Ai no Iro (2) -Tak Terduga-

1.1K 81 6
                                    


"Aku mau nemenin Mama belanja dulu ya, sayang. Abis itu aku main ke rumah kamu, see you cantik!" Dia mematikan sambungan video callnya di seberang sana. Aku tersenyumm mendapatinya rapi dan tampan seperti tadi hehe. Dia pasti wangi, tidak lagi bau ban dalam. Aku sangat menyukai penampilannya saat mengenakan kemeja kotak-kotak seperti tadi. Sisi maskulinnya semakin keluar.

"Heh! Senyum-senyum aja lo bocah kentang! Mami manggil itu!" ku singkirkan dengan rasa jengkel bantal sofa yang tadi dilemparkan oleh kakakku.

"Abis VC sama Badrun 'kan lo? Paham gue," dia menurunkan kakiku yang terjulur memenuhi sofa panjang ini.

"Awas aja nih ya kalau abis ini dia buat lo nangis-nangis, gue patahin lehernya,"

"Cukup Abi aja ye Kak yang posesif, lu jangan. Pusing nanti gue," mempunyai dua laki-laki posesif di rumah ini memang agak merepotkan. Membuat Badrun kadang takut untuk main ke rumah jika ada Abi atau kak Boby.

"Harus dong, lo itu polos banget anaknya tau nggak! Nggak rela sebenernya gue lo itu pacaran, mana ternyata udah lama banget, bisa-bisanyaaaa," dia memencet hidungku sampai benar-benar terasa sakit. Mungkin juga sudah berubah warna.

"Heh, kok belum siap? Ayo dek, temenin Mami belanja!" Baru saja ingin ku tendang perut kak Boby, Mami malah sudah berdiri dengan tas belanjanya di samping kami.

...

Hari libur, supermarket cukup padat, agak sulit mendorong troli mengukuti langkah Mami yang lumayan gesit itu. Aku juga heran, Mami sudah tidak lagi muda, tapi dia selalu mempunyai energi lebih untuk melakukan berbagai hal. Bahkan kemarin aku memergokinya sedang jungkir balik di kasur saat tahu tiket konser idolanya soldout. Bukannya sedih karena tidak bisa nonton, dia malah kegirangan. Memang unik Mami ku ini.

"Kurang apa lagi ya, dek?" Dia membaca catatan belanjanya seksama. Aku memperhatikan isi keranjang yang mulai penuh.

"Nggak beli susunya Abi, Mi?" tanyaku yang memang belum menemukan susu yang biasanya Abi minum.

"Ah Abimu udah ada susu siap minum kok,"

"Hah?!" aku kembali bertanya, karena memang tidak mengerti apa maksud Mami. Mami malah tertawa akibat ucapannya sendiri. Lihat 'kan? Tidak jelas.

"Becanda sayang, yuk ke rak susu," dia berjalan di depan troli yang aku dorong, mengarahkan ku menuju rak susu. Mami memintaku untuk menunggu di ujung lorong, sedangkan dia berjalan menuju rak yang menjejerkan berbagai macam susu untuk orang tua.

Mataku mengerjap saat tidak sengaja menangkap sosok laki-laki yang sangat aku kenal. Ku benarkan letak kaca mataku, memastikan bahwa itu benar-benar laki-laki yang aku kenal. Laki-laki yang tadi mengatakan ingin mengantar Mamanya belanja. Tapi jauh sekali belanja sampai supermarket ini. Seingatku di dekat rumahnya sana ada sumpermarket yang cukup lengkap juga. Aku tersenyum, ternyata dia benar-benar anak baik, berbakti kepada orang tua.

Baru saja aku ingin melangkah menghampiri untuk menyapa dia dan Mamanya, mataku malah menangkap pemandangan yang sangat aku takuti akhir-akhir ini. Aku menahan langkahku, terdiam, masih memperhatikan mereka dengan rasa sakit di dada yang begitu menekan. Besi keranjang troli ku genggam begitu erat untuk menahan tubuhku agar tidak limbung.

Satu tangan aku kepalkan untuk menekan-nekan dadaku, berharap rasa sesaknya berkurang. Tapi malah air mata yang kudapati tengah turun dari pelupuk mata. Aku mulai berjongkok sambil terus menekan dadaku. Sakit sekali ya Tuhan!

Romansa Sang GadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang