Aku masih tak percaya dengan apa yang aku lihat malam ini, rasanya inginku mencincang cincang kedua mahluk tersebut dan menenggelamkannya ke dasar laut. Pikiranku sangat kacau, sehingga menyetirpun tak tahu harus kemana. Aku hanya menginjak pedal gas mobil sekencangnya, menjauh dari lelaki sialan tersebut dengan pasangan selingkuhannya.
Aku tahu, Yudist mungkin mengejarku dan mencariku malam ini, tapi aku tak peduli lagi, aku akan menjauh darinya sejauh mungkin, hingga ia tak bisa menemukanku lagi.
****
Mungkin sudah sekitar satu jam aku menyetir tanpa tujuan, hingga akhirnya mobilku terhenti di salah satu tebing pinggir laut. Kutenangkan diriku sejenak sambil menunduk disetir mobil menumpahkan air mata kesedihan. Terdengar perlahan rintik rintik hujan yang satu persatu mengenai kaca mobilku. Hujan, makin melengkapi kesedihanku malam ini.
Apa yang harus aku lakukan, pikirku sejenak, aku tak mungkin kembali kerumah melihat lelaki sialan itu. Apa aku harus kerumah mama ?, ah! Tidak mungkin, ia pasti bertanya dengan keadaanku sekarang ini dan mencari tahu mengapa bisa aku bertengkar dengan menantu kesayangannya.
Apa aku harus tidur di rumah Nisa malam ini ?. Iya, hanya Nisalah temanku satu satunya dikota ini. Tak berpikir panjang, kugenggam handphoneku dan mencari kontak dengan nama Nisa. Namun entah mengapa, seketika pikiranku berubah saat melihat nama Junior yang terselip di antara nama nama daftar kontakku.
Aku menelfonnya, aku menelfon Junior (Dimas), lelaki yang kupikir bisa menenangkan hatiku malam ini, lelaki yang selalu membuatku tertawa selama ini. Aku membutuhkannya, dan aku ingin bermalam dengannya.
****
Sudah lebih dari dua jam aku menyetir, mencari Layla yang tak kunjung juga aku temukan. Kemana perginya istriku ini, aku khawatir ia melakukan sesuatu yang tidak tidak.
Lelah dan kepanikan menyelimutiku malam ini, kutengok jam tanganku menunjukan pukul 10 malam. Kuhentikan mobilku tepat berada di persimpangan jalan, kutenangkan diriku sejenak, berpikir dan lantas meraih handphone genggamku, menelpon seseorang yang aku kira dekat dengan Layla. Tapi siapa ?, hanya Nisalah yang aku tahu, padahal dialah yang menjadi penyebab semua masalah ini.
Back to : Sebelum permasalahan dimulai
Dia datang ketoko hari ini, membawakan dompetku yang ketinggalan dirumah. Kenapa ?, apakah ia merasa bersalah atas tindakannya tadi pagi kepadaku ?, sehingga ia berusaha untuk meminta maaf dengan melakukan tindakan manis hari ini ?, haha, lucu sekali menurutku.
Setelah Layla meninggalkan toko, Lantasku bekerja seperti biasanya. Membantu para karyawan sebisanya, meski merekalah yang melarangku untuk tak bekerja lebih dari mereka. "Aku tak enak hati digaji jika bosku yang mengerjakan semua ini." Itulah perkataan yang sering kali kudengar dari mereka jika kumelakukan sesuatu hal di dalam toko, entah itu membereskan barang yang tercecer di rak ataupun hal lainnya.
Malam haripun telah tiba, aku rasa ini waktunya bagiku untuk pulang. Kubereskan berkas berkas di atas meja kerja lantas berkemas menuju parkiran di depan toko. Aku berpamitan kepada karyawanku, mereka meresponnya dengan lambaian tangan.
****
Aku tak tahu jika Layla memanggil temannya hari ini, tapi mengapa ia tak menyuruhnya masuk ?, lampu teras rumahpun tak menyala. Kuhentikan mobilku tepat digarasi rumah, lantas keluar menyapa wanita tersebut.
"Hai, Nisa ?. Sory tadi aku tak begitu mengenalimu, soalnya lampu teras belum menyala ?. Ada apa kesini ?, mengapa tak masuk ?, apakah Layla belum pulang ?," tanyaku pada wanita tersebut yang ternyata Nisa. Teman karib istriku yang sudah aku kenal cukup lama. Atau bisa dikatakan aku pernah dekat dengannya, sebelum aku menikah dengan Layla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Simpananku
RomanceJika kehidupan adalah sebuah perjalanan, maka dimulailah perjalanan dengan kejutan di setiap tikungannya. Saya Layla, Layla Amanda Permatasari. Dan inilah kisah hidupku yang kini telah dijinakkan oleh burung simpannanku.