"Terima kasih telah menemaniku malam ini, dan terima kasih juga atas traktirannya," ucapku kepada Dimas di depan pintu kamar hotel. Ia tersenyum, sembari mengelus lembut puncuk kepalaku.
"Iya, aku juga, terima kasih atas pengalaman yang indah ini."
Kami berdua ke kamar hotel masing masing, sembari melontarkan senyuman tanda perpisahan di malam yang dingin.
****
"Darimana saja kalian ?!," tanya Nisa yang berdiri tepat di hadapanku sambil melipat tangan seakan siap untuk mengintrogasiku.
"Hm.. Kalian ?," tanyaku kembali, yang berpura pura bingung.
"Aku tau kok, kamu dan Dimas keluar," jawabnya yang sedikit membuatku kaget. Dari mana perempuan ini tahu kalau aku sedang jalan sama Dimas ?, jangan jangan dia membuntutiku dari tadi. Apakah dia juga melihatku berpegangan tangan selama di jalan ?. Berbagai macam pertanyaan muncul di pikiranku, bersamaan dengan rasa khawatir yang menghantuiku.
"Ahh.. Iya, tadi aku jalan sama Dimas, kami makan sate berdua, sory nggak ngajak kamu, soalnya lagi mandi, hehe," jawabku jujur, berusaha untuk mencairkan kekhawatiran agar temanku ini tak terlalu curiga dan berhenti mengkepoi aku.
"Hmmm, ya udah lah," balasnya santai.
Aku lega melihat responnya yang sudah agak reda akan kecurigaannya. Ku letakkan switerku di atas tempat tidur, lantas menuju ke kamar mandi untuk membenah diri, ku bilas wajah ini, kubasuh pelan membuka sisa sisa make up, setelah kurasa cukup bersih, kutatap cermin dalam dalam, mengingat kembali Momen bersama dimas di malam yang dingin, hati ini kembali berdegup kencangan akan pernyataannya keladaku. Dalam hatiku bertanya..
"Apakah ini benar benar nyata ?."
****
Jam 06:30 pagi, kulihat temanku masih terlelap akan tidurnya, suara dengkuran kecil dengan mulut yang terbuka, kaki melebar mengangkang layaknya pecicilan gatal yang sudah satu bulan tak di belai.
Ku ambil sepatu sneakers biru mudaku di dalam koper, lantas menggunakannya, menyimpulnya sekencang mungkin, kulakukan pergerakan ringan untuk melenturkan tubuh tubuhku. Sebelum keluar hotel, baiknya kusediakan handphone untuk GPS penunjuk arahku, maklumlah, aku tak terlalu akrab dengan jalan jalan di kota Bandung.
Pagi ini Bandung terlihat sepi sekali, tak seperti biasanya yang penuh dengan warga berlalu lalang, hanya beberapa toko yang mulai terbuka, lampu lampu kotapun sebagian masih menyala. Pikirku, apakah aku terlalu dini melakukan joging pagi ini ?, ataukah memang warga Bandung yang bangunnya kesiangan ?.
Suasana tersebut tak berlangsung lama ketika langkahku terbawa di salah satu tempat yang cukup menarik bagiku. Tempat tersebut berupa taman di lengkapi dengan track lari berwarna biru di tengahnya. Beberapa pengunjung terlihat berlari pagi bersama dengan keluarga kecilnya, orang tua lanjut usia duduk bercengkrama bersama dengan anak cucunya, dan sepasang kekasih dengan canda tawa mereka. Pikirku, akhirnya ada juga kehidupan di pagi ini.
Tempat tersebut bernama lapangan Gasibu, Bandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Simpananku
RomanceJika kehidupan adalah sebuah perjalanan, maka dimulailah perjalanan dengan kejutan di setiap tikungannya. Saya Layla, Layla Amanda Permatasari. Dan inilah kisah hidupku yang kini telah dijinakkan oleh burung simpannanku.