8. Terserah

813 70 33
                                    

Anak-anak futsal (Geng Anjay) duduk mengitari Haikal. Semacam memberikan dukungan moral karena besok cowok itu akan dihantam ulangan harian.

Mengangkat buku tinggi di tangannya seperti membaca teks Pembukaan UUD 1945, Haikal melanjutkan proses belajarnya dengan membacakan salah satu soal,
"Peristiwa penculikan Soekarno oleh para pemuda disebut dengan..."

Dimas terlihat berpikir sesaat, dahinya sampai mengkerut berusaha memahami soal yang Haikal lontarkan.
"Apaan..."

"Peristiwa Rengasdengklok." ujar Aksara begitu cepat. Membuat yang lain menoleh ke arahnya. Padahal daritadi cowok itu sibuk main game di ponsel-nya, ternyata dia bisa memperhatikan juga.

Yang bertanya mengangguk paham, sesaat mencoret jawaban yang benar di kertas soal. Perhatiannya kemudian bergeser ke pertanyaan selanjutnya,
"Latar belakang atau motif peristiwa tersebut terj—"

"Karena waktu itu para pemuda takut golongan tua seperti Hatta dan Soekarno berpikir terlalu lama terkait Indonesia, sedangkan saat itu sudah menjadi momentum untuk segera memproklamasikan kemerdekaan karena posisi Jepang sudah kalah." lanjut Aksa pula menjelaskan dengan panjang lebar. Seperti berkata sesuatu yang sudah dia hafal di luar kepalanya.

"Wah Sa..." ucap Bimbim. Kagum juga anak itu cukup fasih pelajaran Sejarah. Padahal dia anak IPA.

Aksa mengunci layar ponsel-nya, mengangkat kepala dan menatap Dimas dengan tatapan aneh,
"Masa gitu aja lo nggak tahu? Itu pelajaran Sejarah SD-SMP diulang mulu."

Haikal hanya menggaruk tengkuknya, menghafal memang salah satu kelemahannya. "Yaa mon maap Sa. Otak gue nggak seencer lo."

Dari sampingnya, Bimbim mengangguk pelan. Mengiyakan hal tersebut dia bergumam, "Aksa tuh sebenernya cerdas. Cuman pura-pura bego aja. "

Lundi mengangkat alisnya. Sesaat ingin ikut berkomentar menyayangkan, "Iya pura-pura bego. Biar diperhatiin Rara."

Yang dikomentari justru tak bergeming. Aksa tahu dia salah, hanya saja mendengar nama Rara membuatnya tak rela.

"Jadi kangen Rara..." gumamnya ke diri sendiri.

"Lo baru ketemu dua jam lalu!" Membuat Lundi bergidik heran. Padahal mereka baru saja berkumpul, Aksa sudah merasa harus bucin.

Sesaat cowok itu memainkan ponsel-nya, tak memperdulikan yang lain. Membuka pesan barulah dia berujar dengan frustasi,
"Mampus gue..."

"Kenapa?" Kali ini Dimas berupaya mengintip sedikit, malah didorong menjauh oleh Aksa.

Aksara mengangkat ponsel-nya ke udara, seakan menunjukkan teka-teki baru ke semua.
"Rara ngode belum makan, tapi ditanya mau makan apa bilangnya terserah."

"Oooohhhh..."
Satu ruangan berucap memahami hal tersebut.

Terakhir dia memainkan ponsel-nya sebelum bertanya serius ke semuanya,
"Definisi terserah itu apa sih?"

Dimas berdecak. Pertanyaan klasik tapi Aksara masih juga belum paham, padahal dia sudah hampir satu bulan jadian dengan Rara.
"Bukan pura-pura bego. Dia memang bego kalo udah berurusan sama Rara."

🌑🌑🌑🌑🌑

Aksara memperhatikan bayangan dirinya pada kaca mobilnya, memperbaiki sedikit helaian rambutnya. Setelah merasa ganteng mantap barulah dia menunggu dengan tenang.

Always 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang