Part 8 : Menghilang

120 30 0
                                    


Semenjak beberapa hari yang lalu, kak Zean sudah tak pernah mengabari ku lagi. Entah karena sibuk atau apa, sampai saat ini tak ada kabar darinya. Aku selalu menunggu kabar darinya, tetapi hasilnya nihil.

Ku ceritakan kepada temanku, bahwa aku sangat merindukannya. Tetapi, temanku bilang kalau aku harus positif thinking tentangnya. Toh bagaimana harus positif thinking, kalau sudah tak ada kabar begini aku sangat khawatir.

Aku sudah mencoba menghubunginya berkali-kali, tapi tak ada jawaban. Ku telpon, nomornya tidak aktif. Aku mengirimkan pesan di wa, tetapi pesan dariku hanya centang 1. Kak Zean sudah seperti lenyap ditelan bumi saja.

Beberapa hari ini, kegalauan telah melanda hatiku. Badmood semakin meraja rela. Maksudku begini, jika memang sibuk, tolong kabarin aku, jangan menghilang seperti ini, aku sangat khawatir.

Kuhidupkan lagu galau saat jam istirahat. Lagu-lagu ku sudah berputar sedari tadi. Beberapa anak-anak, sudah banyak menuju kantin.

"Qill, sampai kapan lo mau galau kek gini? Ayolah, jangan kek gini Qill. Mana Qilla yang ceria? Mana suara teriakan Qilla seperti biasa? Semua sudah hilang dari diri lo hanya karena hal sepeleh seperti ini," tegas Fiza.

"Aku tuh badmood aja Fiza. Kenapa dia nggak ngasih kabar? Setidaknya kasih lah kabar, biar aku nggak cemas gini," ucapku masih tetap dengan wajah murung.

"Ah Lo itu, kalo udah urusan cinta pasti begini nih. Baperan. Terserah loh deh, ayo ke kantin," ajak Fiza sambil memegang tanganku.

"Iya Qill, ayo ke kantin. Nanti magh lo kambuh tuh. Jangan sampe sakit lagi, kita-kita khawatir kalau lo sakit," ucap Dhilla.

"Ya udah deh, ayo ke kantin," ucapku dengan nada lesu.

Kami telusuri koridor kelas, Dhilla, Fiza, Khansa, dan Yasmin terus mengajakku tertawa. Tetapi, aku masih menunjukkan muka ku yang datar. Kalau sudah badmood begini, rasanya mau bersuara saja pun susah.

Setelah memesan nasi goreng, lantas teman-teman ku sudah memakannya dengan lahap. Tetapi tidak denganku, aku hanya memakan 2 sendok nasi goreng.

"Qill, nasi nya dihabisin dong, kasian tuh nasinya dianggurin. Dianggurin tuh gak enak tau," ucap Dhilla dengan nada bucinnya.

"Iya tuh Qill, nasinya dihabisin dong. Nanti nasinya nangis loh. Mubazir tau," titah Jasmin.

Dengan terpaksa, aku pun harus menghabisi nasinya. Walaupun tidak nafsu sih, toh kalau teman-teman ku sudah bilang begini, aku tak bisa menolaknya.

"Eh Qill, gimana tuh kabarnya Azka yang pernah ngejar-ngejar Lo dulu?", tanya Khansa kepadaku.

Disaat kondisiku seperti ini, Khansa masih menanyai itu. Ah membosankan. Buat aku badmood aja.

"Hmm aku gak tau deh, gak ngurus. Aku tuh gak suka sama dia, gimana dong?" Jelasku.

"Ihh Qilla mah gitu, orang dianya ganteng loh. Masa lo gak mau," ujar Khansa.

"Iya tuh Qill, dia keknya pasti deh suka sama lo. Orang dianya ngejar lo terus. Lah beda banget sama kak Zean, ngilang tanpa kabar. Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya pula oleh kak Zean," ucap Fiza sambil menarik nafas.

"Qill, buka deh mata lo, gunakan pikiran lo. Untuk apa pinter di pelajaran, tapi bodoh dalam urusan cinta. Ayolah, Lo itu cantik Qill, pinter, baik, masa mau sama kak Zean yang gak jelas asal-usulnya," jelas Fiza.

"Please deh ya Fiza, gak usah jahatin kak Zean. Walaupun dia begitu, aku gak suka kalau ada yang bicarain keburukan dia. Nambahin badmood aja, heran deh," ucapku dengan tegas. Hari ini udah panas, ditambah Fiza manas-manasin segala lagi.

"Ini nih Qilla, suka nggak dengerin nasehat kita. Ntar kalo udah disakitin, bakal ngadu ke kita ini juga," ucap Fiza.

"Eh sudah-sudah nggak usah berantem. Mendingan habisin tuh makanan kalian, bentar lagi bel masuk," ucap Yasmin sambil menengahi kami.

"Za, maafin aku ya. Gara-gara badmod nih jadi begini akunya," ucapku sambil memeluk Fiza. Dan keadaan pun tak lagi menegangkan seperti tadi.

-Teruntuk Luka-
📝 Andriani
📄 Palembang, 10 Februari 2020

Jangan lupa vote dan komentarnya 😊

Teruntuk Luka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang