Part 21 : Kejutan dari Rezvan

92 18 0
                                    

Setelah selesai tadarusan, Aqilla langsung memberitahukan tentang semua kejadian pagi tadi dan juga kemarin. Ia menceritakan panjang lebar kepada para sahabatnya. Mereka semua sangat senang, kecuali Safira. Entah kenapa sahabatnya itu keliatan tidak suka. Mungkin lagi badmood, pikir Aqilla.

Aqilla menunjukkan ponselnya yang berisi chattingan dia sama Rezvan. Friska dan Syafa mulai menggoda Aqilla. Sedangkan Safira tidak menanggapinya sama sekali.

"Ra, kamu kenapa?" tanya Aqilla.

"Ahh nggak apa, lagi badmood aja."

"Ohh, kirain kamu kenapa."

"Qill, lo nggak ngecek loker apa? Gih buka dulu, gue mau makan coklat nih," ucap Syafa.

"Oh iya ya, aku sampe lupa buka loker. Soalnya aku tadi telat sih," balas Aqilla. Lalu ia segera menuju loker.

Kali ini sedikit aneh, karena didalam loker Aqilla juga terdapat beberapa novel. Bukan hanya itu, ada coklat dan bunga juga yang sudah ditempelkan di novel tersebut. Biasanya hanya coklat, bunga, dan surat cinta saja yang ada didalam lokernya, tapi kali ini tidak. Segera ia ambil beberapa novel tersebut. Kalau dilihat dari judulnya, novel itu bergenre romance dan fiksi remaja. Ah iya, satu lagi ada genre spiritual.

Aqilla melihat nama pemberinya, nama Rezvan yang tercantum disana. Aqilla mengembangkan senyumannya. Seperti biasanya, Aqilla segera membuang surat cinta dan bunga yang ada didalam lokernya. Hanya beberapa novel dari Rezvan dan coklat saja yang diambil Aqilla. Ia langsung membawa semuanya masuk ke kelas sambil tersenyum lebar.

Semua temannya menatap nya heran. Teman-temannya terfokus melihat beberapa novel yang ada ditangan Aqilla. Apalagi, di cover novel itu sudah ditempelkan Rezvan dengan Coklat dan bunga. Kesannya sangat menarik. Mereka semua mulai menggoda Aqilla lagi. Tetapi Aqilla menghiraukan nya. Ia tetap tersenyum lebar.

Friska membuka suara, "Itu dari siapa Qill? Tumben lo nggak buang ke kotak sampah. Biasanya lo kan nggak suka sama beginian."

"Dari Rezvan lah Fris. Itu sebabnya aku nggak buang novel ini," jawab Aqilla yang masih saja tersenyum sendiri sambil memeluk novel itu.

"Ahh ciee. Mentang-mentang udah jatuh cinta jadi pemberian Rezvan nggak lo buang ya."

"Ya nggaklah Fris. Oh iya, Syafa ini coklat yang ada didalam lokerku. Bagi ya sama Friska dan Safira."

"Tapi, coklat di novel ini kalian nggak boleh makannya. Hanya Aqilla seorang yang boleh makannya," lanjutnya lagi dengan tertawa lepas.

"Eh bisa aja lo Qill. Btw makasih ya coklatnya," ucap Syafa.

"Iya sama-sama."

Guru mata pelajaran Biologi sudah memasuki kelas. Mereka menghentikan obrolannya dan langsung mengeluarkan buku untuk belajar. Aqilla masih sangat senang dengan kejutan dari Rezvan.

Setelah pergantian jam, guru mata pelajaran prakarya tidak memasuki kelas. Seisi kelas sangat senang kalau ada jamkos. Mereka mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang ghibah, main hp, main game, selfie, ribut, tidur saat jamkos, nyanyi didepan kelas, dan tak lupa ada yang main tiktok.

Seperti biasanya, kalau jamkos begini Aqilla dan sahabatnya pasti sibuk ngomongin doi mereka masing-masing. Tak ada bosan bagi mereka jika sudah menyangkut 'doi' mereka. Beberapa menit kemudian, muncul seorang cowok dihadapan mereka. Saat mereka mulai melihat cowok itu, ternyata Rezvan. Ya, Rezvan Melviano.

Seisi kelas mulai heboh melihat kehadiran Rezvan ke kelas. Apalagi sampai menghampiri Aqilla. Rezvan langsung mengambil bangku kosong, dan diletakkannya di dekat bangku yang Aqilla duduki saat ini. Aqilla hanya malu, karena sekarang dia menjadi pusat perhatian. Semua sahabatnya mulai berdehem. Ah, itu membuat Aqilla menjadi salah tingkah.

Rezvan tersenyum memandang wajah Aqilla, "Gimana kejutannya? Kamu suka nggak?"

"Ah iya dong, suka banget malahan. Makasih banyak za," ucap Aqilla yang tak kalah manis saat tersenyum.

"Iya sama-sama. Kok kamu manggil aku 'Za' sih?"

"Ya nggak apa, aku nyaman aja sama panggilan itu. Mulai sekarang aku manggil kamu dengan sebutan 'Za'. Nggak apa kan?" tanya Aqilla untuk meyakinkan.

"Iya nggak apa kok Qill."

Ya, Aqilla sekarang memang memanggil Rezvan dengan panggilan 'Za'. Tidak tau kenapa, Aqilla nyaman dengan nama panggilan itu. Khusus Aqilla yang boleh memanggil Rezvan dengan panggilan itu. Itu merupakan panggilan yang spesial dari Aqilla.

"Hmm, jangan lupa dimakan coklat nya. Eh iya, novel nya juga jangan lupa dibaca," lanjut Rezvan lagi.

"Iya za hehe. Kapan kamu naruh novel-novel itu di lokerku sih? Bukannya kamu datang tadi barengan sama aku? Kok aku nggak tau kalo kamu naruh novel itu di loker, hm?"

"Sebenernya sih, waktu kamu masuk kelas aku langsung aja masukin novel itu di loker kamu. Terus kamu aja lagi asik ngobrol sama temen-temen kamu. Jadi kamu nggak liat deh."

"Oh iya ya? Kok kamu tau kalau aku suka sama novel? Kapan kamu belinya?"

"Iya dulu kan aku pernah liat kamu di perpus. Kamu bilang kalo kamu itu suka baca buku. Kemarin aku udah berhasil buat hati kamu mencair. Langsung aja aku beli novel, coklat, dan bunga semalam. Ya sebagai kejutan aja sih hehe."

"Ahh kamu baik banget za. Padahal aku dulu sering nolak kamu mentah-mentah. Tapi sekarang nggak kok."

"Nggak apa Qill. Lagian kan aku lakuin semua ini cuma buat kamu."

Pipi Aqilla langsung saja memerah. Lagi-lagi sahabatnya mulai menggoda.

"Oh iya, nanti pulang bareng sama aku lagi ya Qill. Pokoknya nggak ada penolakan."

"Oke za."

"Yaudah aku masuk kelas lagi ya, takut keburu bu Ayu masuk kelas."

"Iya, dah sana. Belajar yang rajin." Rezvan sudah mulai keluar kelas. Dia berhenti sejenak. Dia dan Aqilla saling pandang dan tersenyum. Lalu, Rezvan mulai memandang ke arah depan lagi. Dia sudah keluar dari kelas Aqilla.

Pelajaran hari ini telah selesai, semua siswa bersiap-siap untuk pulang. Sama halnya dengan Aqilla dan sahabatnya. Berhubungan Aqilla sekarang pulang sama Rezvan, jadi Safira ikut Friska dengan motor scoopy nya. Sedangkan, Syafa pulang dengan sopirnya. Mereka semua berpamitan.

Kini, Aqilla memasuki mobil Rezvan. Mereka mulai mengobrol dengan asyik. Tak cukup waktu yang lama, mereka sekarang sudah berada didepan gerbang Aqilla. Aqilla langsung berpamitan dengan Rezvan.

"Za, sekali lagi makasih ya."

"Iya sama-sama Qill."

Aqilla mulai memasuki rumahnya. Rumah yang sepi seperti biasanya. Mama nya setiap hari berada di butik miliknya, jadi rumah ini sepi. Apalagi adiknya, Fathur ikut ke butik mamanya.

Dari dulu, Aqilla kurang perhatian dari kedua orang tuanya. Aqilla kurang kasih sayang dari kedua orangtuanya. Mamanya juga jarang berkomunikasi dengannya. Apalagi papanya, papanya tidak seperti papa di luaran sana.

Memang betul kedua orang tua Aqilla sangat sayang kepadanya, bisa dilihat dari saat Aqilla masuk rumah sakit. Papanya sangat mengkhawatirkan dirinya. Tetapi, hanya sebatas situ saja papa nya khawatir. Terkadang, Aqilla ingin saat dia tersakiti oleh Zean seperti dulu. Dimana papanya sangat khawatir kepadanya. Aqilla rindu dengan semua itu.

-Teruntuk Luka-
📝 Andriani
📄 Palembang, 13 Maret 2020

Jangan lupa vote dan komentarnya 😊

Teruntuk Luka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang