“Kau tidak sedang bersandiwara kan? Kau tidak sedang berencana menguras uangnya kan, Irene Bae?!” dengus suara dingin dibelakang punggung Irene.
Perempuan itu kemudian menggerakan kepalanya merasakan aura dingin dibelakang kepalanya buru-buru menoleh dan mengerjap saat melihat Lee Donghae berdiri tepat dibelakangnya dengan seringai sinis tidak percaya. Satu tangannya yang mencengkeram erat gelas champagne digoyangkan dengan sangat elegan.
Bae Irene hanya bisa menahan nafasnya, mencoba menyabarkan diri atas tuduhan yang memang sangat wajar diarahkan padanya, oh come on ia bahkan seperti itik buruk rupa yang berubah menjadi angsa begitu berada dekat-dekat dengan pria Song menyebalkan itu. Perlahan perempuan itu menghela nafasnya lagi dan mencoba tersenyum manis pada bos besarnya. Ia dan Lee Donghae memang tidak pernah cocok, tapi itulah yang membuatnya bertahan bekerja dengan pria itu. Bertahan selama empat tahun karena perbedaan visi? Sungguh menggelikan kan?. Donghae berdehem sesekali dan mendekat kearah anak buahnya itu, sebenarnya ia sendiri takut kalau Irene tengah mengincar CEO muda itu dan hanya menguras uangnya, ini bisa berakibat fatal untuk bisnisnya kan?. Tidak ada yang tahu niat seseorang dan kalau itu berhubungan dengan kelangsungan perusahaan Lee Donghae tidak akan segan untuk menegur.
“Lee-sajang, apa maksud anda?”
“Tsk, kau jangan bohong. Kau mengincarnya kan? “ tanya Donghae dengan satu alis terangkat, penuh dengan kecurigaan yang jelas-jelas terlihat.
“Siapa?”
Lee Donghae mendesis dan menoleh kearah Song Mino yang tengah sibuk berbincang ditengah pesta bersama klien-klien nya. Pria tampan itu begitu sibuk sampai mengacuhkan kedua orang yang bersitegang karenanya disudut ruangan. Irene Bae mendesah gamang dan kemudian menyimpan gelasnya diatas meja kecil memanjang dan berlalu dari hadapan Lee Donghae yang terlihat semakin curiga, ia bahkan berusaha menjauhkam diri tapi sang bos besar itu dengan cepat mencekal lengannya dengan kuat.
“Donghae-ssi"
“Kau harus menjelaskan apa yang sudah terjadi Bae! Kau tahu tender ini sangat berarti bagi kelangsungan perusahaan” sahut Donghae dengan suara memburu. Alis matanya bahkan bertaut begitu kalimat itu ia ucapkan dari bibirnya.
“Aku tahu tapi apa masalahnya?” tanya Irene dengan bingung, ia menggerakan kepalanya kearah Mino dan kembali menatap Donghae yang terlihat seperti memohon, perempuan itu mengatupkan mulutnya mengerti dan mengangguk, “Jangan khawatir, aku masih tahu bagaimana caranya bekerja” balasnya dengan suara sesak, Lee Donghae yang mendengarnya mengurai seringai tenangnya dan mendekatkan kepalanya tapi suara deheman menghentikannya.
Keduanya menoleh dan berusaha mengulas senyum dengan terpaksa. Pria Lee itu bahkan kemudian berlalu setelah memberikan kerlingan penuh arti pada Irene dan mengedik kan bahunya pada Mino.
Pria tampan yang menjadi pusat perhatian malam ini hanya mengernyitkan satu alisnya bingung dan menoleh kearah Irene yang sudah menjauhinya. Mino yang sadar situasi kemudian mendesis sebal dan buru-buru mengejar perempuan itu.
“Tunggu dulu!"
“Ada apa lagi!”
Song Mino terdiam saat melihat raut wajah Irene yang tiba-tiba saja mendung, pria itu mengusap ujung dahinya dan mendengus, ia tidak suka melihat perempuan seperti ini. menangis ditengah pesta? Hal yang sangat buruk sepertinya. Dengan sedikit terganggu pria itu mencengkeram lengan gadis itu dan menariknya hingga menjauh dari ruangan pesta. Mereka berjalan terus sampai kebalkon, Mino bahkan sudah membuka jasnya dan meninggalkan kemeja cokelat muda dan vest berwarna salem ditubuhnya. Pria itu membalikan tubuhnya dan menatap Irene dengan tajam. Iris matanya mengerjap saat melihat Irene mendengus dengan tangan mengusap lengannya yang memerah.
“Ada apa?” tanya nya dengan suara pelan.
“Tidak”
Irene kemudian membalikan tubuhnya tapi pria itu merengkuhnya dalam pelukan eratnya, perempuan itu terdiam dengan kepala menempel pada dada pria tampan yang akhir-akhir ini selalu membuat perasaannya tidak menentu. Mino terdiam dengan nafas tertarik kelu, satu tangannya terangkat menyentuh pundak gadis itu, sementara Irene kemudian menghela nafasnya dan mencengkeram kemeja vest yang Mino kenakan dan kemudian menangis, ia menumpahkan semuanya, menumpahkan semua perasaannnya, perasaan cinta yang tiba-tiba saja muncul, perasaan jengah karena Lee Donghae terus saja menekannya, dan perasaan takut kalau semua ini hanyalah mimpi.
“Irene..”
“Hm, maaf” ujar Irene pelan, perempuan itu melepaskan kepalanya dan mengusap bulir air mata yang menempel dibaju pria itu, Song Mino melirik tangan perempuan itu dan mendengus kecil, “Kau tahu, Baju ini mahal sekali, tsk” gerutunya dengan suara penuh ejekan, Irene yang mendengar nya mendongak dan menghapus bulir air mata itu dengan tergesa, sedikit kasar dan dengan bibir yang cemberut. Mino tertawa kecil dan menarik dagu perempuan itu, ia mencari bibirnya dan kemudian melumatnya dengan cepat. Ciumannya memutar dan berhenti tepat dibibir bawah perempuan itu, ia bahkan menghisapnya kuat-kuat dan menyentakkan tubuh gadis itu ke dinding, pria Song yang kini terlihat maskulin dimata Irene hanya tersenyum sinis dan mengusap ujung dahinya yang basah oleh saliva.
“Apa-apaan kau ini, heh –“ gerutuan Irene terhenti kembali saat pria itu buru-buru menciumnya, Mino menyentak tubuh perempuan itu hingga Irene bisa merasakan punggungnya menekan ujung dinding yang dingin. Ia memejamkan matanya dan mendongak saat tangan kukuh pria itu menarik kepalanya. Sesuatu dalam dirinya kembali menjerit, entah kenapa ciuman ini sangat kasar. Berbeda dari biasanya. Aroma tubuhnya yang maskulin benar-benar bisa ia hirup sekarang, gerakan tubuhnya yang aktif benar-benar membuat ciuman ini terasa sangat panas. Irene memejamkan matanya dan melenguh saat pria itu benar-benar agresif menciumi bibirnya. Tubuh itu dengan kuat menyentakkan tubuhnya sampai ke dinding dan menekannya hingga tubuh mereka benar-benar menempel erat. Irene bahkan mengeluh dalam hati, tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang, mungkin tidak ada salahnya juga kalau ia membalas ciuman panas ini.
Song Mino sedikit terkejut saat Irene perlahan meraba kepalanya dan menarik rambut hitamnya yang tersisir rapi, perempuan itu sama sekali mengacuhkannya, ia hanya terus membalas ciumannya dan meliukkan kepalanya ke segala arah, setelah kehabisan nafas Irene kemudian melepaskan kepalanya dan mulai terbatuk. Mino yang melihatnya sontak mendesis dan menyender dipembatas balkon dengan seringai nakal diujung bibirnya. Ia menatap punggung kecil milik Irene yang membungkuk serta berguncang. Pria tampan itu kemudian mendengus dan membantu menepuk punggung Irene yang masih sibuk dengan batuknya.
“ Kau baik-baik saja?!"
“Tenang saja, tidak perlu khawatir seperti itu”
“Siapa yang khawatir! Tsk, percaya diri sekali. Ayo aku harus menemani mereka” dengus pria tampan itu dan mulai menepuk celana mahalnya dengan lembut, Mino menarik jasnya dan memakainya kembali, ia berjalan meninggalkan Irene yang masih mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Sudah Irene bilang, laki-laki ini memang brengsek kan?
Ingin rasanya ia menendangnya sekuat ia bisa. Walaupun nyata-nyata itu sulit.
Bersambung
Ohayoo semuaaa...
Happy reading, bucin Minrene. Tinggalkan jejak biar saya tau kalau stroy ini emang layak dilanjut ehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKEN [FIN]
FanfictionPercayalah, Song Mino itu sebetulnya baik. Dia hanya tidak mampu mengekspresikan bagaimana perasaannya saja. Mungkin itu memang kenyataan, tapi tetap saja bagi Irene ini sulit. TAKEN a Minrene Story ©ziewaldorf