulit. TAKEN a Minrene Story ©ziewaldorf