2. Pertemuan Keluarga

252 40 7
                                    

Perjalanan pulang dalam mobil terasa sangat berat. Seusai insiden kopi antara sepasang suami istri itu, Suho meringis kesakitan karena sebagian tangannya terkena isi cangkir kopi. Memang bukan air mendidih tapi ringisan tersebut menyadarkan Joohyun dan juga Seulgi di luar ruangan yang diam-diam mendengarkan percakapan mereka.

Irene segera menyuruh Seulgi mengambil kapas, air dan perban. Sang istri buru-buru mengambil tangan suaminya dan meniup bagian kulit tersebut. Raut muka Suho masih menahan rasa perih, ia berusaha menenangkan kepanikan Irene yang berulang kali meminta maaf kepadanya. Pria tersebut kerap mengatakan ia tidak apa-apa, ia pun mencoba menarik pelan tangannya dari genggaman Irene.

Seulgi datang membawa pesanan Irene dan secepat kilat Irene langsung mengobati tangan Suho.

"Maaf," bisik Irene yang terdiam duduk di kursi penumpang sebelah Suho.

"Kau sudah mengucapkan itu beribu kali Joohyun," jawab Suho.

"Sebaiknya kita pulang dulu," Irene memelas. Pandangannya mengarah kepada kemeja Suho, terdapat lingkaran coklat menodai kemeja putih tersebut. Irene sudah menawari Suho untuk mengobati badannya yang terkena isi cangkir kopi.

Tapi Suho menolak, rasanya ia tidak bisa membiarkan Irene melihatnya seperti itu. Genggaman tangan Irene kepada tangannya tadi... Sudah cukup membuat jantung Suho lari marathon. Sekarang ia harus membiarkan Irene mengobatinya bagian tubuhnya? Apalagi di depan Seulgi? Ingin jadi seperti apa Suho?

Berada di dekatnya saja aku sudah tidak karuan, kau bisa membuatku gila Bae Joohyun, pikir Suho.

"Papa dan Mama sudah menunggu, tidak enak kalau kita membuat mereka menunggu terlalu lama," Suho memakirkan mobilnya di depan sebuah rumah. Dipandangnya Irene yang memelas dengan rasa bersalah yang masih menyelimutinya. "Aku tidak apa-apa Joohyun,"

"Tapi kemejamu? Ayah dan Ibu pasti akan bertanya," giliran Irene yang bersikukuh. "Kau berencana mengadukanku kepada mereka ya?!"

"Kalau iya, kenapa?" Suho menaikkan alisnya, tersenyum menggoda Irene.

Sang istri tidak terima. Dicubitnya sisi perut Suho keras. Berbagai panggilan menyebalkan keluar dari mulut wanita tersebut.

Suho meringis kesakitan. Bukannya tadi ia baru saja mengagumi kelembutan Irene?

"Sudah, sekarang kau turun saja. Semua akan baik-baik saja," perintah Suho. "Tenang saja aku tidak akan mengadukanmu," Suho membuka kunci pintu mobilnya pertanda Irene harus segera turun.

Makan malam antar keluarga harusnya terasa menyenangkan. Tetapi tidak untuk Irene. Pikirannya melayang menerka darimana Suho mendapatkan kemeja baru begitu saja.

Setelah turun dari mobil Suho, Irene segera disambut oleh Nyonya Kim. Beliau memeluk Irene begitu hangat menanyakan kabar menantunya tersebut. Mengajak Irene menuju ruang makan seolah Irene sendiri lupa dimana ruang makan itu terletak di kediaman kedua orang tuanya.

"Bagaimana kabarmu nak? Kamu tidak terlalu lelah kan? Kau sudah jarang mengunjungi Ibu... padahal aku sangat merindukan putri cantikku," sambut Nyonya Kim mengelus pundak Irene lembut.

"Ibu, jangan langsung menyerbunya. Biarkan Joohyun duduk dulu," Tuan Kim mengatakan meraih pelan pundak istrinya tersebut. Beliau mengarahkan Irene untuk duduk bersamanya.

Dari kejauhan terdengar derap langkah seseorang. Nyonya Bae datang membawakan sepiring besar makanan dan diletakannya tepat tengah-tengah meja. "Kau sudah bertemu dengan Suho nak?" tanya Nyonya Bae sembari mencium puncak kepala Irene.

"Oh iya, Suho kemana sayang? Ibu belum melihatnya," ujar Nyonya Kim.

"Anak itu memang dasarnya suka meninggalkan istri sendiri. Irene kalau dia macam-macam harusnya kamu lapor Ayah!" timpal Tuan Kim.

Risak Rona [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang