1. Sebelum Negara Api Menyerang

152 23 7
                                    

“THE GOOD LIFE IS A PROCESS, NOT A STATE OF BEING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“THE GOOD LIFE IS A PROCESS, NOT A STATE OF BEING. IT IS A DIRECTION, NOT A DESTINATION.”

-Carl Rogers-
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Jika diibaratkan kartun Avatar, Della ingin punya kekuatan pengendali tanah. Alasannya sih biar ia tak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membangun kafenya. Tinggal injak bumi dan jadilah bangunan yang akan ia sulap menjadi kafe tanpa harus susah membeli semen, batu bata, apalagi membayar kuli bangunan yang pastinya mengeluarkan banyak biaya.

Atau mungkin memiliki sebuah robot dari abad 21 yang bisa mengeluarkan apa saja dari dalam kantongnya. Mungkin itu lebih baik agar permintaan dirinya yang banyak bisa terpenuhi semuanya.

Tapi sayangnya, kini negara api sudah menyerang. Della hanya mampu mengerjapkan matanya sedikit terkejut dan menatap sosok gadis lain dengan pakaian semerah cat dinding di alfamart itu datang sambil mengomel. Benarkan, negara api sudah menyerang.

Della menatap Lana yang datang bagai kapal perang negara api dengan umpatan-umpatan yang persis basoka api yang siap menghancurkan kota dengan sekali tembaknan. Tanpa bersalah juga gdis itu kemudian merebut minuman yang Della buat untuk pembeli.

"Sampeyan kenapa? Datang marah-marah, sudah seperti tidak dikasih jatah sama suami, mana ngambil minuman pembeli lagi," ucap Della yang kini menatap aneh dandanan nyentrik Lana. Nyentrik karena siang-siang begini dengan suhu 35 derajat, Lana menggunakan baju merah seperti itu. "Napa sampeyan nganggo sandhangan kaya iki? Udah kayak nyala api neraka ajah."

Lana menyeka mulutnya kasar sampai-sampai lipstik merah yang ia gunakan belepotan kemana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lana menyeka mulutnya kasar sampai-sampai lipstik merah yang ia gunakan belepotan kemana-mana. "Heh! Ngomongnya difilter dulu, ya. Asal nyeplos ajah lo kayak ban truk meledak," kesal Lana yang kini mengambil jaketnya dan memakai. Ia mulai risih saat beberapa orang menatapnya.

"Ya, kamu juga sih. Datang-datang dengan dandanan nyentrik gitu di siang hari. Aku saja aneh liat dandanan kamu, apalagi pengunjung yang lain."

Caffe Del LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang