17. Celah

267 32 8
                                    

Layar TV menunjukkan permainan dari PS4 yang sedang dalam proses. Hari ini adalah Sabtu, Aksa memang sengaja menyimpan waktu khusus di hari ini untuk berleha-leha dan menyenangkan dirinya. Beberapa saat dan permainan sudah dimulai, dia bisa menikmati waktu pribadinya dan terlarut dalam permainan yang ada.

Jari-jemarinya dengan lincah menekan tombol console-nya, berusaha mengalahkan boss monster dengan HP yang tinggi. Ditengah kosentrasinya yang tinggi, tiba-tiba ponsel-nya berdering. Sedikit mengalihkan perhatiannya.

"Sapa si." omel Aksa spontan, masih fokus pada layar TV. Ini stage final niiih, jangan ganggu ah!

Ponsel-nya terus berdering pertanda panggilan itu cukup penting. Menghela nafas kasar karena hal itu berhasil membuat kosentrasinya hancur, dia menekan tombol pause pada permainan-nya. Selanjutnya meraih ponsel-nya dan melihat layarnya.

Ah gadis kesayangannya memanggil. Padahal baru kemarin mereka bertemu, apa Rara sudah kangen padanya? Secepat itu? Dia tidak menyangka Rara menjadi bucin sekarang.

Membasahi bibirnya, Aksa kemudian menggeser ikon hijau pada layar dan menekan ikon speaker untuk mengeraskan suara Rara.

Memutuskan menerima panggilan tersebut namun kembali menekan tombol pause pada console-nya, pertanda dia melanjutkan permainan pada layar. Panggilan ini sepertinya takkan begitu menganggu permainnya.

"Ya Ra?"

Aksa lagi apa?
tanya suara diujung sana. Suara lembut membuatnya tersenyum kecil sambil berusaha memukul habis boss monster di layar.

"Hm. Main game. Kenapa Ra?" jawabnya sekilas sambil berusaha tetap fokus menghindar dari serangan tajam boss monster.

Aku ganggu nggak? ucapnya kecil, semacam agak ragu.

Well, sebenarnya bisa dikatakan cukup mengganggu karena mengingat ini memang momen me-time bagi Aksa, tapi... apa yang nggak dia lakukan untuk seorang Ra?

Aksa kemudian berdehem kecil, agar suaranya jelas dan menjawab pelan,
"Nggak kok. Nggak sama sekali."

Ada helaan nafas lega diujung sana, pertanda Rara merasa lebih tenang. Sedikit hening dan Aksa memanfaatkan momen itu untuk fokus mengeluarkan jurus sihir andalan karakternya untuk membantai boss monster.

Satu pukulan telak dan membuat boss monster itu mundur beberapa langkah, Aksa tersenyum. Kemenangan sepertinya dapat dia rasakan.

Aku mau minta maaf soal kemarin. ujar Rara secara kecil.

Mendengar itu, Aksa sempat terdiam sebentar sambil berpikir. Mereka kemarin baik-baik saja, tidak bertengkar sama sekali.
"Minta maaf kenapa?" tanyanya dengan nada bingung.

Tangannya kemudian kembali fokus melangsungkan strategi menghantam boss monster. Serangannya berhasil membuat badan boss bergetar melemah.

Soal bunga Kamboja kemarin.

"Hm?"

Aksa kemudian menyiapkan karakternya, mengumpulkan energi sihir besar dan merapalkan mantra ajaib.

Maaf karena Kevin dan aku ngira kamu yang ngirim bunga itu.

Karakter Aksa terlihat sudah siap memberikan jurus combo yang akan menghancurkan musuh. Sepersekian detik Aksa terdiam berpikir, ya memang bukan dia yang mengirimkan hal konyol seperti itu. Dia tidak setolol itu. Tapi memangnya siapa yang mengirimkan?

Aksa lalu melepaskan serangannya dengan dahsyat ke arah musuh, bersamaan dengan itu terdengar suara Rara melanjutkan pembicaraan.

Juna udah bilang ke aku kalau dia yang kirim.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Always 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang