Hujan deras menguyur kota Seoul malam itu. Menyebabkan macet tak karuan sepanjang jalan dimana-mana. Salah satu yang terjebak di dalamnya adalah Irene atau kerap dipanggil dokter Bae. Seharusnya ia sekarang berada di rumah sakit tempatnya praktik. Tapi sialnya Irene harus terjebak dalam barisan kendaraan dan seruan klakson yang menderu menyesakkan telinga.
Terdapat panggilan masuk yang otomatis terjawab oleh radio mobilnya.
"Dokter Bae," seorang perempuan memanggil namanya.
"Ya aku tau Gi," jawab Irene kesal. "Operasi akan dimulai 30 menit lagi. Maaf, aku masih terjebak macet,"
Dia Seulgi, teman dekat sekaligus kepala perawat di rumah sakit tempat Irene bekerja.
"Pasien Lee masih menjalani pemeriksaan terakhir sebelum operasi appendixnya, kau masih punya waktu sampai infusnya habis..." jelas Seulgi, "...atau mau kupanggilkan-"
"Tidak, terima kasih," Irene tegas menolak, "Aku akan segera kesana,".
Seulgi hanya menghela nafas tertahan. Entah ego Irene yang berbicara atau karena kredibilitasnya sebagai dokter yang Irene pegang. Tetapi Seulgi tau Irene paling tidak suka menugaskan dokter lain untuk menangani pasiennya.
"Apa lagi Gi?" Irene bertanya.
Seulgi menahan jawabannya di bibir. Lidahnya tercekat untuk berbicara.
"Seulgi?"
"Irene, Tuan Bae menelfon,"
—
Namanya Kim Suho, seorang pewaris tunggal dari kekayaan milik Kim Corporation. Sekarang tercatat sebagai salah satu pebisnis muda terkaya di Korea Selatan. Tampan, gagah dan berwibawa, itulah yang tergambarkan dari sosok seorang Kim Suho.
Sebagai seorang pebisnis muda Suho sering melaksanakan perjalanan bisnis. Setelah menyelesaikan studinya selama 2,5 tahun Suho tak segan melanjutkan bisnis keluarganya di mancanegara. Wujudnya melalangbuana dari satu tempat ke tempat lainnya selama 4 tahun terakhir dan pada akhirnya malam ini ia pulang mendarat di bandara Incheon bersama rekan kerja setianya.
"Tidakkah kau merasakan udaranya? Terasa seperti rumah bukan begitu hyung?" Chanyeol, rekan kerja Suho berceloteh ketika mereka turun dari pesawat.
"Jika maksudmu udara yang segar itu basah air hujan, gelapnya langit serta semburan petir itu rumah, baiklah aku setuju," Suho membalas.
Muka Chanyeol berubah masam. Maksud hati ingin menyambut diri di negeri tercinta tapi hyung-nya satu ini malah menyindir.
"Sarkasmu itu tidak lucu," kata Chanyeol.
"Aku memang tidak berniat melucu," jawab Suho.
"Hyung cerialah sedikit, ini Seoul! Selepas ini kita bisa segera pergi barbeque, menikmati sungai Han bahkan jajan sepuasnya di Hongdae. Oh sungguh aku merindukannya, tidakkah kau merindukannya hyung?" Chanyeol menepuk pundak Suho tanpa menyadari bahwa Suho sudah berhenti memperhatikannya sejak kata pertama.
Bola mata Suho sibuk memperhatikan sekelilingnya. Meski gelap dan buram karena rintik hujan sepasang mata Suho tidak lelah melihat keluar.
Entah apa yang sedang ia pikirkan dalam-dalam. Bibir Suho mengangkat pelan memberikan senyum kemudian mulutnya bergerak dan menjawab dengan suara pelan, ia berkata, "Ya, aku sangat merindukannya,"
—
"Saya sudah selesai menjahit lukanya, tolong bawa pasien keluar dari ruang operasi dan tunggu sampai dia siuman. Saya akan ke ruangan," seluruh personil di ruang operasi bergegas menuruti perintah sang dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risak Rona [ON-HOLD]
FanfictionCinta mereka dipenuhi kepentingan. Kepentingan keluarga dan kepentingan janji orang tua. Sampai Junmyeon menyadari bahwa Joohyun pun memiliki kepentingan hatinya. ✧ Cerita pertama dari Mharyapati Series ✧