Juu-Roku

800 108 42
                                    

Seumur Irene bekerja baru kali ini ia mendapatkan klien yang sesuai dengan kriteria pria idaman hatinya. Park Jinyoung benar-benar seorang pria sejati, lembut, sopan dan penuh perhatian.

Pria ini selalu lembut saat bicara dengannya, selalu memperlakukan Irene dengan sopan dan tidak pernah membiarkan Irene luput dari perhatian-perhatian kecil yang mungkin akan terlihat sepele tapi bagi Irene itu luar biasa.

Mungkin Jisoo benar, ia benar-benar perempuan haus perhatian laki-laki. Ah masa bodoh. Ini memang kenyataan dan sudah seharusnya Irene bahagia karena mendapatkan perhatian-perhatian yang menyenangkan dari pria setampan Park Jinyoung.

Bekerja bersama pria itu membuat kehidupan Irene bahagia. Klien barunya ini bahkan tidak segan-segan menjemput dan mengantarkan Irene bekerja.

Kedekatan-kedekatan yang terjadi secara alami bersamaan dengan berjalannya tender membuat perasaan Irene kemudian berubah. Lama kelamaan Irene jengah sendiri dengan sikap manis yang selalu ia dapatkan, Irene bosan sendiri dengan kelemah lembutan Jinyoung.

Hal yang tidak pernah terjadi dalam hidupnya. Irene ingin Jinyoung bersikap seperti Song Mino.

Yang acuh, yang selalu penuh emosi tapi tulus.

"Rene .. Kau melamun" Tegur Jinyoung dengan lembut. Irene yang mendengarnya menaikkan satu alisnya dan menyeringai. Sore ini Jinyoung mengajaknya keluar, menikmati pemandangan senja langit Seoul dari atas rooftop sebuah cafe. Tempatnya romantis dan indah. Cocok sekali dijadikan sebagai tempat kencan.

"Itu .. Ah maaf" Sahut Irene pelan. Park Jinyoung hanya menatapnya dan kemudian menyeringai. "Aku ke toilet sebentar, nanti kupesankan makanan, kau bisa menungguku kan?" Tanya Jinyoung lagi. Irene mengangguk mendengarnya, pria Park ini selalu begitu. Memastikan Irene tahu apa yang akan ia lakukan, ia bahkan selalu memesankan makanan dan minuman tanpa menanyakan dulu apa yang Irene sukai. Sebuah sentuhan lembut mendarat dipucuk kepala Irene begitu pria itu hendak berlalu. Meninggalkan Irene yang kemudian menahan nafasnya lalu menghempaskannya dengan bosan.

Seharusnya tidak seperti ini kan? Park Jinyoung itu pria yang sesuai dengan kriteria Irene tapi kenapa ia jenuh.

"Disini masih kosong kan?"

Irene yang mematung mengangguk pelan, membiarkan seseorang kemudian duduk dihadapannya. Gadis itu hanya mematung sampai kemudian seraut wajah yang begitu familiar terlihat lagi oleh kedua matanya.

"Kau?!" Serunya dengan suara melengking. Sementara dihadapannya Song Mino menyeringai puas kearahnya. Mino bahkan hanya mendecih melihat Irene yang terkejut.

"Tidak perlu berteriak, aku tahu kau merindukanku kan?" Sahutnya pelan. Irene yang mendengarnya mendecih malas kearah Mino.

"Hah.. Mimpi saja sana!"

"Aku tidak bermimpi ko, kau memang merindukanku ... Iya kan?" Tandasnya dengan tatapan yang sama, tajam dan penuh intimidasi. Irene yang mendengarnya mendecih dan melengos menghindari tatapan tajam yang bahkan masih sanggup membuat jantungnya kembali berdebar.

"Pergi sana!"

Song Mino menyeringai mendengarnya. Rasanya sudah lama ia tidak diteriaki perempuan seperti ini. Rasanya menyenangkan.

"Kau tidak bisa mengusirku, ini tempat umum" Serunya. Meninggalkan kemarahan yang jelas terlihat dari wajah Irene.

"Tapi yang kau duduki itu kursi orang lain. Masih banyak kursi yang kosong"

"Saat aku datang disini tidak ada siapa-siapa"

"Tsk, dasar menyebalkan. Kalau kau tidak mau pindah, aku saja yang pindah" Seru Irene lagi. Emosi. Gadis itu mendecak sebal ditempatnya, ia bahkan merutuki Park Jinyoung yang malah menghilang disaat ia membutuhkannya.

TAKEN [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang