Menanti (4) -Mencari Ketoprak-

1.3K 105 0
                                    


Pagi-pagi betul Badrun sudah di rumah Chika, sesuai permintaan Puccho. Ia di minta untuk membantu Puccho dan Aya untuk mengemas beberapa barang yang akan di bawanya Pindah. Sebenaranya, Puccho dan Aya bisa mengemas sendiri dengan dibantu oleh asisten rumah tangganya. Tapi, Puccho yang sudah paham dengan perasaan Chika, sengaja menyuruh Badrun untuk membantunya, agar anak gadisnya itu bisa menikmati waktunya dengan Badrun sebelum besok mereka pindah.

"Kirain bakal dijual ini rumah, om," ucap Badrun yang sedang membantu memasang kain untuk menutupi piano yang sering dimainkan Chika.

"Sayang dong kalau dijual, bang, banyak kenangannya. Lagian masih ada Oma di Jakarta, misal ada libur panjang 'kan bisa ke sini. Biar rumah ini tetep jadi tempat pulang anak-anak," Badrun mengangguk-angguk. Dia menatap piano yang sekarang telah selesai ditutup dengan kain. Ia pasti akan merindukan suara piano yang selalu dimainkan Chika untuk dirinya.

"Kenapa?" tepukan Puccho di pundah Badrun berhasil membuat empunya terperanjat.

"Ngg- kayaknya saya bakal kangen sama suara piano Chika deh om, hehe," Jawab Badrun sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Puccho tertawa membuat Badrun heran.

"Kangen suara piano apa kangen orangnya?" goda Puccho.

"Eh?" Badrun kebingungan menjawab, dia salah tinggah.

"Abi, bang Drun, udah selesai belum? Sini sarapan dulu," Triakan Aya memecah kegelisahan Badrun. Dia sedikit lega, dia hampir mati gaya di depan Abi Chika.

"Dah, nggak usah salah tingkah, kangen Chika juga nggak apa-apa, nggak dosa. Yuk sarapan dulu," Puccho menepuk Badrun yang masih melongo untuk mengikutinya ke meja makan.

"Wuih, mantep ini nasi goreng tante Aya," seru Badrun yang sudah menarik kursinya untuk duduk. Aya pun langsung menaruh nasi gorengnya ke piring Puccho dan Badrun secara bergantian.

"Chika sama Christy mana, Mi?" tanya Puccho.

"Christy lagi ganti baju, Bi. Tadi bajunya kena kecap, nah itu dia," Aya pun dengan sigap langsung menaruh nasi goreng di atas piring Christy.

"Kakaknya udah di bangunin?" tanya Aya.

"Udah, Mi. Tadi sih udah bangun, tapi nggak tau kalau tidur lagi, " Christy mulai menyuapkan nasi gorengnya ke dalam mulut.

"Kebiasaan banget itu anak kalau libur, kebonya nurun dari siapa sih, Mi?"

"Ya dari Abi, lah! Nggak ada sejarahnya Mami bangun siang," jawab Aya sambil berlalu ke kamar Chika sambil membawa segelas air.

"Tuh, kamu liatkan, nggak berubah dari dulu. Makannya om nyuruh kamu buat bantu, om," Badrun mengulum senyum memikirkan sifat Chika yang sama sekali tidak berubah, lebih tepatnya tidak mau ia ubah.

"Tau tuh, kebo banget heran. Beloman aja ada petir, jerit-jerit dah tuh," timpal Christy.

"Halah, sok-sokan benci kakaknya tuh, om. Beloman aja beneran kejadian, dia yang panik duluan pasti," Christy mendelik ke arah Badrun yang cekikikan bersama Puccho. Namun, seketika terdiam ketika Christy menunjuk-nunjuk bibirnya dan melakukan gerakan gorok leher sambil menatap tajam Badrun. Christy tersenyum di kulum, dia menang.

Tak lama, Aya telah turun dengan Chika yang mengekor pelan di belakang Aya. Mukanya masih basah dan terlihat mengantuk. Benar-benar tidur lagi dia setelah dibangunkan oleh Christy. Ia tidak peduli ada Badrun di situ, toh sudah biasa Badrun mendapati dirinya acak-acakan setiap pagi di hari libur.

Romansa Sang GadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang