Suasana riuh kantin menyapa Aksa dan Rara, di salah satu pojok Uchi dan Hana sudah menyiapkan meja untuk mereka duduk bersama. Seperti biasa Geng Kantin duduk dan makan bareng setiap jam istirahat.
Sudah sesuai protokol dan prosedur seperti biasa. Aksara dengan sigap berdiri dan melangkahkan jalannya memesan Batagor Bu Ani untuk pacar tersayang. Memang semua dijalani seperti biasa, sebagaimana mestinya. Tetap saja ada satu hal yang kurang.
Dalam ketenangan mereka makan. Hana menyuarakan pendapatnya, sudah lama tidak melihat adegan cibir dan baku hantam antara Aksa dan seseorang di meja makan.
"Sih Juna kagak pernah kelihatan sekarang."Mendengar nama itu Rara langsung mendongak. Menghentikan gerakan makannya. Dia ikut mengaduk lemas makanan di depannya. Sementara Uchi mengiyakan pemikiran Hana,
"Susah banget dicari udah kaya babi ngepet."Terakhir kali Rara melihat cowok tampan itu adalah waktu makan bakso sehabis pertandingan final basket beberapa minggu lalu. Cukup lama bukan? Setelah itu Arjuna seperti hilang ditelan bumi. Rara memandang sekitarnya, melirik sekilas ke arah Aksa yang terlihat tidak tertarik dengan pembicaraan mereka.
Gadis itu mengambil sambal di tengah meja, berdehem pelan berusaha ikut membahas keberadaan Juna.
"Iya ya? Juju kok nggak pernah ikut makan lagi.""Udah ikut catering kali." Suara Aksa menyambar begitu saja. Terdengar datar, terlalu datar. Entah kenapa membuat Rara sedikit tertegun.
Rara kembali mengaduk bumbu batagornya, dahinya berkerut memikirkan perkataan Aksa. Dia tak bisa menahan diri menyuarakan keraguannya,
"... Seorang Arjuna? Catering makan di sekolah?"Arjuna yang terkesan cuek, jutek dan dingin itu? Yang super kaya? Ngapain catering? Aneh saja bagi Rara.
"Hmm.. Mungkin dia sekarang bawa bekal?" Hana berhipotesa. Meski mereka semua tidak pernah melihat Juna bahkan membawa botol minum. Rara meletakkan sendoknya, tetap tak paham.
"Juju bawa bekal? Bekal? Yang bener aja Han..." ujarnya sangat meragukan.Imej keren dan dingin Juna tidak akan cocok disandingkan dengan kotak bekal. Membayangkannya saja membuat Rara mual. Kelewat tidak wajar.
Sementara Rara terlarut dalam pemikiran dan kebingungannya, Aksa menyela dengan suara ketus,
"Yaudah sih Ra. Serah dia mau makan dimana. Kenapa kamu yang sibuk?"Setelah itu Aksara terlihat malas memandangi Rara, jelas sekali cowok itu kesal. Membuat Rara dan yang lain urung niat membahas lebih lanjut tentang Arjuna.
🌑🌑🌑🌑🌑
(Besoknya)"Kamu yakin nggak mau masuk?" ujar Rara pada Aksa. Kepalanya menoleh ke arah pintu masuk perpustakaan, mengajak cowok itu masuk ke dalam.
Aksa mengendikkan bahunya pertanda enggan. Dia sudah cukup muak harus belajar selama jam pelajaran, jam istirahat harus banget ke perpustakaan? Kalau bukan karena bidadari-nya, dia terlampau malas melangkahkan kaki kesini.
Rara memberikan senyum tipis, sudah paham pemikiran Aksa. Dia menyentuh pelan pundak cowok itu sambil berlalu masuk ke dalam. Hari ini niatnya memang mencari beberapa buku referensi Sejarah. Hanya untuk berjaga-jaga jika diadakan test dadakan minggu depan.
Jari-jemari Rara menyapu pelan ujung buku demi buku, mencari buku yang sekiranya menarik untuk dibaca. Gerakannya terhenti ketika dia merasakan kehadiran seseorang disampingnya.
Rara menoleh dan mendapati sih tampan Arjuna, berdiri memegang sebuah buku. Cahaya dari jendela perpustakaan menyilaukan mata Rara, ditambah dengan kehadiran Juna secara tiba-tiba membuatnya mematung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Always 2
ChickLitSetelah 7 tahun mati-matian berjuang keluar dari status Friendzone, Aksara akhirnya mendapatkan hati seorang Rara. "Aku cinta kamu. Selalu. Selama ini." "Aku.. Aku juga... Selalu.. Sayang Aksa..." Ternyata menjalani hubungan sebagai sebuah pasangan...