Lost Day-6.2

74 9 19
                                    

Sebelum membaca tolong di vote. Sambil berjalan koment dah yang banyak. Terakhir boleh di share juga yaa 💕 😊
.

SPIN OFF ROLANDA
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"PERGII!" Dimas terkesiap mendengarnya, tapi tak membuat langkahnya terhenti untuk mendekati Rachel.

Hening.

Rachel pikir. Dimas sudah pergi.

Dia mengintip di balik selimut, dan menatap kaget saat mengetahui Dimas ada dihadapannya, hal itu membuat Rachel menutup cepat wajahnya lagi dengan selimut.

Dimas menghela napas lelah. Dia bingung harus memulainya dari mana.

"Cel?" Dimas menyentuh tangan Rachel yang mengintip di balik selimut, hal itu membuat Rachel menyentaknya pelan.

"Pergi! Gue udah gak cantik lagi," Ucapnya lirih.

Dimas lagi - lagi menghela napasnya, perlahan dia membuka selimut yang menutupi wajah Rachel. Dia terkekeh saat melihat gadis itu yang mempoutkan bibirnya lucu.

Dimas meraih dagu Rachel agar menatapnya.

"Lo cantik, karena lo Milka Rachel Hermawan," Rachel mengedipkan matanya lucu, tidak mengerti, lalu menepis pelan tangan Dimas di dagunya, dan memalingkan wajahnya karena terlalu malu.

"Cel, kenapa lo gak bilang ke gue ada di sini? Gue udah cari lo kemana - mana," Ucap Dimas sedikit meninggi.

"Buat apa? Gue udah gak ada hubungan apa - apa lagi sama lo, kontrak pacaran kita juga udah berakhir. Jadi hutang gue sama lo udah lunas," Desis Rachel menatapnya menghunus.

"Gue khawatir sama lo,"

"Oh, jadi lo udah baper sama gue?" Sinisnya.

"Iya, gue udah baper sama lo,"

"Gue sayang sama lo Cel," Lanjutnya lagi cepat, menatap Rachel lembut.

Mata Rachel membulat mendengar pernyataan Dimas. Pupilnya mengecil menandakan dia sangat kaget.

Rachel sontak menjauhkan dirinya dari Dimas, matanya bergerak liar kesana - kemari berusaha tidak memandang mata Dimas.

"Lo gak usah bercanda," Desis Rachel, tertawa datar.

Dimas menggeleng cepat.

"Gue gak bercanda,"

"Lo lagi ngeprank gue kan?"

"Gue bukan Atta petir yang lagi bikin konten," Decak Dimas.

Rachel menggigit bibirnya mendengar perkataan Dimas. Dia bungkam, tak sanggup menjawab apa - apa.

'Bukankah jawaban ini yang diharapkannya?'

Tak sabar melihat Rachel yang terus membisu, Dimas meraih bahu Rachel.

"Jadi, lo mau jadi pacar beneran gue?"

Rachel menundukkan wajahnya dalam - dalam, kenapa tiba - tiba Dimas mengatakan ini? Apa karena dia kasihan melihat keadaan nya sekarang?

"Gue gak tau," Jawabnya pelan.

Dimas mengerutkan keningnya bingung, ada apa dengan bayi toa nya? Bukannya dari kemarin dia yang ngebet?

Sekali lagi Dimas menghela napas, dan memilih mengalah saja. Mungkin Rachel masih kurang sehat, jadi otaknya belum bisa berfikir lurus.

"Kalau gitu lo istirahat aja," Ucap Dimas sambil membantu Rachel berbaring, dan menyelimutinya.

"Gue tungguin lo disini," Dimas terduduk di samping tempat tidur Rachel, sambil mengelus pelan dahi gadis itu sampai terlelap.

-----------------------------------------------------------

Sudah dua hari sejak kejadian Dimas menyatakan perasaannya pada Rachel, dan dia belum mendapatkan jawaban apapun dari gadis itu.

Mereka seolah tak ingin membahasnya lagi, dan memilih berjalan apa adanya.

Saat ini, Rachel sedang terkekeh pelan ketika melihat Tasya dan Cindy yang sedang belajar untuk persiapan ujian masuk Universitas dengan antusias bersama Dimas di kamar rawatnya.

Sesekali mereka terlibat pertengkaran kecil karena kedua temannya yang sulit mengerti cara mengerjakan salah satu latihan soal, yang berujung menyalahkan Dimas.

"Cel lo jangan ketawa mulu, lo juga ikut belajar," Cindy mendelik.

"Buat apa? Lagian gue gak ada rencana kuliah,"

"Gue udah daftarin lo buat ikut ujian, jadi lo harus belajar," Saut Cindy.

"Lo gila?! Gue aja gak yakin hidup gue cukup untuk kesana," Pekik Rachel.

"Gak usah mikirin mati mulu! yang penting sekarang lo lakuin aja apa yang masih bisa lo lakuin sebelum lo bener - bener mati," Cerca Cindy, dan hal itu membuat Rachel bungkam.

Sedangkan Dimas hanya menatap Rachel dengan raut tak terbaca.

Dia juga benci sikap pesimis Rachel.

-----------------------------------------------------------

"Dim?" Dimas yang masih sibuk belajar setelah dua perusuh itu pulang menoleh.

"Gue_gue mau belajar," Ucap Rachel sambil memainkan selimutnya.

Dimas tersenyum, lalu bangkit ke arah tempat tidur Rachel sambil membawa buku - bukunya.

Rachel mengulum senyumnya saat melihat wajah serius Dimas yang mengajarinya.

Rachel mengulum senyumnya saat melihat wajah serius Dimas yang mengajarinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah liatin gue nya?" Rachel mengangguk cepat, dan tersenyum malu. Dia rindu Dimas nya yang galak. Tunggu! Dimas nya?

"Udah ngerti sama apa yang gue jelasin?" Kali ini Rachel menggeleng cepat, sambil menunjukkan deretan gigi putihnya. Hal itu membuat Dimas mengusap wajahnya kasar.

"Jangan marah, Acel suka khilaf kalau udah liatin Mas," Ucapnya sambil mencebikkan bibirnya.

Dimas memutar bola matanya malas, tapi dalam lubuk hatinya dia merindukan panggilan itu padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dimas memutar bola matanya malas, tapi dalam lubuk hatinya dia merindukan panggilan itu padanya. Dia rindu sikap manja Rachel.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tebeceehh

Yaelah Cel, kalo naksir ya terima ajaa :(

Apa sih maunya nih bocah?!

Ikutin terus kelanjutannya yaa..

Ciyuu 💕

ENAM HARI DIMAS VAN LEVIN (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang