7. Tamu

556 64 26
                                    

Wajah Rara tertekuk sejak pagi. Dia membolak-balik buku pelajarannya merasa jenuh sendiri dan mulai berkata ketus,
"Kenapa sih kita harus sekolah?"

Membuat Aksara di sebelahnya terkekeh pelan. Seorang Rara Cresselia Ginanti, yang biasa selalu bersemangat belajar di sekolah tiba-tiba berucap layaknya bocah SD yang tak mau hadir.

Seno lewat di depan mereka, seperti biasa tanpa ada masalah apapun. Hingga Rara tiba-tiba memegang lengannya, menghentikan langkah cowok itu. Hanya untuk memandang Seno dari atas sampai bawah dan berujar, "Sen muka lo miris banget, kaya orang susah tahu nggak."

Seno dibuat bergidik di tempat. "Masya Allah emang dari lahir begini Ra... Masih pagi, tajem bener mulut lo." ujarnya sambil mengelus pelan dadanya. Berusaha menyabarkan diri.

Dimas yang tadinya hanya lewat, memutuskan untuk ikut nimbrung juga. Mendudukan diri di sebelah Seno, berniat mengolok cowok itu.
"Hahaha! Iya tajem bener Ra, setajam silet."

Tidak berhenti disitu. Ditengah Dimas berbicara, gadis itu memotongnya dengan dengusan kecil dan berujar,
"Apaan sih Dim? Garing banget sumpah. Lo hidup macam jualan kerupuk."

Anak-anak langsung menepuk pundak Dimas. Semacam memberikan dukungan moral. Dia yang juga ikut kaget diucap tajam oleh Rara.  Aksa hanya menarik nafas pelan sudah paham kalau Rara sudah begini, tapi belum selesai dia menarik nafas Rara malah memandangnya.

Kali ini gadis itu memandang Aksa dengan tatapan tak suka. Mengernyit pelan melihatnya kemudian bertanya sinis,
"Kamu ngapain lagi disini? Duduk di sebelahku? Jauh-jauh ah Sa. Ganggu."

Macam diludahi tepat di wajahnya. Aksa langsung memucat. "Kan... tempat duduk aku Ra.." ujarnya dengan suara pelan. Semacam langsung menciut menghadapi gadisnya.

"Ganggu deh." ujar Rara tak suka. Anak-anak memandang gadis itu seperti dia sudah gila. Dari awal mereka memang selalu duduk berdua, kenapa dia tiba-tiba bersikap risih dengan keberadaan Aksa?

Sementara itu suara kursi bergeser mulai terdengar, Aksara menjauhkan dirinya sedikit dari gadis itu. Berharap memberikan ketenangan jiwa untuk Rara.

Rara langsung menoleh. Wajahnya berubah makin sinis. "Kok kamu jauh-jauh sih? Emangnya aku bau badan?!" ujarnya dengan nada menuntut. Membuat Aksara menelan ludahnya, anak-anak langsung membubarkan diri. Tidak ada niat membantu Aksa menghadapi Rara.

"Kan kamu bilang aku gangg—..." ucapan Aksa terpotong begitu saja. "Jadi kamu nyalahin aku? Apaan sih Sa!" ujar gadis itu. Langsung membuang muka, seakan makin malas dengan keberadaan Aksa.

Aksa membeku di tempat duduknya. Bingung harus berbuat apa. Dia hanya terdiam hingga Rara kembali berujar "Suara nafas kamu ribut!"

Wajah Aksa memucat. Bahkan bernafas saja dia salah. Setelah itu dia setengah mati bertahan untuk tetap duduk di dekat Rara, dengan suara nafas yang semakin disenyapkan.

🌑🌑🌑🌑

Jam makan siang sudah tiba. Aksa, Rara, Uchi dan Hana sudah duduk di sudut favorite mereka di kantin. 10 menit Rara tidak berkata apa-apa membuat Aksa berinisiatif pergi kemudian hadir kembali membawa sepiring batagor seperti biasa.

Wajah Rara berubah makin suntuk. Menatap enyah makanan yang dibawa Aksa,
"Aku nggak minta dipesenin batagor!"

"Kan kamu belum makan..." ujar cowok itu dengan suara pelan. Mencoba membujuk gadisnya.

Always 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang