first love

179 40 29
                                    

🍃🍃🍃



"Gimana kerjaannya bang? Betah?" Tanya Ayu, suatu sore saat berjumpa Arjuna. Arjuna sudah bekerja di pabrik garmen kira-kira hampir tiga minggu, selama itu, ia jarang bisa bertemu dan berbicara cukup panjang dengan Ayu, sampai akhirnya, di sore hari yang langitnya berwarna jingga cerah, gadis manis itu mampir ke halaman rumah Arjuna saat melihat Arjuna sibuk menanam berbagai jenis bunga di halaman.

"Lumayan." Jawab Arjuna.
"Kamu gimana kerjaannya?" Balas Arjuna mencoba memberi Ayu perhatian.

"Biasa aja bang. Agak banyak kerjaan di rumah Ndoro karena Denmas Chandra mau lamaran."

Arjuna hanya mengangguk-angguk sambil mengaduk-aduk tanah, memasukkan tanah itu ke dalam kaleng bekas oli yang dibawakan Rakai dari bengkel, lalu menancapkan bibit bunga marygold berwarna kuning cerah.

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin Juna ceritakan pada Ayu, namun Juna masih ragu. Apakah Ayu orang yang tepat untuk mendengarkan ceritanya? Ayu adalah sosok pendengar yang baik, tapi Juna khawatir jika curahan hatinya akan membebani Ayu. Sedangkan Rakai dan Seta, tidak bisa diharapkan sebagai pendengar curahan hati, salah-salah malah Juna hanya mendapatkan ejekan.

Ini semua soal pekerjaan di pabrik garmen. Arjuna sama sekali tidak betah kerja di sana, tapi untuk berhenti bekerja, Juna harus berpikir 100 kali. Bagaimana ia menghidupi dirinya, sedangkan mencari lapangan kerja sama sekali tidak mudah, dan lagi kedua abangnya pasti akan mencaci maki dirinya jika Arjuna berani keluar dari pekerjaan.

Arjuna sering diperlakukan tidak baik oleh karyawan pria. Mereka iri dengan Juna yang banyak mendapat perhatian dari karyawan perempuan. Karyawan pria sering mengolok Juna banci, homo dan kata-kata lainnya yang menyakiti hati Juna.

Karyawan perempuan banyak yang suka sama Juna, menurut mereka Juna adalah sosok tampan yang mirip boyband Splash yang ganteng-ganteng itu, dan mereka suka centil-centil ke Juna, mulai dari godain, pake kata-kata misal rahim bergetar, atau misal crot di dalam ya Jun, sampai noel-noel Juna.

Arjuna merasa dilecehkan, tapi nggak berdaya. Kalau Juna marah, mereka bakalan bilang Juna baper, gitu aja marah, bercandaan doang. Apalagi Juna cowok, kayaknya di negara ini cowok dianggap anti dilecehkan, padahal kenyataannya cowok ataupun cewek sama-sama bisa dilecehkan tanpa terkecuali.

Kadang kalau ada cowok ngerasa dilecehkan tanggapannya malah olokan, halah lo seneng kan digrepe. No! Cowok juga bisa ngerasa nggak nyaman dan nggak suka kalau didesak secara seksual tanpa kesepakatan. Begitupun Arjuna, tapi kepada siapa dirinya mengadu? Taruhan seribu persen, Rakai dan Seta tidak akan peduli, dan hal itu menyesakkan hati Juna.

"Ayu bantu ya bang." Ayu ikut mengambil kaleng bekas oli, dan memasukkan tanah ke dalam kaleng.

"Hati-hati banyak cacing." Ujar Juna.

"Bang Juna kok kurusan ya?" Tanya Ayu sambil mengambil bibit tanaman terompet berwarna ungu tua.

"Agak capek." Juna berkata berat.

"Abang ada masalah?" Tanya Ayu mengamati wajah Juna yang terlihat banyak pikiran.

"Hm....enggak sih...." Juna menjawab ragu. Ini saat yang tepat untuk menceritakan semua kegundahannya pada Ayu, namun Juna masih menimbang-nimbang apakah Ayu adalah orang yang tepat untuk mendengarkan segala keluh kesahnya, sedangka Arjuna dan Ayu belum lama mengenal, meski selama ini Ayu adalah orang paling baik yang Arjuna temui di Kedaton Wanara.

Di tengah kebimbangannya, mata Arjuna justru menemukan bilur biru di lengan Ayu, dan Arjuna reflek memegang bilur itu, dan membuat Ayu berjengit.

"Sakit?" Tanya Arjuna.

chiaroscuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang