Part 7 : Khawatir

130 33 0
                                    


"Kak, Qilla hari ini gak masuk," begitulah isi pesannya yang diketik oleh seseorang, kemudian ia mengirimkan kepada Zean.

"Ha? Kenapa Qilla gak masuk?" balas Zean sambil terkejut.

"Itu loh kak, Qilla lagi sakit. Pagi tadi, mama Qilla mengirimkan surat ke kelas kami," balas seseorang itu. Ya, dia adalah temannya Qilla, lebih tepatnya Fathin.

Dengan sigap, Zean langsung bergegas keluar kelas sambil mengambil tasnya. Dilewatinya pagar belakang sekolah, lalu ia panjat pagar tersebut. Setelah keluar pagar, ia langsung mengambil motornya.

Ketika melihat mini market, dia langsung turun dari motor dan segera membeli coklat yang ada disana. Setelah membayar coklat tersebut, dia pun membeli bubur ayam yang terletak di samping mini market.

***

"Assalamualaikum," ucap seseorang dari luar pintu.

"Wa'alaikumussalam," ucap mama sambil membuka pintu.

"Cari siapa ya?" ucap mama sambil tersenyum.

"Maaf bu, Qilla nya ada? Saya mau jenguk Qilla," ucap seseorang itu.

"Ohh, temennya Qilla ya? Ayo masuk, Qilla lagi nonton Tv tuh," ucap mama.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang sedang berdiri didekat tv. Ya, rupanya dia adalah Kak Zean. Aku langsung bangun dan kaget.

"Kakak kok disini? Emang gak sekolah?" Tanyaku dengan nada heran.

"Satu-satu dong nanya-nya," ucap Kak Zean sambil terkekeh pelan.

"Hehe iya, habisnya aku heran, kok kakak ada disini. Ini kan masih jam sekolah," balasku masih dengan nada heran.

"Tadi, gue tau dari salah satu temen lo. Katanya lo gak masuk, karena lagi sakit. Jadi, gue bolos deh lewat dari pintu belakang. Ini, gue bawain buat lo, dihabisin biar cepet sembuh," jelas kak Zean sambil memberiku sebuah kantong kresek.

"Emang kakak tau dari temenku yang mana? Temen aku kan banyak," ucapku sambil mengernyitkan dahi.

"Hmm, anu, eeeemm," ucap kak Zean dengan gugup.

"Kakak kenapa kok gugup gitu?" Tanya ku heran.

"Hmm gak kok, gue cuma haus," balas Kak Zean sambil memegang tenggorokannya untuk mengalihkan pembicaraan.

"Ah iya aku lupa, astaghfirullah," ucapku sambil menepuk dahi. Lalu, aku bergegas ke dapur untuk mengambilkan air minum.

"Nih kak minumnya," ucapku sambil menyodorkan air minum kepada kak Zean.

"Ehh iya, makasih ya. Jadi ngerepotin hehe," ucap kak Zean.

"Iya kak sama-sama. Nggak ngerepotin kok. Malahan aku yang udah ngerepotin kakak," jawabku sambil tersenyum.

"Lo kan sakit, kenapa malah nonton tv sih?" Tanya kak Zean seperti sedang mengintrogasi sesuatu.

"Aku tuh bosen kak di kamar terus, ada sih tv di kamar, tapi gak mood aja nonton disana. Jadi aku milih nonton disini deh," ucapku dengan wajah melas.

"Ada ada aja sih," ucap kak Zean sambil mengelus puncak kepala ku yang tertutupi jilbab.

"Ihh kak gak boleh megang-megang dulu, belum halal tau," ucapku sambil mengerucutkan bibir.

"Yaudah, gue halalin sekarang ya," ucap kak Zean sambil tersenyum menggoda.

"Apaan sih kak, gaje banget sih," ucapku dengan pipi yang sudah bak kepiting rebus.

Tak lama kemudian, kak Zean menunjukkan muka paniknya sambil memegang kedua pipiku.

"Pipi lo kenapa? Kok merah gitu? Sakit lagi ya?" Tanya kak Zean yang masih memegang pipiku dengan jarak muka kami yang berdekatan.

Lantas aku pun tertawa geli melihat sikap kak Zean kepadaku. Ahh lucu sekali mukanya saat memegang kedua pipiku. Masa gak peka sih, aku tuh baper tau.

"Gak kak, pipi aku gak kenapa-kenapa kok. Aku tuh baperr tau," ku lanjutkan dengan tertawa terbahak-bahak.

"Ihh, gue kira lo sakit. Nyebelin deh," ucap kak Zean.

"Biarin wleee, kakak juga nyebelin," ucapku sambil menjulurkan lidah dan kak Zean pun tertawa.

"Kak, kenapa harus sampe bolos begini sih kak? Kakak tuh udah kelas 12, jadi harus rajin belajarnya," ujarku seperti sedang mengajari anak kecil.

"Ya karena gue khawatir sama lo. Kalo  lo ada apa-apa gimana coba?" balas kak Zean.

"Aku gak kenapa-kenapa kak. Cuma demam biasa kok. Udah ya jangan khawatir kak, aku baik-baik aja," ucapku meyakinkan kak Zean.

"Iya, pokoknya jangan bikin gue khawatir lagi ya. Gue takut kehilangan lo," ucap kak Zean.

"Iya kak," ucapku sambil membuka makanan yang diberikan oleh kak Zean. Dan kulihat didalamnya ternyata ada bubur ayam dan coklat.

"Duh makasih banget loh ya kak, aku suka coklatnya," ucapku.

"Iya, emang gak suka sama buburnya? Ayo dimakan, Gak boleh telat makan, harus dihabisin ya," kata kak Zean.

"Ahh gak mau kak, aku gak suka bubur ayam," kataku.

Tak mau ambil pusing, kak Zean pun membuka wadah buburnya, dan langsung menyuapi ku.

"Nih makan dulu, buka mulutnya," ucap kak Zean sambil menyodorkan sendok di mulutku. Mau tak mau, aku harus memakan bubur itu sampai habis.

Setelah makan, kami pun melanjutkan obrolan kami. Tak terasa, sekarang sudah pukul 10.00 dan dia berpamitan untuk pulang.

"Makannya jangan telat, obatnya diminum, jangan banyak pikiran, kalo mikirin gue sih gak apa," gombal kak Zean.

"Ihh kakak gombal mulu sih, iya aku bakal makan sama minum obatnya. Makasih ya kak. Dan satu lagi, aku gak mau kalau kakak sampe bolos lagi ya kak, kalau nggak aku bakal ngambek," ucapku sambil melipatkan tangan di dada.

"Iya . Ya udah, gue mau pulang dulu ya. Assalamualaikum," kata kak Zean sambil menghidupkan motornya.

"Wa'alaikumussalam, hati-hati kak," kataku dan hanya dibalasnya dengan senyuman.

Motor kak Zean sudah berlalu pergi. Dan aku hanya tersenyum. Aku sangat senang hari ini, walaupun lagi sakit, dengan hadirnya kak Zean ke rumah ku sudah membuat ku sangat bahagia. Semoga akan selalu begini ya kak😊

-Teruntuk Luka-
📝 Andriani
📄 Palembang, 10 Februari 2020

Jangan lupa vote dan komentar 😊

Teruntuk Luka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang