Part 28 : Senyum dibalik kesedihan

87 15 3
                                    

"Terkadang seseorang yang paling ceria ialah dia yang paling banyak menutupi kesedihannya"

-Aqilla Khaleesi-


27 Februari 2020

Setelah hampir setengah bulan ini, Aqilla sudah bisa melupakan Rezvan. Ia sudah mulai berdamai dengan keadaan. Ia sudah terbiasa walaupun tanpa adanya Rezvan, seseorang yang pernah menjadi masa lalunya.

Pagi ini, Aqilla hendak pergi sekolah. Ia berpamitan dengan kedua orangtuanya. Tetapi, Aqilla mengatakan sesuatu kepada papanya.

"Pa, boleh nggak Qilla minta anter ke sekolah? Selama ini kan papa nggak pernah nganterin Qilla ke sekolah. Qilla pengen dianter sama papa," ucapnya dengan mata sendu.

Bukannya memenuhi keinginan sang anak, papanya malahan menunjukkan raut wajah kesal.

"Kamu udah besar Aqilla. Nggak usah manja. Kamu bisa pesen ojek online. Papa mau buru-buru. Papa sibuk Aqilla," ucap papanya dengan nada meninggi.

"Apa papa pernah manjain aku? Kapan pa? Nggak pernah. Please pa sekali ini aja pa," ucap Aqilla dengan memohon kepada papanya. Tetapi, papanya malah menampar wajah Aqilla. Bukan hanya menampar, papanya juga memukuli Aqilla dengan kasar.

"Kamu ini, anak nggak tau di untung! Jangan jadi anak durhaka Aqilla!" ucap papanya yang masih saja memukuli Aqilla. Ya, papanya Aqilla sifatnya pemarah. Untuk hal kecil saja ia permasalahkan. Jika sudah marah, papanya tidak segan untuk melakukan hal yang kasar.

Aqilla hanya menangis tersedu-sedu. Tak lama kemudian, mamanya keluar. Ia melihat anaknya sedang dipukuli oleh suaminya. Lantas, mamanya menarik paksa tangan Aqilla untuk memisahkan Aqilla dan suaminya. Aqilla sekarang sudah tidak lagi dipukuli papanya.

Perang mulut terjadi. Mamanya bertengkar hebat dengan papanya karena papanya tadi sudah menyiksa Aqilla. Aqilla masih menangis tersedu-sedu. Malahan, ia sekarang menangis lebih histeris.

"Sudah mas. Dia itu anak kamu. Jangan berani lagi kamu nyakitin dia!" seru mamanya Aqilla.

Kedua orang tuanya masih saja bertengkar. Mamanya menyuruh Aqilla untuk memesan ojek online. Ia menyuruh Aqilla untuk cepat-cepat pergi ke sekolah.

***

Setelah selesai memesan ojek online, driver nya sudah datang. Aqilla berpamitan untuk pergi sekolah sambil menangis. Tetapi, sekarang mama dan papanya masih tetap bertengkar. Hal ini sangat menyakitkan bagi Aqilla.

Selama di perjalanan menuju sekolahnya, Aqilla masih saja tetap menangis. Tetapi, saat tiba di sekolah, ia segera mengelap air matanya. Ia menyodorkan uang kepada driver ojek itu. Setelah selesai berurusan dengan driver itu, ia berlari dengan cepat memasuki gerbang sekolahnya.

Mata dia kali ini terpusat ke arah toilet cewek. Ia langsung memasukinya. Ia mencuci mukanya agar tidak ada satu orang pun yang mengetahui kalau dia baru saja menangis. Seusai keluar dari toilet, ia mengembangkan senyumnya. Ia harus tetap kelihatan tegar, walaupun ia masih dalam kesedihan.

Aqilla memasuki kelasnya dengan senyumannya. Ia masih seperti biasanya, gadis periang. Terkadang, disaat seperti ini ia masih saja sempat bercanda dengan tawa yang terbahak-bahak. Tertawa seperti inilah yang saat ini ia butuhkan untuk menutupi semua kesedihannya.

Kalau sudah bersama sahabatnya, rasanya semua kesedihan itu terasa sudah sirna begitu saja. Ia terhibur dengan sahabatnya. Sahabatnya juga sama seperti Aqilla, yang kalau mereka berempat sudah ketemu mereka akan menjadi orang konyol. Ya begitulah kalau dengan sahabat, sifat konyol kita pasti akan keluar semua.

Teruntuk Luka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang