Part 13 : Melupakan

112 26 2
                                    


Setiba di Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara, pamanku menjemput kami menggunakan mobilnya. Berhubungan mobil papa masih didalam perjalanan menuju Bandung, jadi papa meminta paman untuk menjemput kami.

Lantas, kami pun memasuki mobil paman dan disambut paman dengan senyuman. Kedua orang tua ku sedang berbincang-bincang dengan paman, sementara aku hanya tetap diam sedari tadi.

Malam ini, kami sudah sampai di rumah kami yang baru. Rumah berlantai dua, bercat putih, lapangan yang luas, dan terdapat gazebo di belakang.

"Qilla, kamar kamu diatas ya," ucap mama dan papa kepadaku.

"Dan untuk suster, sementara kamarnya di kamar tamu dulu ya," ucap mama.

"Iya bu, gapapa," jawab suster itu.

Sambil mengetuk pintu, "Qilla, buka dulu pintunya," begitulah yang diucapkan suster itu, sambil memberiku obat. Lantas, aku pun meminumnya. Setelah itu, suster pun keluar dari kamarku.

'Melelahkan', ya itulah yang ada dibenak ku. Kuambil note book ku yang ada didalam koper, lalu aku menulis curahan hati ku kedalamnya.

Luka olehmu

Hari ini adalah hari terburuk bagiku.
Dimana, hari ini kau tebar selukanya luka kepadaku.
Hari ini hari yang penuh dengan kejutan.
Ya, dengan kejutan siapa dirimu sebenarnya, dan siapa pengkhianat sebenarnya.
Kau tau? Aku sangat mencintaimu.
Tetapi, kata tersebut tidak berlaku lagi untuk hari ini dan seterusnya.
Bagaimana bisa, orang yang sudah aku sayangi telah mengkhianati ku?
Kau adalah seseorang yang sudah pernah membahagiakan ku, dan kau juga yang mengecewakan ku.
Kau memberiku harapan, dan ketika aku berharap, kau malah menjatuhkan nya.
Sungguh, aku sangat kecewa kepada mu.
Tidak usah memberikan ku harapan, kalau kalau pada akhirnya kau akan mengecewakan ku.
Aku ini manusia, punya perasaan.
Aku bukan mainan, yang bisa kau mainkan seenaknya saja.
Ketika diperjalanan, hujan mengguyur kota terus sedari tadi.
Kau tau apa yang kupikirkan ketika melihat hujan?
Ya, semua tentang kita.
Awal pertemuan kita yang diawali dengan hujan.
Disaat kau membonceng ku untuk pulang, rintik hujan membasahi bumi.
Hujan itu mengingatkan ku akan semua kenangan akan dirimu.
Kenangan yang akan ku ingat sepanjang masa, ya itulah kata-kata yang pernah ku ucapkan dulu.
Disaat terluka parah begini, aku masih tetap memikirkan kenangan itu, haha bodoh sekali aku ini.
Tetapi, kau yang tak punya perasaan.
Dengan seenaknya saja memainkan perasaan ku.
Haha sudahlah ya, kau juga tak akan peduli kepadaku.
Barang aku ini kau anggap mainan haha.
Biarkan saja aku menghilang darimu untuk selamanya, karena aku ingin menyembuhkan luka yang dibuat olehmu.
-Aqilla Khaleesi-

Setelah menulis, aku menutupnya dengan hati yang sesak. Aku harap, setelah di Bandung, aku dapat melupakannya dengan ikhlas.

Kurapikan kamarku, ku tata letaknya dengan indah. Setelah selesai merapikannya, aku sangat lelah. Dan aku pun memutuskan untuk tidur. Aku sangat benci hari ini. Semoga tak terulang lagi.

-Teruntuk Luka-
📝 Andriani
📄 Palembang, 11 Februari 2020

Jangan lupa vote dan komentarnya 😊

Teruntuk Luka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang