"loh ...? bapak masih di sini ?, jam segini biasanya sudah pulang, ada yang di tunggu ?" Tanya Sherly kaget saat melihatku duduk santai di kursi meja payung depan toko ditemani sebotol minuman kaleng bermerek Bintang.
Mungkin memang sudah setengah jam aku duduk menyaksikan warga sekitar berlalu lalang. Berolahraga, menaiki sepeda dan berlari kecil dengan anak istri serta keluarga yang mereka miliki. Lokasi toko memang merupakan kawasan yang terbilang strategis, begitu banyak masyarakat yang datang dilokasi ini pada sore hari ataupun bahkan malam hari, didukung dengan kawasan pantai yang menyebrang tepat didepan toko, membuat suasana menjadi lebih harmoni, sehingga siapapun akan berlama lama jika mereka mampir berbelanja.
"Tidak, aku hanya bersantai sejenak sebelum pulang" jawabku singkat kepada Sherly yang kelihatannya sedang berusaha mengangkat kardus yang berisikan botol air mineral sisa pasokan barang yang masuk tadi siang. Kuperhatikan gerakan dan kelincahan yang dilakukan oleh Sherly, seakan anak ini memiliki segudang tenaga yang tak ada habisnya. Keringat disamping keningnya perlahan menjalar menutupi kelopak matanya, sesekali dalam kesempatan ia menyeka keringat dan kembali menopang kardus yang kukira cukup berat bagi gadis seusianya.
"Butuh bantuan Supergirl ?!" tanyaku sambil ikut membantu memasukkan kardus kardus yang kelihatannya tinggal beberapa lagi.
"Ahh.. Gak usah bos !, ini juga sudah hampir selesai" jawabnya yang kelihatan berusaha untuk tak membiarkanku masuk dalam kesibukannya. Tak selang beberapa lama, tiba tiba saja muncul seseorang berbadan gendut menghampiri dan langsung mengalihkan posisiku.
"Sini bosku..!! Biar aku yang angkat" tegas Tengku yang entah muncul dari mana langsung mengambil alih.
"Dari mana saja kamu ?!, dasar pemalas" bentakku sambil memukul pelan karyawan bertubuh gempal ini.
"Palingan Tengku tadi makan coto di gudang, aku tadi lihat dia pergi beli diwarung lesehan" Sherly kelihatan berusaha mengadu dan menunjuk kearah barat, berharap teman kerjanya diomelin habis habisan.
"Nggak bos ~~~, Tadi aku melayani pelanggan yang cerewet, cerewetnya kayak Sherly !, makanya aku telat bantuin"
"Sudah...! Selesain kerjaannya, nanti kalian aku nikahkan kalau semua dusnya sudah masuk ke dalam"
" ihhh...!! Amit amit dah bos" tegas Sherly dan Tengku seraya menunjukan wajah jijik..
"Hahahaha..!!" suasana pecah, dibarengi suara tawa kita bertiga.
Setelah beberapa saat, sebelum Seherly masuk ke dalam toko, kupanggil namanya dan bertanya ke dia...
"Sherly..."
"Iya ?"
"Kamu tahu tempat penjual bunga Tulip ?"
****
Mungkin sudah tak ada ide lagi, setiap tahun hanyalah kisah cinta romansa yang alurnya sudah bisa di tebak. Jika tak berakhir bahagia, pastinya berakhir dengan kesedihan, Pasangan di tinggal mati ataupun malah di tinggal nikah. Dasar Sutradara perfilman Indonesia, tak ada yang kreatif !. Begitulah pikiranku saat menatap layar ponsel yang tengah menampilkan salah satu sampul film percintaan yang akan tayang beberapa hari lagi.
Aku sendiri memang bukanlah tipe pecinta film bertema Romansa, komedi ataupun sejenisnya. Bahkan pada saat menonton salah satu film percintaan dengan tokoh utama pria berjaket jeans berambut poni, di lengkapi dengan gombalan mautnya, membuatku merasa geli dan mual. Pikirku, jika saja bukan karena viralnya dan ajakan dari Nisa yang merengek ke bioskop, aku tidak akan duduk menyaksikan film yang di penuhi dengan bumbu gombalan. Di akhir film pun aku berharap bahwa sosok wanitanya meninggal, akibat terkena Diabetes gara gara asupan manis yang berlebihan dari gombalan sang pria, atau memungkinkan menghilang menjadi debu akibat jentikan jari Thanos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Simpananku
RomanceJika kehidupan adalah sebuah perjalanan, maka dimulailah perjalanan dengan kejutan di setiap tikungannya. Saya Layla, Layla Amanda Permatasari. Dan inilah kisah hidupku yang kini telah dijinakkan oleh burung simpannanku.