Menanti (6) -Berujung-

1.3K 103 14
                                    


Detik melaju berganti menit, menit berjalan berubah menjadi jam. Diantara putaran 24 jam setiap harinya, ada dua manusia yang sedang merindu dari beberapa bulan yang lalu. Jelas mereka tidak bisa bertemu. Hanya saling kirim kabar melalui teks, atau menghubungi lewat sambungan telfon dan video setiap harinya, iya setiap hari! Jadwal baru telah mereka susun dari dua bulan yang lalu. Jadwal untuk melakukan panggilan bersama, entah panggilan suara atau video.

Setiap pagi, Badrun akan mengucapkan 'selamat pagi' disertai foto atau video dirinya yang sudah rapi mengenakan seragam sekolah. Chika pun melakukan hal yang sama. Bahkan, saat Chika libur karena ada latihan ujian kelas 3 di sekolahnya, ia akan bangun sebentar untuk mengucapkan 'selamat pagi' khusus untuk Badrun.

Biasanya jika Badrun mendapati video Chika dengan suara serak khas orang bangun tidur, ia akan meluangkan waktunya sebentar untuk menghubungi Chika via video. Ia tahu, Chika tidak sepenuhnya bangun, jika pun diangkat oleh si oknum, pasti tidak lama kemudian Chika akan kembali tertidur. Jika sedang beruntung, ia bisa menyaksikan indahnya Chika saat terlelap. Namun, jika sedang sial, dia hanya akan mendapati layar ponsel Chika full dengan warna hitam, karena kamera yang entah tertutup oleh apa.

Di Semarang, Chika juga tergabung oleh klub basket sekolahnya. Tidak seburuk yang Chika bayangkan, bahkan fasilitas sekolahnya sekarang tidak jauh berbeda dengan sekolahnya yang dulu. Bedanya, hanya tidak ada Badrun dan teman-temannya.

Dia selalu mengabarkan kegiatan yang ia lakukan ke Badrun. Seperti sekarang ini, saat usai latihan basket, ia buru-buru mengambil ponselnya di dalam tas. Saat dihidupkan ada chatt atas nama Badrun di sana.

"HAH!" Cukup keras Chika mengucapkan itu, nyaris berteriak. Membuat teman-temannya berlari ke arah dia, takut terjadi apa-apa.

"Ngapa Chik?"

"Ana apa wey!"

"Ngapa ndes?" dan beberapa pertanyaan dari teman-teman Chika yang ada di situ dengan logat khas Semarangnya. Chika hanya meringis, merasa malu atas apa yang sudah ia lakukan tadi.

"Nggak apa-apa kok, gue Cuma kaget, hehe,"

"Tenan?" Chika yang paham maksud itu langsung mengangguk.

"Oke deh," teman-temanya pun kembali bubar dan melanjutkan istirahat yang sempat terganggu oleh dirinya.

Buru-buru Chika menjauh dari sana untuk menelfon seseorang. Dia mondar mandir tidak tenang karena teleponnya tidak kunjung diangkat. Ia coba sekali lagi.

"Eli!" Chika memekik.

"Nggak usah triak kali, Chik! Ada apa?" Chika terdiam. Tangannya masih sedikit tremor saat membaca pesan itu.

"El, gue dosa nggak sih? Doa jelek gue dikabul sama Tuhan?" tanya Chika ragu.

"Lo doa apa dah? Buat menang togel?" Chika bedecak. Agaknya salah menghubungi temannya yang satu ini. Tau begitu, tadi mending dia menghubungi Briel.

"Bang Drun putus sama Kak Mira,"

"Becanda lo dah kayak pho pro, Chik!" ada nada tak percaya dari kata-kata Eli barusan. Chika langsung menjeda panggilannya dan mengirimkan screenshoot chatt Badrun yang belum ia balas tadi.

Vito Alfadru

Chik, aku putus sama Mira

Barusan

Romansa Sang GadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang