9. Adu Hati

196 27 3
                                    

Irene gundah memilih baju di lemarinya. Ia mulai menyesali keputusannya menemani Suho nanti malam.

Mulai pagi-pagi sekali Irene harus ke rumah sakit untuk menyelesaikan semua arsip yang dikirimkan Seulgi hari itu. Siangnya ia dengan gesit melakukan dua operasi berturut-turut, tatkala Irene harus melewatkan jadwal makan siang untuk memeriksa beberapa pasien.

Seulgi terpaksa mengatur ulang jadwal Irene agar ia bisa pulang 2 jam lebih cepat. Anehnya, kepala perawat yang biasanya mengomel kalau Irene meminta mengosongkan jadwalnya kini justru melaksanakannya sukarela.

Meskipun itu artinya Seulgi kerap menanyakan detail tentang 'kencan malamnya' bersama Suho.

Kini Irene melempar-lempar sembarang baju miliknya ke segala arah. Kepalanya terasa berputar karena kelelahan dan kurang makan tapi ia hanya punya sisa 1 jam lagi sebelum Suho pulang dan menjemputnya.

Ah, sial. Batin Irene.

"Tunggu sebentar," suatu ide terbesit di kepalanya. Irene menunduk dan mengambil suatu kotak besar dari bawah kasur. Kotak tersebut tertutup oleh debu namun bentuknya masih utuh dan rapih.

Irene membuka perlahan tutupnya dan menemukan beberapa benda disana yang paling menonjol adalah gaun berwarna biru sepasang anting lingkaran berwarna perak sederhana.

Irene menggelarkan gaun tersebut di atas kasur dan memeriksanya sekilas.

Masih utuh. Pikir Irene mantap.

Dia mengambil sepasang anting dari kotak tersebut dan menyandingkan dua objek berikut berdampingan.

"Ini harusnya cukup," Irene tersenyum puas.

Suho kalang kabut menyetir dari kantornya seperti orang gila. Ia begitu terlarut dengan pekerjaannya sampai Chanyeol mengomel menyuruhnya pulang.

Suho merasa tenang-tenang saja sampai ia sadar ia baru saja kehilangan waktu untuk menjemput Irene, berganti pakaian, dan mengantar mereka berdua ke tempat acara.

Suho membanting kemudi membelok tajam di pertigaan rumahnya. Sampai depan rumah, ia menekan tombol garasi otomatis melajukan kendaraanya masuk dan turun dengan tergesa-gesa.

"Joohyun!" seru Suho begitu masuk menutup pintu.

Irene duduk menyilangkan kakinya dan mengetuk-ngetuk meja menunggu Suho.

Disambarnya Suho ketika ia sampai.

"Kau dari mana saja?!" dengan cekatan Irene mengambil alih jas kerja Suho dan menariknya masuk ke dalam. "Bajumu sudah siap di kamar. Bersihkan dirimu dulu aku akan turun dan mencari sepatumu,"

Irene mendorong Suho masuk ke kamar dan mendorong pria itu masuk ke kamar mandi.

Ia tidak punya pilihan lain selain menuruti istrinya. Suho memastikan dirinya mencuci muka dan menggosok gigi. Ia keluar tidak lama setelah memakai tuxedo yang disiapkan Irene.

Irene datang membawa sepasang sepatu hitam dan menyuruh Suho memakainya sambil duduk di sofa. Wanita itu duduk di sebelah Suho untuk memeriksa penampilan suaminya. Ia berdecak kesal sebelum mengambil sisir dari kamar mereka.

Irene kembali dan menarik kepala Suho menghadapnya. "Kau ini menyisir tidak sih?" komentarnya merapikan rambut Suho dengan telaten.

"Aku lupa," ucap Suho berdiam diri di depan Irene. "Joohyun, dasiku juga," matanya mengarah ke dasi kupu-kupu yang hanya menggantung di lehernya.

Tanpa bicara Irene menyelesaikan itu juga. Jemari Irene dan fokusnya yang menari di leher Suho memberikan Suho waktu untuk memerhatikan Irene diam-diam. Saat pertama ia melihat Irene, Suho sudah sadar akan gaun biru yang Irene pakai.

Risak Rona [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang