Day-3.2

93 11 19
                                    

Sebelum membaca tolong di vote. Sambil berjalan koment dah yang banyak. Terakhir boleh di share juga yaa 💕 😊
.

SPIN OFF ROLANDA
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Mas! Liat deh, itu lucu banget!" Seru Rachel sambil menarik Dimas ke arah rak yang dipenuhi tumpukan boneka hamtaro.

Niatnya mau pulang, tapi karena area restoran berada di dalam Mall, Rachel jadi salfok.

Dia berlari kecil dan langsung memeluk boneka hamtaro terbesar yang ada di sana.

"Iya lucu, yaudah ayo pulang," Ucap Dimas sambil menarik baju belakang Rachel menjauh dari rak, dan dengan terpaksa Rachel melepas pelukannya pada boneka hamtaro itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya lucu, yaudah ayo pulang," Ucap Dimas sambil menarik baju belakang Rachel menjauh dari rak, dan dengan terpaksa Rachel melepas pelukannya pada boneka hamtaro itu.

"Dadah hamtaro," Lirih Rachel sambil mendadahi boneka itu dalam keadaan bajunya yang masih ditarik Dimas.

Emang rada bangsat. Tapi sayang.

-----------------------------------------------------------

Kerlap - kerlip lampu jembatan Antariksa di atas sungai panjang landmark Ibu Kota, menghiasi pekatnya malam sambil menyapa para pendatang.

Semua orang tersenyum kagum karena pengembangan infrastruktur yang di usung langsung oleh pemerintah kota itu.

Berbeda dengan Rachel, dia tidak tertarik dengan itu. Sedari tadi dia hanya mempoutkan bibirnya kesal karena ulah si biadab Dimas.

Yang benar saja, Rachel hanya ingin berjalan beriringan dengan Dimas, tapi pria itu malah mempercepat langkahnya ketika dia berusaha mensejajarkan dirinya.

Akhirnya dia memutuskan untuk berhenti. Berhenti untuk mengejar.

'Acel capek WOOYY!'

Dimas yang merasa tidak di buntuti lagi menoleh ke belakang, dia menghampiri Rachel yang berdiri diantara pagar sungai.

'Tuh kan nyamperin,'

Tanpa sepengetahuan Dimas, Rachel tersenyum setan sekarang.

"Kenapa lagi? Tadi katanya mau ke jembatan Antariksa, gue udah kabulin, kenapa tuh mulut masih maju aja?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lagi? Tadi katanya mau ke jembatan Antariksa, gue udah kabulin, kenapa tuh mulut masih maju aja?"

"Kenapa lo lari? Gue kan capek ngejarnya!"

"Biar lo kurus,"

"Gak lari juga tar gue kurus sendiri karena penyakit gue,"

'Deg

Pembahasan ini. Dimas tidak suka.

"Penyakit lo doang gak bisa bikin lo kurus, lo butuh olahraga juga. Makan lo kan banyak,"

"Ish!" Rachel memukul pelan lengan Dimas.

Hening beberapa waktu. Mengagumi indahnya sungai di bawah jembatan Antariksa adalah hal yang menarik untuk sekarang.

"Sungainya cantik ya,"

"Masih cantikan kamu,"

"UHUUKK!" Rachel terbatuk ketika tidak sengaja mendengar percakapan sepasang bucin SMP yang malem - malem gini malah pacaran di pinggir sungai.

"Kenapa?" Dimas menatap Rachel.

"Batuk," Dimas memutar bola matanya malas.

"Mau pulang? Udaranya mulai dingin," Rachel mengangguk mengiyakan.

"Eh Mas!" Rachel mencekal tangan Dimas yang hendak berjalan mendahuluinya.

"Lampu jembatannya cantik ya," Dimas menoleh ke arah jembatan sejenak.

"Iya," Jawabnya, lalu melenggang pergi, sedangkan Rachel menahan napasnya agar tidak menghembuskan api.

Oke. Ini tidak berhasil untuk Dimas.

Dimas menghentikan langkahnya ketika merasa Rachel tidak mengikutinya. Dia mengibaskan tangannya agar Rachel segera menghampirinya.

Dengan malas Rachel berjalan gontai ke arah Dimas sambil mempoutkan bibirnya.

"Sini," Tangan Rachel, Dimas genggam.

"Biar gak lama jalannya," Rachel mengulum senyumnya, ini hal termanis yang pernah dilakukan Dimas padanya.

-----------------------------------------------------------

"Cel? Waktu itu lo bilang sengaja datang pagi buta ke rumah gue karena cuma bisa kerja sama gue selama tiga jam aja setiap pulang sekolah, itu kenapa?" Tanya Dimas tanpa mengalihkan atensinya dari jalanan.

"Kenapa tiba - tiba Mas penasaran? Apa tandanya Mas udah baper sama Acel?" Dimas menggeleng pelan, dan masih fokus dengan jalanan. Sedangkan Rachel mencebikkan bibirnya kesal.

"Kalau ada sesuatu yang gue gak tau, cerita aja," Ucap Dimas.

"Sedih kalau di ceritain mah,"

"Gak apa - apa sekarang sedih, asal besok jangan," Rachel terkekeh karena ucapan Dimas, dan sejenak menghela napasnya.

"Mas tau sendiri kan gue sakit kanker? Gue ngidap penyakit leukimia udah setaun lebih, dan di waktu tertentu gue harus kemo tiap pulang sekolah,"

"Kenapa lo gak bilang? Gue kan bisa nganter lo,"

"Kalau gue bilang dari awal, emangnya lo mau nerima pacar boongan yang penyakitan kaya gue?" Dimas bungkam, sedangkan Rachel hanya tersenyum kecil.

Hening beberapa waktu.

"Lo inget gak? Gue pernah bilang sama lo, kalau cita - cita gue ingin jadi Mama yang baik untuk anak gue?" Dimas mengangguk mengiyakan. Biar cepet. Dia tidak ingin ribut.

"Setelah gue pikir - pikir, kayanya waktu gue gak akan sampai untuk ke sana. Untuk sekarang gue ingin nikmatin hidup gue yang sebentar ini sama orang - orang yang gue sayang," Ucapnya sambil menatap kosong ke jalanan.

"Siapa bilang cita - cita lo itu gak bakal kesampaian? Hidup mati orang tuh Tuhan yang ngatur, siapa tau aja besok ada yang mau nikahin lo terus besoknya lo langsung punya anak,"

"Emang siapa yang mau nikah sama Acel? Atau jangan - jangan Mas yang mau nikahin Acel besok? Gak usah kode - kodean gitu lah Mas, Acel pasti mau kok," Ucapnya sambil mengusakkan kepalanya ke bahu Dimas manja.

Sedangkan Dimas hanya bisa mengusap wajahnya kasar dan menghela napas berat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Pepeett terooss Cel..

Terimakasiii untuk kalian yg masih ikutin cerita ini dan mendukungnya dengan vote / koment yg bikin aku semangat utk upload, semoga selalu terhibur 😘

Aylafyu somay 💕

Ciyuu 💕

ENAM HARI DIMAS VAN LEVIN (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang