Part 9

20 3 0
                                    

       Christ termenung diam duduk dibalkon kamarnya,menatap sinar bulan yang indah memancarkan sinar terang,jujur saja hati Christ sedang tidak baik,pikirannya melambung jauh kesana memikirkan bagaimana kedepannya ia dengan Anna?

Hal yang membuat Christ yakin bahwa Anna adalah orang yang benar benar ditakdirkan untuknya,tapi apakah Anna juga meiliki kilatan memori seperti Christ? apa Anna benar benar mencintai Christ?

Christ membuka sebuah lukisan besar yang ia simpan di lemarinya,tampak sosok wanita dengan balutan gaun tengah duduk memandangi lautan,tanpa sadar Christ pun menitikan air mata,"Anna...aku sudah lama mencarimu.." jelas Christ mengatakan itu,hatinya mulai merasa sesak seakan udara memenuhinya,mata nya yang memanas mengisyaratkan kepedihan yang ia pendam selama ini,tanpa orang lain pun tahu.

--

 Restaurant tempat Anna bekerja tampaknya begitu ramai oleh pengunjung hingga ia sedikit kewalahan,ditambah rekannya sedang tidak masuk,jadi ia bekerja ekstra keras hari ini.

"Hei Pelayan!." teriak seorang ibu ibu dengan raut wajah yang sedikit marah. Anna pun menghampiri dengan senyum tipis,sebenarnya ia sudah lelah sekali.

"Iya Bu,ada yang bisa saya bantu?."

"Kalian ini bisa bekerja dengan benar tidak! aku memesan sup tapi apa?tidak ada panas nya sama sekali! kalian bisa bekerja tidak!!." Maki Ibu itu kepada Anna,Anna sedikit terkejut,hari ini sudah cukup melelahkan sekali,ditambah ia mendapat komplain seperti ini.

"Maaf Bu...atas kekeliruan kami,kami akan menggantinya dengan yang baru dan juga panas,kami mohon Ibu mau memaafkan kekeliruan kami.." ujar Anna berusaha menenangkan Customernya itu.

Ibu itu hanya mengangguk dan tak mau memperpanjang masalah,segera Anna menggantikannya dengan yang baru dan juga panas sesuai dengan permintaan Ibu tadi.

   Anna membuang nafas pelan,kakinya benar benar pegal,ditambah ia tidak terbiasa bekerja menggunakan higheels tapi apa daya? tuntutan yang mengharuskan ia menggunakan itu.

"Semangat Anna!ini semua untuk keluarga!semangat!!!."

"Anna..." panggil Lucas,pria perawakan bule dengan mata coklat yang bisa dibilang senior Anna ditempat ia bekerja."Ada apa Lucas?."

Lucas pun menghampiri Anna dan duduk disampingnya,karena kebetulan mereka sedang istirahat bersama.

"Kau pulang saja nanti,urusan piket membersihkan restaurant biar aku yang mengerjakannya dengan Kevin.." tawar Lucas, Anna tersenyum lebar dan mengelus rambut Lucas pelan,baginya Lucas itu seperti adiknya,"Lucas...aku tahu aku seperti kakak bagimu,tapi soal pekerjaan aku mau kamu dan aku profesional mengerjakannya,oke? aku mau kita melakukannya bersama sama..kamu tidak boleh terlalu lelah..." kata Anna.

Anna mungkin tidak tahu,perlakuan Anna terhadap Lucas membuat jantung Lucas berdegup begitu cepat dari biasanya. "Kenapa pipimu merah Lucas..?." tanya Anna sambil memajukan wajahnya,berusaha melihat dengan jelas perubahan raut wajah Lucas yang seperti menahan nafas.

"A..A..a..ku tidak apa apa,mungkin karena disini panas..sudahlah kau pulang saja Anna,kali ini biar aku yang mengerjakannya,dan juga aku tidak menganggapmu Kakak walaupun kita beda 2 tahun saja."

"Lucas! aku akan marah kalau terus baik kepadaku,sebelum nya kau sering menolongku. aku tidak mau punya utang budi,lebih baik kau pulang saja,biar aku yang urus,belajar dan makan yang banyak oke?."

Tanpa aba-aba Anna langsung memeluk Lucas,ia ingin memastikan bahwa ia baik baik saja,ia memeluk karena ia sudah merasa Lucas seperti adiknya sendiri,Lucas sosok yang mandiri,pekerja keras dan juga baik kepada Anna.

Lucas terdiam mematung,jantungnya memompa darah lebih cepat,aroma pepermint dari Anna bisa tercium dengan jelas saat Anna memeluknya,Lucas tahu bahwa Anna hanya menganggapnya sebagai adik saja,tidak lebih. Tapi,Lucas tidak bisa.

Saat pertama kali melihat Anna,dialah orang yang hangat menyambutnya,perhatian,baik dan juga sangat rendah hati,padahal dirinya sangat cantik,tapi Anna tidak menyadari itu.

"A...a..ku mau bekerja dulu." Lucas melepaskan pelukkan itu dan berdiri bergegas untuk kembali bekerja,padahal waktu istirahat masih sisa beberapa menit lagi. Anna pun hanya terkekeh pelan melihat tingkah Lucas.

"Dasar anak kecil.."

--

   Christ terbangun dari tidur siangnya,seharian ini ia tidak bisa fokus bekerja,ia memutuskan untuk pulang ke apartemennya dan mengistirahatkan tubuhnya.

"kenapa akhir akhir ini tubuhku sering merasa lelah?."

Christ mengecek ponselnya,tidak ada notifikasi dari Anna,ia pun menghubunginya duluan,tapi tidak ada jawaban.

sesampainya dirumah Anna mengecek ponselnya dan melihat banyak notifikasi dari Christ ia pun menghubunginya,dan mereka berjanji akan bertemu besok.

--

"Ta--Da!!!." senyum sumringah ditunjukkan Christ pada Anna yang duduk di bangku taman,sore ini mereka bertemu di taman.

"Woah..sepeda!. darimana kamu mendapatkan ini Christ." tanya Anna,Christ pun hanya tersenyum,"Ayo naik,kita keliling taman ini!."

Anna pun tersenyum lebar dan segera menaiki sepeda bersama Christ,meneglilingi taman,tak luput dari sinar matahri senja yang seakan mengikuti kemana sepeda itu membawa mereka,tawa dan gurauan terdengar dari mulut Christ. Tanpa sadar Anna memeluk Christ dengan erat,seakaan menandakan bahwa dirinya tidak ingin kehilangan Christ,moment ini seperti mimpi.

tiba tiba

Christ menghentikan laju sepedanya mendadak,ia meringis kesakitan memegang dadanya sebelah kiri seakan tertusuk.."Christ.kau..sakit?dimana obatmu..? kata Anna segera membantu Christ turun dari sepeda dan duduk dibangku yang tak jauh dengan mereka.

"Anna...sa..sakit.." Ucap Christ,Anna pun menangis tak bisa ia melihat Christ kesakitan,segera ia menelepon supir Christ untuk menjempu mereka melalui ponsel Christ.

"Sabarlah Christ,aku akan membawamu ke rumah sakit.."


-------

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang