wajahmu selalu terbayang

86 25 27
                                    


🍃🍃🍃




Kelap kelip lampu dan suara musik dangdut yang memekakkan telinga memenuhi setiap sudut pasar malam. Para pedagang bertebaran di lapangan yang luas, menjajakan berbagai hal. Makanan, pakaian, mainan, semua hal yang menarik hati pengunjung untuk membeli.

Ayu tersenyum sumringah berjalan diantara keramaian. Malam ini bagai malam seribu bintang yang membuat hatinya mekar dan merasakan apa yang dinamakan bahagia. Seta, pria tinggi di sebelahnya adalah asal kebahagiaan Ayu. Meski tidak pernah ada kata terucap ajakan untuk menjalin hubungan, tapi sikap Seta yang manis sudah cukup menjadi keyakinan bagi Ayu.

Sementara di sudut lain pasar malam hingar bingar itu Arjuna menatap punggung Ayu dan Seta yang berjalan mengelilingi arena pasar.

Arjuna tahu yang dilakukannya ini hanya membuat lukanya semakin dalam dan membuatnya dijatuhkan semakin sakit dari kenyataan, tapi entah mengapa langkah kakinya malah membawanya ke tempat di mana Ayu dan Seta bergandengan tangan mesra.

"Ngapain?" Sebuah tepukan mendarat di pundak Juna. Segera Arjuna menoleh dan mendapati, Rakai, di sebelahnya.
"Lagi mata-matain Setan ya?" Lanjut Rakai sambil memandang ke arah di mana Arjuna menatap.

"Eng-enggak, siapa bilang?"

"Iya, bukan Seta, tapi Ayu."
"Patah hati ya?"

Arjuna melengos. Sudah tahu nanya!

"Eh Jun, kau naksir Ayu beneran? Ciyus? Ah syukur deh kau nggak homo." Ucap Rakai, masih dengan gayanya yang tak beraturan.

Arjuna kesal, berbalik meninggalkan Rakai, tidak peduli dengan omongan Rakai.

"Heeeh! Mau ke mana? Sini dulu dong sama abang." Rakai mengejar Arjuna dan merangkul Arjuna.
"Makan bakso yuk. Kamu yang bayar ya?" Rakai menarik Arjuna masuk ke tenda pedagang bakso, dan memaksa Arjuna duduk di bangku.

Arjuna membatin, mungkin di masa lalu hidupnya penuh dengan dosa, sampai terlahir kembali dengan dua kakak yang tidak tau diri. Yang pertama suka ngajak jajan tapi minta dibayarin, yang kedua suka ngembat cewek yang ditaksir Arjuna.

"Jun, sebagai kakak, aku mau ngasih kamu saran." Ucap Rakai sambil menyuap bakso.

"Saran apa?" Tanya Arjuna malas. Saran dari Rakai biasanya tidak bermutu.

"Begini, kalau kau memang cinta sama Ayu perjuangkan. Seta itu nggak mungkin sama Ayu."

Arjuna menoleh pada Rakai yang makan dengan lahap.
"Jun, aku nambah satu mangkok lagi ya?!"
"Pak! Bakso satu lagi ya!"
Tanpa menunggu persetujuan Arjuna, Rakai sudah memesan semangkok bakso lagi.

Arjuna berdecak kesal, sementara Rakai, tidak merasa jika Arjuna sedang menatapnya dengan rasa dongkol sebesar semangka Arab.

"Sampai di mana tadi?" Ucap Rakai sambil menyeruput segelas es kopi.
"Oh soal Ayu ya?"
"Jadi, Ayu itu nggak mungkin sama Seta. Santai men." Rakai menepuk pundak Arjuna meyakinkan.

"Kenapa emang?"

"Yah, Setan nggak mungkin lah sama Ayu."

"Maksudnya?" Suara Arjuna meninggi saat mendengar ucapan Rakai. Apakah Seta memang hanya mempermainkan Ayu? Jika itu memang benar yang terjadi, maka Arjuna sampai kapanpun tidak akan pernah rela.

"Seta itu....." Rakai menjeda ucapannya, mengambil gorengan di nampan dan mengunyahnya, membuat Arjuna semakin jengkel, kenapa Rakai menjeda-jeda ucapannya.

"Abang bisa nggak sih makannya nanti? Cerita dulu baru makan!" Tegur Arjuna saking kesalnya.

Rakai merenges.
"Penasaran ya sama Seta?" Alis Rakai diangkat-angkat dengan tujuan menggoda Arjuna.

chiaroscuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang