Hari-hari berlalu begitu cepat bagi Irene dan Suho. Hubungan antara keduanya telah membaik hanya saja kesibukan Irene dan Suho membuat mereka sulit bertemu satu sama lain. Bahkan akhir-akhir ini sangat sulit bagi Suho untuk makan malam di rumah bersama Irene. Entah sang suami yang pulang terlalu malam atau sang istri yang kerja lembur memenuhi keperluan rumah sakit.
"Seulgi tolong runtutkan agendaku untuk minggu ini," pinta Irene seraya berkutat dengan buku catatannya di dalam ruang praktik.
Seulgi dengan sigap memenuhi permintaan tersebut. "Kau punya dua jadwal operasi untuk hari Senin dan Selasa, keduanya aku tempatkan setelah jam makan siang. Hari Rabu ada undangan konferensi di Busan, aku bisa mengatur kegiatan pulang-pergi jika kau minta. Kamis dan Jumat tidak ada agenda tapi kau perlu menghadiri rapat laporan pembangunan ruang operasi baru,"
Irene mengkerutkan dahi. "Rapat pembangunan? Kenapa aku harus menghadiri itu?"
"Permintaan khusus Tuan Bae," ujar Seulgi.
Irene berdecak sebal. Lagi, lagi, ayahnya meminta yang tidak-tidak. "Kapan rapatnya?"
Seulgi memeriksa catatan bukunya. "Tanggal 9 bulan ini,"
"Tanggal 9 katamu?" tanya Irene.
Seulgi hanya mengangguk. Sebuah seringai tiba-tiba merekah di pipi Irene. "Seulgi, batalkan kehadiranku di rapat tersebut. Aku ada janji,"
—
Irene memutar mobilnya mencari lahan parkir kosong, ia mengambil manuver kiri dan mengarah reverse. Sebelum turun, Irene melepaskan jas dokternya dan melangkah keluar. Langkah Irene membawanya sampai di lobby suatu bangunan besar.
"Permisi, apa ada yang bisa saya bantu?" seorang wanita muda menghentikan Irene menuju lift. Irene melihat wanita tersebut lalu tersenyum.
Pasti ini yang namanya Dahyun, astaga wajahnya polos sekali. Batin Irene.
"Tentu saja. Saya ingin menemui atasanmu," jawab Irene ringan.
"Maaf, maksud anda Tuan Kim? Apa anda sudah membuat janji sebelumnya?" tanya Dahyun.
Irene menggeleng. "Aku harus membuat janji ya bertemu dengannya?"
Dahyun mengangguk. "Tuan Kim pernah menyatakan kurang menyukai tamu tanpa undangan,"
"Dia bilang begitu? Astaga, sombong sekali," Irene mengomel melipat tangannya.
"Jika perlu, saya dapat membuat janji untuk anda," tawar Dahyun menampilkan gigi putihnya tersenyum manis.
"Tidak perlu. Nanti malah merepotkanmu. Bilang saja Bae Irene datang mencarinya," Irene menepuk pundak Dahyun hendak pergi melanjutkan langkahnya.
Suara bel lift berbunyi dan keluar sosok pria muda mengenakan jas hitam. "OH!" seru pria itu kepada Irene. "Tunggu sebentar, Nyonya!"
Irene menoleh merasa dirinya dipanggil. Pria tersebut mempercepat langkahnya mendekati Irene. "Nampaknya kita pernah bertemu sebelumnya. Anda Nyonya Kim, betul?" pria tersebut mengulurkan tangannya dan menyalami Irene.
"Saya mohon, cukup panggil Irene saja. Anda Tuan Minseok, bukan?" balas Irene.
Minseok tersenyum. "Syukurlah anda masih mengingat saya. Apakah anda sibuk, Nyonya Irene?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Risak Rona [ON-HOLD]
FanfictionCinta mereka dipenuhi kepentingan. Kepentingan keluarga dan kepentingan janji orang tua. Sampai Junmyeon menyadari bahwa Joohyun pun memiliki kepentingan hatinya. ✧ Cerita pertama dari Mharyapati Series ✧