Jangan Pegang Tanganku

4.7K 76 0
                                    

"Selamat datang di toko kami, ada yang bisa kami bantu ?" terdengar suara lembut Sherly salah satu karyawanku yang berusaha untuk menyapa pelanggan sambil mencari tahu apa yang mereka butuhkan. Hari ini saya Yudist, seperti biasa datang pagi pagi ke Toko untuk sekedar membantu sedikit pekerjaan para karyawan minimarket yang sudah saya tekuni semenjak menikah dengan Layla. Walau tak banyak yang harus dikerjakan karena telah memiliki 4 karyawan, namun ada beberapa berkas yang kadang harus di tandatangani oleh saya sendiri, berupah stok barang dan sebagainya.

Usaha minimarket ini sendiri sebenarnya adalah salah satu usaha yang di bangun oleh sang ayah mertua, sebelum berpindah tangan ke saya karena Layla bersikeras untuk tak melepaskan karirnya sebagai karyawan dan memilih untuk menyerahkan tanggung jawab usaha ini kepada suaminya. Saya juga tak mempermasalahkan hal tersebut, toh saya juga sebelumnya tak memiliki pekerjaan tetap sebelum menikah dengan Layla. Maka dari itu, saya sangat mencintai istriku dan berterima kasih kepada ayah mertua karena telah mempercayakan tanggung jawab yang sangat besar ini.

"Selamat pagi pak" sapa Sherly dengan senyuman manisnya.
"Iya pagi. Risal dan Tengku udah datang belum ?, jangan bilang kalau mereka telat lagi.." jawabku, sambil menanyakan kedua karyawan yang sering kali masuk terlambat ini.
"Sudah masuk pak, mereka ada di gudang meretur barang barang yang masuk tadi pagi" jelasnya, sambil berusaha menyusun kembali snack snack yang berantakan akibat ulah anak kampus yang tak tahu aturan belanja ini.

Sherly sendiri merupakan salah satu karyawan favorit saya. Selain memiliki kepribadian yang supel dan ramah, ia juga banyak di senangi oleh para pelanggan. Sapaan dan senyum manis di barengi mata yang sedikit tertutup selalu membuat pelanggan kami betah berbelanja ke toko, walau tak jarang juga banyak bujangan yang malah terang terangan menggombal saat ia melayani di meja kasir. Kadang kadang saya tak tahan dengan mereka dan keceplosan..
"yang ini tidak di jual" sambil memegang pundak Sherly dan menatap para bujangan sambil sedikit tersenyum agar mereka tak begitu tersinggung. Sherly pun menanggapi dengan senyuman manis sambil menutup mulut kecilnya dengan jemari mungil tersebut.

****

Kuseruput Americano di samping berkas kerjaku sambil berusaha tetap fokus kepada tugas yang seharusnya rangkum hari ini. Seperti yang kujelaskan kemarin, aku termasuk wanita karir yang berusaha untuk di promosikan ke jabatan yang lebih tinggi, hingga banyak teman kantor yang menganggap aku gila kerja. Tapi tak apalah, aku juga tak peduli.

Hari ini suasana kantor seperti biasa, selalu saja terdengar suara "Selamat pagi", Suara dari telpon yang terjawab, Mesin fotocopy yang mencetak lembaran kertas dan suara dinginnya ace yang berusaha menyejukkan karyawan yang sedang di buru kerja. Kadang aku juga bertanya dalam hati, "kenapa sih saya memilih pekerjaan ini ?, kenapa tidak membantu suami di toko saja ?" tapi yah sudahlah, toh sudah terlanjur juga dan memang saya tidak suka terjun di dunia dagang.

Setelah beberapa jam mengerjakan tugas yang ada di meja kerja, saya berdiri sambil meregangkan badan, ku palingkan badan ke kanan dan ke kiri bagaikan senam pagi yang tak seharusnya di lakukan di kantor tempatku kerja. Kumelihat meja kerja Dimas si anak baru tersebut, terlihat ia masih fokus dengan kerjaannya yang sepertinya agak menyibukkannya. Dengan kacamata bulat dan tampilan rapi dengan rambut klimiks khas karyawan kebanyakan, ia terlihat gagah namun sedikit culun, mengingatkanku akan masa lalunya yang katanya sempat menaksirku.

Setelah beberapa detik menatapnya dengan kesibukan yang ia kerjakan, tiba tiba entah kebetulan atau tak sengaja mata kami bertemu, ia tersenyum atas perhatian kecil yang saya berikan, akupun sedikit tersentak namun tetap berusaha tampil elegan dengan memberikan balasan senyuman manis pertanda respon yang baik terhadap dirinya.

Burung SimpanankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang