"Yaiyalah salah Sa... Kalo kamu pakai rumus ini ya harusnya jawabannya—" Omongan Rara tidak satupun nyangkut di kepala Aksa. Padahal mereka sudah belajar selama lebih dari 2 jam.
Entah kemampuan spesial apa yang dimiliki Aksa sampai jawaban Matematika-nya salah semua, berkali-kali. Meski Rara sudah sekuat tenaga berusaha mengajari pacarnya itu langkah demi langkah, tetap saja kerjaan Aksa tak tertolong.
Berapa lama gadis itu lanjut menjelaskan hingga akhirnya dia lelah sendiri, mulai fokus menatap Aksa balik.
"Sa..?""Hm."
Cowok itu menyahut tapi nyawanya belum kembali ke tubuhnya. Daritadi dia hanya menatap Rara dengan tatapan khas bucin-nya, memuja.Rara membanting pelan pulpen di tangannya, frustasi dengan kelakuan Aksa. Dia mulai bergerak ingin berdiri,
"Aku pulang aja deh. Capek ngajarin nggak dihargain.""Hei... hei.."
Aksa dengan sigap menahan lengan gadis itu. Wajahnya terlihat panik."Aku dengar kok Ra.." Aksa menggerakan tangannya, mengusap pelan lengan gadis itu untuk menenangkannya.
Dibalas Rara dengan dengusan tak percaya, dia memutar bola matanya dan bertanya balik,
"Masa?""Iya aku perhatiin kok."
Cowok itu mengangguk pelan. Tangannya memaku kepalanya, memandang lembut wajah cantik didepannya."Apa yang kamu perhatiin?"
"Kamu."
Lancar terjawab dari mulut Aksa. Meski dia terlihat serius berkata, itu tidak membuat Rara luluh atau terkesan. Air muka wajah Rara semakin terlihat kesal membuat Aksa beringsut takut."Kamu kapan mau serius belajarnya sih? Katanya mau sekelas lagi sama aku?" Rara berujar mengomel. Mengingatkan bahwa sistem penilaian di kelas 3 nanti berdasarkan ranking paralel. Hampir mustahil bagi mereka berdua satu kelas. Peringkat keduanya terpaut jauh bagai langit dan bumi.
Gadis itu memang sejak dulu sangat dan terlalu peduli dengan urusan akademis Aksa. Satu-satunya orang yang mau datang diantara badai dan hujan ke rumah Aksa hanya untuk sekedar menemani mengerjakan PR atau mengajarinya.
Tapi Aksa ya Aksa, dari dulu tidak pernah berubah. Masalah akademis sudah jadi musuh bebuyutannya, peduli setan katanya. Sikapnya yang masa bodoh itu terlihat jelas.
Pagi hari di Minggu yang cerah ini Rara sudah datang menenteng beberapa jenis buku pelajaran. Berniat mempersiapkan Aksa untuk segala jenis ulangan harian beberapa hari kedepan.
Jadilah mereka berdua disini, bersantai ria di ruang bawah tanah rumah Aksa. Iya, kalau biasa di film-film romantis bertemakan cinta tempat nongkrongnya itu di rumah pohon tapi Aksa Rara malah nongkrong di ruang bawah tanah.
Eits, ruang bawah tanah Aksa bukan tempat pengap seperti penjara Belanda tapi benar-benar tempat nongkrong dibawah. Lengkap dengan sofa, mini theatre, perpustakaan kecil hingga tempat bermain seperti billiard dan permainan lain. Cukup ajaib bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Always 2
ChickLitSetelah 7 tahun mati-matian berjuang keluar dari status Friendzone, Aksara akhirnya mendapatkan hati seorang Rara. "Aku cinta kamu. Selalu. Selama ini." "Aku.. Aku juga... Selalu.. Sayang Aksa..." Ternyata menjalani hubungan sebagai sebuah pasangan...