🍃🍃🍃Peringatan : ada beberapa kata kasar, dont try at home.
"Bang Rakai!" Ayu mendekati seorang pemuda yang tengah duduk bertelanjang dada di teras rumah yang tadi sudah dikunjungi Juna.
"Ngopo?" Tanya Rakai sambil mengepulkan asap rokok.
"Ada tamu bang, sepupu abang." Beritahu Ayu.
"Sepupu?" Rakai menggeser duduknya dan memfokuskan matanya pada Ayu, dan Juna yang berada di belakang Ayu.
"Ini Juna, sepupu abang." Ayu seperti tour guide memperkenalkan Juna.
Juna menatap Rakai Yudhistira. Garis wajahnya tegas, tampan, kulitnya tan, dan otot-otot tubuhnya mengeras dan liat, Rakai terlihat sangat manly, dan menurut penilaian Juna, Rakai bisa saja menjadi brand ambassador Gucci.
"Koe lanang apa wadon?" Tanya Rakai dengan tatapan dari atas ke bawah mengamati Juna.
"Ih abang Rakai, bang Juna ini cowok lah, masa ditanyain, ga sopan ah bang!"
"Kayak gini lanang?! Yang benar aja! Bahkan kulitnya lebih putih mulus dibanding Seta, padahal Seta itu gigolo paling mulus senegri ini!"
Juna mengerjit. Ternyata Ayu benar, mulut Rakai memang sampah. Mana ada kakak yang mengatai adiknya gigolo, Juna tidak mengerti sebenarnya keluarga seperti apa keluarganya ini. Nama Rakai Yudhistira sungguh hanya berhenti pada nama, tidak diikuti dengan tingkah laku. Yudhistira, sulung Pandawa, putra Dewi Kunti, Raja Hastinapura, terkenal karena kejujuran dan hati yang welas asih, tapi Rakai Yudhistira nampaknya memiliki kelakuan berkebalikan dari Yudhistira dalam kisah Mahabharata. Nama boleh Yudhistira, kelakuan Burisrawa.
"Bang Rakai jangan gitu ah!" Ayu menghardik Rakai.
"Uopo toh Yu! Wes to menengo wae!" Rakai balas menghardik Ayu.
"Jadi koe siapa? Sepupu dari mana? Asal tau aja, aku nggak punya sepupu, tante, om dan yang namanya saudara lainnya, karena apa? Karena aku miskin, mereka semua takut kalau ngaku saudara nanti aku minjem duit ke mereka dan nggak bayar. Jadi kau sepupu dari mana?"
"Ayo ngaku! Kalau nggak ngaku tak sunat tititmu dua kali!"
"Eh emang kau punya titit? Penampilanmu saja persis Ayu. Kalian cocok jadi kembar!" Cerocos Rakai tak tau aturan."Bang Rakai! Jangan bully bang Juna dong!" Ayu membela Juna.
Juna menabahkan hati, tampaknya Rakai tidak akan mudah menerima dirinya.
"Aku Arjuna. Ibuku Karina, aku adikmu."
"Hah?!" Rakai tersedak, lantas setelah batuknya reda dia tertawa terbahak-bahak.
"Bocah edan! Aku nggak punya adik selain Seta yang sialan itu."
"Uasuwok!"
"Sudahlah, nggak usah ngaku-ngaku, aku miskin, kau nggak bakalan dapat duit meski ngaku adikku.""Tapi, mama bilang aku punya kakak Rakai Yudhistira dan Setadewa Bima, mama memberikan alamat Kedaton Wanara, dan itu kau." Juna mengangsurkan surat wasiat Karina. Setelah mengatakan itu semua, Juna menoleh pada Ayu, kini Ayu tau bahwa ia adik tiri Kai dan Seta, bukan sepupu seperti yang dikatakan sebelumnya, dan Juna merasa khawatir Ayu juga akan mencemoohnya.
Namun, apa yang dikhawatirkan Juna tidak terjadi, Ayu tidak menampilkan reaksi merendahkan, ia masih menatap Juna dengan tatapan simpati, seperti sejak awal mereka bertemu. Juna menyimpan rasa lega.
Rakai baru mendengar kali ini namanya dan nama Seta disebut dengan lengkap, dan Rakai merasa suatu nostalgia menerpa, namun pria tan itu mengabaikannya. Hidup terus berjalan, tidak perlu rasa melankolis nostalgia.
Rakai merebut lembar surat itu dan membacanya.
"Surat wasiat ngehe!"
"Pas mati aja baru inget punya anak di kampung! Selama ini kemana aja?! Bajigur! Uasuwok!" Rakai mengumpat-umpat, dan Juna merasa risih, tapi itu sudah menjadi kebiasaan Rakai, seperti yang dikatakan Ayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
chiaroscuro
RandomKisah tentang Arjuna, dan dua kakaknya, Rakai dan Seta, yang tidak mengakui Arjuna sebagai adik