Pernyataan Hangat di Malam yang Dingin

3.4K 51 0
                                    

3 Hari Kemudian

Minggu pagi, aku bangun cepat. Sarapan roti seadanya dan menyempatkan mencuci beberapa pakaian kotor, setelah kurasa beres, lantas menyampirkannya di tali penjemuran sisi samping pekarangan rumah. Ku putar kerang shower, membersihkan bagian sela sela tubuhku sambil memikirkan perjalanan yang akan aku tempuh nanti bersama rekan kerja di kota Bandung.

Kuurai handuk terlilit di kepalaku, membuka lemari dan memilih milih pakaian yang hendak kubawa. Kubuka koper biru muda yang sepertinya sudah lama tak kugunakan, Kuputuskan memasukan dua potong celana jeans, kemeja putih, dua kaos oblong, sebuah celana pendek dan tentu saja BH serta celana dalam berwarna merah jambu. Berikut juga buku saku, berkas penting lainya, bahkan novel untuk sekedar menemani perjalanan panjangku.

Kutengok jam di pergelangan tanganku, menunjukan pukul 06:13. Masih sempat pikirku untuk melakukan beberapa hal, bahkan sekedar berbelanja kebutuhan rumah untuk Yudist, namun hal tersebut enggan kulakukan, toh dia biasanya mampu mengurus diri sendiri.

"Mau kemana ?" suara Yudist tiba tiba terdengar di balik kursi sofa panjang, terlihat dia setengah terbangun sambil mengucek ngucek ke kedua matanya dengan rambut yang berdiri berantakan layaknya kartun Jimmy neutron.

"Perjalanan bisnis" jawabku singkat. Beberapa hari ini kami memang enggan untuk bertegur sapa, selain karena pertengkaran hebat beberapa waktu lalu, juga dikarenakan kesibukan masing masing yang hanya mempertemukan kita di malam hari. Yudist juga akhir akhir ini lebih sering tidur di luar kamar, ditemani dengan sofanya dan sekaleng bir berlogo bintang.

"Kenapa mendadak ?"

Takkuhiraukan pertanyaannya lagi, lantas kubuka lemari rak sepatu, memilih high hells yang tak terlalu tinggi dan segera mengenakannya. Aku tak berpamitan dengannya, aku rasa dia sepertinya hanya melihatku yang perlahan menjauh dari dirinya, setelah kusiap membuka gagang pintu untuk perjalanan bisnis keluar kota, tiba tiba dia mengucapkan sesuatu yang membuatku terhenti sejenak...

"Layla... Hati hati di jalan sayang"

****

Terdengar suara pemberitahuan maskapai penerbangan, jejeran tempat duduk ruang tunggu dipenuhi oleh calon penumpang pesawat dengan berbagai macam tujuan masing masing. Warga lokal Denpasar Bali, pengunjung luar kota dan bahkan dari luar negeri sekalipun. Suasana bandara kali ini memang terbilang cukup ramai, terlihat turis asing keluar masuk dengan tujuan entah kemana, bertanya kepada petugas bandara dengan bahasa Indonesia yang cukup aneh kedengarannya.

"Kress..! Kress..! Kress..!"

"Hei !, kamu ngunyahnya di kontrol dong, kayak babi aja makannya, gendut nanti baru tau rasa !" tegasku pada Nisa yang tengah sibuk mengunyah keripik sambil memainkan telpon genggamnya.

"Apa sih ?!, aku cuman makan doang. Lagian nggak usah pencitraan segala, toh yang di bandara cuman kita kita aja" balasnya, sambil tetap mengunyah makanan yang penuh di dalam mulutnya.

"Itulah alasannya para cowok menghindar sama kamu, dasar jorok.." batinku berkata kepada Nisa. Tentunya aku tak tega langsung mengatakan kepadanya.

Setelah kurang dari tiga puluh menit menunggu, akhirnya pemberitahuan keberangkatan dari kota Denpasar Bali menuju Kota Bandung terdengar sudah. Maskapai penerbangan berlambang burung garuda biru telah sandar terparkir siap menunggu para penumpangnya untuk masuk. Antrian pemeriksaan mulai di atur, satu persatu dari kami di persilahkan menuju ke tempat duduk masing masing. Sambutan dari pramugari di hiasi senyum ramahnya sambil menyatukan kedua tangan dengan ucapan selamat datang.

Burung SimpanankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang