3. Kasih Tak Sampai

250 28 8
                                    

Kalau berbicara tentang pertemanan, Suho pasti menjadi nomor satu yang dibicarakan. Bagaimana tidak? Seorang CEO muda seperti dia harusnya memiliki daftar panjang berisi nama-nama orang terpenting di Korea Selatan. Tapi di sinilah dia terjebak bersama rekan kerjanya, Park Chanyeol.

"Hyung, kusut sekali wajahmu itu," komentar Chanyeol.

"Bukan urusanmu," jawab Suho dingin.

"Ey, ganas sekali. Kenapa? Tidak dapat jatah ya semalam?"

"Apasih kamu Chanyeol,"

"Tuh kan, makin kusut. Memangnya Irene Noona tidak rindu padamu? Sedih sekali atasanku ini, sudah menikah masih saja cinta bertepuk sebelah tangan,"

"Chanyeol pernah tidak ada yang bilang kalau kamu terlalu banyak berceloteh?"

Pertanyaan tersebut diabaikan oleh Chanyeol. Dia malah meraih ponselnya dan mencari kontak pada layar ponsel tersebut. "Butuh kupanggilkan anak-anak? Sudah lama kita tidak bertemu mereka. Lumayan membuatmu lupa tentang Irene Noona,"

Tawaran Chanyeol terdengar menarik, tapi... "Tidak terima kasih. Lain kali saja, aku lelah," Suho menolak dan kembali mengerjakan setumpuk kertas di depannya.

"Oohh masih ingin berusaha mengejar jatah malam mu, Hyung?" goda Chanyeol.

"BERISIK KAMU CHANYEOL!!"

"Dokter Bae, Dokter Bae," Seulgi berulang kali memanggil Irene. Ditatapnya sahabatnya tersebut yang merunduk dengan sendu. Irene sudah melewatkan tiga jadwal pagi ini meskipun dia tidak melewati pertemuan apapun dengan pasiennya tapi seluruh rapat dan meeting administrasi rumah sakit dilewati begitu saja. Seulgi sebagai teman paham bahwa dari raut wajah Irene bertemu petinggi rumah sakit adalah hal terakhir yang dia inginkan.

Tetapi ini kan urusan rumah sakit dan kalau tidak dijalankan Seulgi sebagai kepala perawat tentu akan kena masalah. "Dokter Bae," Ia tidak menyerah dan memanggil Irene sekali lagi.

"BAE IRENE!!" teriak Seulgi sekuat tenaga.

"Kang Seulgi! Seenaknya saja kamu. Aku ini lebih tua dari-"

"Sudah selesai melamunnya?" Seulgi memotong pembicaraan dan menatap Irene bagai ibu yang memarahi anaknya.

Rasa bersalah merambat pelan hati Irene kemudian ia menenggelamkan dirinya ke dalam kursi kerja.

"Maafkan aku Seul..."

"Biar kutebak... Suho Oppa?"

Irene tidak bisa menolak. Ia kembali terdiam dan mengalihkan pandangannya.

"Baru sehari dia kembali dan keadaanmu sudah begini. Ada apa Irene? Kamu terlihat... kecewa..." Seulgi sangat berhati-hati dengan pemilihan katanya. Bagaimanapun di lingkungan kerja ia harus menghormati Irene sebagai atasannya.

Walaupun kondisi Irene yang sekarang lebih membutuhkan sahabat ketimbang rekan kerja.

"Dia membenciku Seul,"

"Darimana kau tau itu?"

"Seul,"

"Baiklah aku tidak akan bertanya lebih. Tapi, apa Suho Oppa secara langsung mengatakan ia tidak suka padamu?"

Irene menggeleng.

"Lalu? Bagaimana kau tau kalau ia membencimu? Irene... sejauh yang aku tau Suho Oppa tidak akan pernah menyakitimu. Kalian ini seperti pasangan baru menikah saja,"

"Tapi dia juga tidak menyukaiku," Irene menjatuhkan kepalanya ke atas meja, rasanya berat sekali.

"Irene, kau istrinya. Tidak mungkin dia tidak menyukaimu,"

Risak Rona [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang