12. Pesan Berantai

218 33 5
                                    

Dahyun tidak pernah menyesali posisinya sebagai sekretaris Kim Suho, walaupun begitu bukan berarti pekerjaannya tidak penuh dengan tantangan.

Salah satunya terjadi malam ini, waktu menunjukkan pukul setengah 10 malam dan Suho belum berpindah posisi dari ruangannya. Ia terus bergulat dengan berkas-berkas yang bergantian diberikan oleh Dahyun.

"Tuan Kim, saya mohon, Tuan bisa meninggalkan seluruh dokumen ini. Saya akan mengirimkannya kepada anda," Dahyun menggelengkan kepalanya berulang-ulang melihat atasannya tidak berhenti bekerja.

"Dahyun, kamu bisa pulang duluan. Saya harus menyelesaikan laporan ini sekarang. Tapi sebelum itu bisa kau ambilkan analisis pengeluaran bulan lalu?" Suho tidak berkutik dari posisinya.

Dahyun menyerah dan meninggalkan ruangan dan menuruti keinginan Sang Tuan Atasan.

Bolpoin milik Kim Suho tidak sekalipun terangkat dari atas kertas. Sepasang matanya terlalu sibuk untuk memandang hal lain selain hitam tinta.

Apa Suho tidak lelah? Tentu saja. Tapi ini terlalu penting untuk dilewatkan. Kim Corporation mendapat berita bagus bahwa pembelian saham mereka disetujui oleh Min Investment lebih cepat, ituloh, perusahaan milik Kim Minseok yang baru saja dua hari lalu Suho datangi acaranya bersama Irene.

Suho kegirangan bukan main mendapat kabar mereka dapat berinvestasi dengan salah satu perusahaan besar di Korea Selatan dan menjalin ikatan bisnis untuk perjanjian berikutnya. Karenanya, seluruh berkas yang berkaitan dengan anak perusahaan Min Investment harus diselesaikan sekarang. Ya. Malam ini.

"Tuan, anda mendapat panggilan dari Tuan Park, panggilannya sudah tersambung ke ponsel pribadi anda," Dahyun datang mengetuk pintu kerja Suho. Wanita muda itu belum selesai menunggu hasil cetakan analisis permintaan Suho.

Tanpa berkata-kata Suho mengangkat panggilan dari 'Tuan Park'.

"Ada apa Chanyeol?" sahut Suho.

"Kau belum pulang?!" tanya Chanyeol berteriak dari ujung panggilan. "Pukul berapa ini? Astaga... dan kau meminta Dahyun bersamamu lembur seperti ini? Hyung!! Pulanglah!"

Suho berdecak sebal. Hanya ini?

"Kalau tidak penting tidak usah menelfonku," ketus Suho. Ia terlalu sibuk untuk meladeni omelan Chanyeol.

"Wah... tidak penting katamu?! Suho! Kau ini sudah beristri, ada Irene Noona yang menunggumu di rumah. Untuk apa kau kerja larut malam begini sih, Hyung?" Chanyeol ingin membentak tidak ada habisnya.

"Kalau begini aku saja yang harusnya menikah dengan Noona," gumam Chanyeol.

Tunggu. Apa? Batin Suho.

"Enak saja kamu bicara! Tidak! Jangan berkhayal," balas Suho.

Terdengar kekehan kecil dari ujung panggilan. "Siapa suruh menikah tapi tingkah masih seperti bujang. Kasihan Irene Noona harus menghadapimu seperti ini. Pulang sana! Suruh Dahyun pulang juga,"

"Tapi Chanyeol ini penting! Saham kita disetujui oleh Min Invest. Bagaimana ceritanya aku pulang?" Suho berbicara seperti sedang mengadu saja.

"Oh bagaimana ceritanya ya?" decak Chanyeol. "Kau turun ke parkiran, menyalakan mobil, lalu pulang, bodoh! Apalagi memang?! Kau lupa jalan ke arah rumahmu? Perlu aku kirimkan alamatnya?"

"Chanyeol aku benar-benar sibuk. Kalau kau hanya akan mengomel aku matikan panggilanmu," ancam Suho.

Chanyeol malah tertawa. "Aku mengomel karena kau belum pulang. Lagipula, kau tidak kasihan pada Dahyun? Anak baru itu pasti sangat lelah tapi sungkan meninggalkan atasannya,"

Risak Rona [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang