berbeda

137 30 28
                                    

🍃🍃🍃

Beberapa jam sebelumnya.

"Kau sudah ke pabrik tempat kerja Juna?" Tanya Rakai pada Seta yang duduk mencakung sambil menghisap rokok. Pria pucat itu mengangguk.
"Lalu?"

"Ramon Angkasa pelakunya. Tehnisi di pabrik garmen, ketua serikat buruh. Alasannya karena Arjuna patut dihajar."

"Patut dihajar? Atas dasar apa?!" Rakai menaikkan suaranya.

"Karena Juna gay."

"Gay?! Nggak mungkin, jelas-jelas dia naksir Ay..."

"Nggak! Maksudku aku tahu jelas, Arjuna itu lurus, selurus milikku saat kencing!" Rakai sempat hampir kelepasan soal Arjuna yang tampak menyukai Ayu, untung saja mulut lemasnya itu bisa mengerem tepat waktu, jika tidak, Seta bisa saja badmood dan Arjuna bisa mendapat pukulan tambahan.

"Hei, aku tahu, kita berdua sulit menerima Juna sebagai adik, tapi tetap saja, kita tidak bisa membiarkan fitnah seperti ini."

Seta menghela nafas, menghirup rokok dalam-dalam dan menghembuskan ke udara.
"Itu salahku."

"Salahmu?"

Seta mengangguk.

"Bagaimana bisa?"

"Aku bilang ke Risa, pegawai pabrik bagian SDM kalau aku dan Juna itu pasangan gay."

"Sontoloyo!"
"Kau gadai otak pintarmu apa gimana?"

Seta menghela nafas.
"Aku hanya malas Risa mencari perhatian, jadi kubilang saja aku gay, dan Arjuna itu pasangan gayku. Risa ternyata lambe turah, cerita-cerita kemana-mana. Dan beberapa orang yang memang iri dengan Juna menggunakan alasan itu."
"Aku hanya ingin membantu Arjuna mendapatkan kerjaan dengan mudah."

"Hmmm...." Rakai berdehem, menahan senyum. Seta mulai peduli pada adiknya.

"Aku hanya khawatir bocah itu nggak bakalan diterima kerja, kalau sudah begitu kita juga yang susah." Seta berdalih.

"Oh....itu alasanmu?" Tanya Rakai lagi.
"Kenapa nggak kau bilang, kau mulai sayang sama bocah lemah berponi depan itu?"

"Sialan! Dia bukan adikku dan aku nggak sayang dia!"

"Hm.... semakin menolak semakin meyakinkan." Rakai terkikik.

"Kau mau membahasa masalah Arjuna atau nggak?"
"Kalau enggak mending aku pergi." Seta berdiri, mengambil jaket.

"Oke-oke kita kembali pada topik. Jangan marah ah sayang." Rakai mencolek pipi Seta. Seta meludah jijik.
"Jadi mereka menggunakan alasan bahwa gay boleh dirajam? Emang mereka tukang parkir surga?"

"Panitia surga, lebih tepatnya."

"Bangsat memang kau Setan, gara-gara kau Juna sampai dihajar kayak gitu."
"Kau harus minta maaf ke Juna. Hidupnya udah susah sejak mama pergi dan sekarang kau nambahin dengan rumor kayak gini."

"Aku bakalan nyelesein masalah ini."

"Trus apa rencanamu?"

"Orang-orang itu nggak boleh bebas."

"Setuju."
"Ayo pergi."

"....?"

"Kita selesaikan secara jantan." Rakai pergi keluar rumah.

"Kau mau gelut?"

"Kau pikir aku mau demo masak?"

"Masalahnya kalau sesama baku hantam nggak bisa jadi delik aduan!"

chiaroscuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang