Juu-ichi

904 109 17
                                    

" Kau baik-baik saja?!"

“Tenang saja, tidak perlu khawatir seperti itu”

“Siapa yang khawatir! Tsk, percaya diri sekali. Ayo aku harus menemani mereka” dengus pria tampan itu dan mulai menepuk celana mahalnya dengan lembut, Mino menarik jasnya dan memakainya kembali, ia berjalan meninggalkan Irene yang masih mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Sudah Irene bilang, laki-laki ini memang brengsek kan?

Ingin rasanya ia menendangnya sekuat ia bisa. Walaupun nyata-nyata itu sulit.

TAKEN

Sesuatu dalam tubuhnya menyodoknya dengan sangat kuat, ia sadar betul bagaimana tabiat pria bermarga Song itu. Tidak ada gunanya berkhayal kalau dia akan sedikit lebih perhatian dan mesra padanya. Tidak ada hal yang seperti itu dalam hidup pria tampan tersebut. Dengan air mata yang akhirnya memaksa untuk keluar Irene  bangkit dan berdiri membelakangi ruangan pesta. Angin malam yang berhembus dari daun-daun willow tua yang berdiri gagah tepat disamping gedung hotel menyibak rambut panjang milik Irene,  dandanannya sudah tidak beraturan akibat ciuman panas tadi.

Dua tali gaun navy yang ia kenakan sudah turun ke pundaknya, perempuan itu perlahan menaikkan dua tali itu dan merapihkan rambutnya yang terurai panjang tidak beraturan. Irene memejamkan matanya mencoba mengusir rasa sesak yang mulai memenuhi rongga dadanya, ia mengepalkan buku jarinya kuat-kuat dan menggeser tubuhnya saat seseorang berdiri dengan suara deheman keras disampingnya. Perempuan itu menoleh dan sedikit kecewa saat mengetahui kalau bukan Mino yang ada disampingnya.

“Kau sedang apa disini? Pestanya belum berakhir Bae” tegur Lee Donghae yang lagi-lagi mendatanginya dengan tatapan penuh selidik.

“Hanya mencari udara segar, didalam terlalu panas” elak Irene dengan sikap gugup yang tiba-tiba, Lee Donghae memutar kedua bola matanya tidak percaya. Panas apanya? Pesta sebesar dan semewah itu memangnya tidak memakai AC?. Pria paruh baya yang masih gagah diusianya itu hanya menggerakan kepalanya dengan sangat menyebalkan dan meminum champagne nya pelan-pelan.

“Sebenarnya hubungan kalian itu seperti apa sih? Aku jadi penasaran”

“Penasaran?” tanya Irene tidak percaya. Bukan tipe Lee Donghae untuk penasaran pada hal-hal remeh seperti ini dan mendengar pertanyaan aneh dari bibir bos nya mau tidak mau membuat Irene kembali mendengus.

" Hei...jangan berfikir yang tidak-tidak dulu. Kalau itu membawa pengaruh baik untuk perusahaan kenapa tidak kan? Itung-itung kau membantuku dengan hubungan ini. Sekali mendayung dua pulang terlewati kan?” tegasnya dengan nada sumringah, terlihat jelas sekali kebahagiaan disana.

Bae Irene menegang ditempatnya, ucapan itu seperti keinginannya. Ia memang mulai menyukai pria menyebalkan itu, ia memang tidak berfikir untuk tender Lee Donghae --tidak, Irene tidak memikirkan urusan perusahaan saat ini, ia hanya mulai menyukainya. Tapi semua itu hanya mimpi kan? Pria itu bahkan terus-menerus bersikap kasar padanya, semua ucapannya penuh dengan cibiran menyakitkan hati. Apa ini disebut cinta? Irene  buru-buru menggelengkan kepalanya kuat-kuat, rasanya mustahil kalau pria itu juga menyukainya. Terlihat sekali kalau Mino  hanya ingin tubuhnya. tidak lebih.

Menyakitkan memang. Tapi itulah kenyataannya.

“Ayo masuk” ajak Donghae dengan suara datarnya, pria itu menyimpan gelas champagne nya dengan hati-hati diujung pembatas balkon dan menarik tubuhnya untuk beranjak dari balkon yang sudah mulai dingin, Irene masih saja diam ditempatnya. Moodnya masih berantakan dan ia tidak ingin membuat kekacauan didalam sana, ia tidak mau lagi mendengar ucapan-ucapan pedas itu. Ia tidak mau lagi dibentak dan dicibir dengan ucapan-ucapan menyakitkan itu.

TAKEN [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang